uefau17.com

Bos XL Minta Insentif 5G Pangkas Harga BHP Frekuensi Eksisting - Tekno

, Jakarta - Presiden Direktur sekaligus CEO XL Axiata Dian Siswarini mengungkapkan keinginan perusahaan tentang insentif 5G yang dijanjikan pemerintah untuk menggelar layanan 5G lebih luas.

Dian berharap pengurangan regulatory charge atau BHP frekuensi untuk meminang spektrum frekuensi tak hanya berlaku pada BHP frekuensi baru, tetapi juga yang sudah berjalan.

"Kalau maunya kami, pengurangan jangan hanya yang baru, tetapi yang existing juga. Karena yang existing, terutama yang kami miliki 900 Mhz itu mahal banget," kata Dian Siswarini ditemui saat Halalbihalal XL Axiata dengan Media di Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Dian mengungkap, saat ini BHP frekuensi yang harus dibayarkan XL Axiata tiap tahunnya adalah Rp 1,2 triliun untuk pita selebar 15MHz.

"Oleh karenanya, kami ingin ada evaluasi untuk formulasi spektrum existing juga," kata Dian.

Keinginan lain yang diungkapkan Dian adalah agar formulasi perhitungan untuk meminang spektrum baru tak menggunakan formula yang lama. Pasalnya, untuk menggelar 5G dibutuhkan bandwidth atau pita frekuensi yang lebar.

"Untuk 5G, bandwidth yang diperlukan lebarnya minimal 50 Mega (MHz) kalau formulanya masih yang lama, ini saja (yang 900 MHz) Rp 1,2 triliun. Boncos lah," kata Dian.

Masih soal insentif, Dian juga mengatakan, saat ini operator terbebani dengan pembayaran up front fee dan annual fee BHP frekuensi.

Oleh karenanya, di tengah kondisi operator seluler yang tak baik-baik saja, Dian berharap agar formulasi up front fee dan annual free ini bisa dikurangi.

"Kami terbuka diskusi dengan pemerintah, misalnya mau memberikan keringanan, apa yang bisa kami berikan. Kami menyambut baik keterbukaan dan diskusi, mudah-mudahan hasil diskusinya segera keluar," kata Dian.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tak Tambah Beban Baru

 

Sementara itu, Chief Corporate Affairs Officer XL Axiata Marwan O Baasir berharap pemerintah akan mengumumkan insentif 5G dalam waktu dekat setelah sebelumnya dibicarakan dengan stakeholder terkait, termasuk Kementerian Keuangan, DPR, dan Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI).

Insentif 5G merupakan hal yang dinanti oleh penyelenggara layanan seluler, pasalnya saat ini regulatory cost atau biaya hak penggunaan spektrum frekuensi (BHP frekuensi) sudah mencapai 13-14 persen dari pendapatan operator.

Jika keputusan soal insentif 5G masih tertahan, urusan lelang spektrum frekuensi untuk menggelar 5G pun belum bisa dijalankan.

"Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah keluar soal insentif, karena regulatory cost sudah 13-14 persen dari gross dan ini sangat tinggi," kata Marwan, dalam Halalbihalal XL Axiata dengan Media di XL Axiata Tower, Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Selain insentif 5G yang segera diumumkan, operator seluler juga berharap insentif 5G tak memberikan tambahan beban baru bagi operator.

"Harapan industri dengan regulatory charges tinggi, tidak ada beban tambahan, tidak malah ada komitmen baru, misalnya untuk pembangunan non 3T. Harapan kami, tidak ada hal baru karena industri sedang tidak baik-baik saja, jadi jangan menambah beban baru," tutur Marwan.

3 dari 4 halaman

Bos XL Axiata Soal Merger dengan Smartfren: Belum Ada Hilal

Di sisi lain, isu konsolidasi antara operator seluler XL Axiata dengan Smartfren Telecom (Smartfren) terus berembus. Meski begitu, CEO XL Axiata Dian Siswarini menyebut sampai saat ini, ia di manajemen belum mendapatkan informasi seputar merger dari pihak pemegang saham.

Dian menyebut, dirinya memang kerap mendengar isu tentang merger kedua perusahaan dari berita yang beredar. Namun, ia menegaskan kalau pembicaraan seputar konsolidasi dua perusahaan, dalam hal ini XL Axiata dengan Smartfren bukan di tataran manajemen. 

"Pembicaraan atau diskusi yang terjadi bukan di tataran kami, tetapi di tataran pemegang saham. Sampai saat ini belum ada kepastian, hanya memang semua pemegang saham XL dan lain-lain selalu melihat peluang konsolidasi," kata Dian, ditemui dalam Halalbihalal XL Axiata dengan media di XL Axiata Tower, Jakarta, Kamis (25/4/2024).

"Kami belum lihat hilalnya kapan. (Jika merger terjadi) akan ada ekspos sesuai peraturan yang ada," kata Dian sembari berseloroh. 

Dian pun mengatakan, sejauh ini manajemen belum mendapatkan informasi apa pun tentang masalah merger XL Axiata dengan Smartfren dari pemegang saham. 

Meski begitu, ia tak menampik kalau konsolidasi operator memang baik untuk industri, masyarakat, maupun untuk bisnis operator. 

"Aksi konsolidasi akan memberikan situasi industri yang lebih sehat. Tetapi, kalau urusan aksi korporasi seperti merger itu ranahnya pemegang saham," ujar Dian.     

 

4 dari 4 halaman

Dampak Baik Merger

Sebelumnya, Chief Corporate Affairs XL Axiata Marwan O. Baasir, tidak menampik kalau konsolidasi antara dua operator merupakan hal yang baik bagi industri.

"Buat industri (merger itu) bagus, pertanyaannya, call-nya ada di mana. Yang punya suara pemegang saham. Pengurus perusahaan dan manajemen betul-betul menunggu dari pemegang saham seperti apa lah," kata Marwan, ditemui di sela Buka Puasa Bersama Media di Jakarta, Kamis (4/4/2024).

Terkait dampak baik merger dua operator, Marwan menyebut, konsolidasi selalu membuat industri telekomunikasi menjadi lebih sehat.

"Secara efisiensi juga didapatkan (berkat merger), capex-nya dan lain-lain. Sekarang tinggal menunggu saja prosesnya," ia memaparkan.

Ditanya tentang hal apa saja yang masih dipertimbangkan oleh pemegang saham XL Axiata seputar merger dengan Smartfren, Marwan mengatakan ada banyak hal yang dipertimbangkan secara bisnis oleh pemegang saham.

Hal tersebut mulai dari valuasi, layanan, benefit, pro dan kontra, hingga prosesnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat