uefau17.com

Kisah Pernikahan Sederhana di Rafah Gaza dalam Hiruk Pikuk Konflik Israel-Palestina - Lifestyle

, Jakarta - Di tengah hiruk pikuknya perang Israel dan Gaza, tidak menghalangi sepasang kekasih dalam menghelat acara pernikahan. Sepasang kekasih yang merupakan warga Gaza, Palestina, menikah di sebuah sekolah tempat berlindung warga Gaza dari serangan Israel.

Lokasi sekolah tersebut terletak di kota Rafah, Palestina. Berdasarkan video yang diunggah oleh akun Instagram @trtworld pada Rabu, 17 April 2024, pernikahan tersebut berlangsung pada Selasa, 16 April 2024.

Alih-alih menggelar pernikahan yang mewah, mereka hanya menggelar pernikahan yang dihadiri oleh kerabat dekat. Dalam video tersebut terlihat kedua mempelai disambut dengan meriah oleh warga setempat. Meskipun sederhana, namun pernikahan pasangan itu berlangsung lancar dan bahagia.

Para warga  juga turut memeriahkan dengan menari-nari dan menyemburkan sesuatu yang mirip seperti salju berwarna putih. Senyum dan tawa bahagia terlukis indah di wajah mereka.

Pasangan tersebut terlihat mengenakan pakaian berwarna putih. Pengantin pria tampak mengenakan kemeja putih yang dipadukan dengan celana panjang hitam. Sedangkan mempelai wanitanya menggunakan abaya warna putih dengan kerudung warna senada. Terdapat sebuah kain putih transparan yang menutupi kepala hingga wajahnya.

Meskipun kehilangan banyak anggota keluarga dalam konflik dengan Israel, para peserta mengambil bagian dalam upacara tersebut dengan sukacita dan rasa syukur. Ayah mempelai pria tersebut mengatakan dia berharap pasangan baru ini dapat melahirkan generasi baru di Gaza meskipun serangan Israel terus menerus terjadi, menurut laporan dari Trt World.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bukan yang Pertama Kalinya

Pasangan tersebut bukan warga Gaza pertama yang menikah di tengah konflik Israel dengan Hamas dan Palestina. Mengutip Arab News pada Rabu, 17 April 2024, pernah terjadi juga pernikahan sepasang kekasih di Gaza yang menikah di dalam tenda.

Pengantin pria Palestina, Mohammed Al-Ghandour, ingin memberikan pengantinnya sebuah pernikahan yang indah, tetapi setelah perang dimulai di Gaza, mereka harus meninggalkan rumah mereka. Pasangan itu akhirnya menikah pada pertengahan Januari 2024 di Tent City atau Kota Tenda, tempat mereka tinggal sekarang.

Ghandour menuntun tangan istrinya, Shahad, menuju tenda yang dihiasi dengan beberapa lampu warna-warni dan cermin dengan bingkai berwarna emas, sementara beberapa kerabat mengantar mereka sambil bertepuk tangan tepat waktu. Meskipun di tengah peperangan, namun mereka tampak bahagia dan tertawa lepas saat pesta tersebut.

Di dalam tenda, Shahad mengenakan gaun putih dan kerudung dengan sulaman merah tradisional. Kemudian mempelai pria tampak mengangkat tangannya dan kemudian memasangkan cincin di atasnya yang menjadi simbol pengikat hubungan mereka sebagai suami istri.

3 dari 4 halaman

Merayakan Pernikahan dengan Keluarga yang Tersisa di Gaza

Pasangan ini berasal dari Kota Gaza di utara daerah Enclave, tempat terjadinya pemboman besar-besaran Israel dan pertempuran terburuk antara Israel dan Hamas sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Perang dimulai ketika pejuang Hamas mengamuk di Israel, menewaskan lebih dari 1200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 240 orang. Pemboman dan serangan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 24.760 orang menurut otoritas kesehatan di sana.

Rumah keluarga Ghandour dan keluarga Shahad hancur akibat serangan udara Israel, kata mereka, dan mereka kehilangan sepupu serta anggota keluarga lainnya dalam pemboman tersebut. Alih-alih mengadakan pesta besar seperti yang diinginkan Ghandour, dia dan Shahad memiliki sekelompok kecil kerabat yang seperti mereka berhasil meninggalkan Kota Gaza dan melarikan diri ke Rafah, di ujung paling selatan Jalur Gaza dekat Mesir.

"Saya ingin pesta. Saya ingin perayaan, pernikahan. Saya ingin mengundang teman-teman saya, saudara-saudara saya, dan sepupu-sepupu saya, sama seperti siapa pun," kata Ghandour.

"Kebahagiaan saya mungkin di angka tiga persen tetapi saya akan mempersiapkan diri untuk istri saya. Saya ingin membuatnya bahagia," tambahnya.

4 dari 4 halaman

Uang untuk Pernikahan Hilang Karena Penembakan

Ibu Shahad memimpin sekelompok kecil wanita yang merayakan pernikahan tersebut dan seseorang tpemutar musik portabel kecil. Untuk pesta pernikahan di daerah Enclave yang diperingatkan oleh PBB akan menuju bencana kelaparan, pasangan tersebut hanya punya sedikit makanan ringan dalam kemasan plastik, yang ditata dengan hati-hati di dalam tenda.

Kedua keluarga telah menghabiskan banyak uang untuk pernikahan sebelum perang dimulai. Shahad telah menghabiskan lebih dari 2000 dolar AS  (sekitar Rp32 juta) untuk membeli pakaian, kata mereka.

"Impian saya adalah memberikan Shahad pernikahan terbaik, terindah di dunia," kata ibunya, Umm Yahia Khalifa.

"Kami menyiapkan perlengkapan pernikahannya dan dia bahagia. Tapi semuanya hilang karena penembakan. Setiap kali dia mengingatnya, dia mulai menangis," katanya.

Ketika pesta pernikahan kecil itu mulai ramai dengan orang yang bertepuk tangan dan menari, orang-orang di sekitar mereka melakukan pekerjaan sehari-hari mereka di antara barisan tenda yang terbentang di pasir, mencari makanan atau menggantungkan cucian.

Seorang gadis kecil tersenyum lebar saat tepuk tangan dimulai dan bergabung dengan sekelompok anak-anak lain yang menari. Saat itu matahari terbenam di balik pagar pembatas yang tinggi dan di atasnya diberi kawat berduri.

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat