uefau17.com

Bystander Adalah Pelaku Bullying Pasif, Simak Penjelasan Psikologi - Hot

, Jakarta - Bystander adalah orang yang memiliki peran krusial dalam kasus perundungan atau bullying. Bystander artinya saksi yang ada saat kejadian perundungan terjadi, selain dari pelaku dan korban. Mereka memiliki potensi besar untuk mempengaruhi dinamika situasi, namun seringkali posisi mereka dalam tindak bullying dapat menjadi kontroversial.

Melansir dari AIChE UI SC, bystander effect adalah fenomena yang menjelaskan ketidakmampuan seseorang untuk memberikan pertolongan saat seseorang membutuhkannya, yang mencerminkan peran bystander dalam situasi perundungan.

Pandangan psikologi terhadap seorang bystander menyoroti fenomena bystander effect yang merujuk pada sikap pasifitas saat seseorang membutuhkan pertolongan. Meskipun seorang bystander mungkin menyaksikan tindakan perundungan, namun terkadang mereka enggan untuk melakukan intervensi atau memberikan bantuan kepada korban.

Menurut psikologi sosial, bystander effect dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, karena seseorang cenderung menolong jika tidak ada orang lain di sekitarnya. Hal ini menunjukkan kompleksitas psikologis yang melibatkan perasaan tanggung jawab sosial, ketakutan akan konsekuensi, dan keengganan untuk terlibat dalam konflik.

Pada tindak bullying, peran seorang bystander seringkali menjadi fokus perhatian dalam upaya pencegahan dan penanggulangan. Mempahami peran dan responsibilitas mereka dalam situasi perundungan menjadi penting dalam membentuk budaya sekolah atau lingkungan yang aman, inklusif, dan bebas dari perundungan.

Berikut ulas lebih mendalam tentang bystander adalah orang yang seperti apa menurut psikologi, Kamis (4/4/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bystander Adalah Orang Seperti Apa?

Bystander adalah orang yang memiliki peran penting dalam perundungan atau bullying. Melansir dari United Nations Children's Fund (UNICEF), bystander adalah individu yang menyaksikan tindakan bullying tanpa melakukan tindakan apa pun untuk menghentikannya. Mereka bisa menjadi saksi yang ada saat kejadian perundungan terjadi, selain dari pelaku dan korban.

Dalam sebuah perundungan, bystander dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu yang aktif dan yang pasif. Bystander aktif adalah mereka yang secara aktif membela korban dan berusaha untuk menghentikan tindakan perundungan. Sedangkan yang pasif adalah mereka yang hanya menyaksikan tanpa melakukan tindakan nyata untuk mengintervensi.

Menurut jurnal publikasi dari Universitas Gadjah Mada yang berjudul "Persepsi pada Bystander terhadap Intensitas Bullying pada Siswa SMP", bystander juga dapat merujuk pada perundung pasif. Mereka adalah individu yang tidak secara langsung terlibat dalam tindakan perundungan, namun ikut serta dengan menertawakan atau menyaksikan perlakuan perundungan tanpa melakukan tindakan untuk mencegahnya.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa keberadaan bystander pasif cenderung merugikan korban perundungan. Mereka memberi dukungan tidak langsung terhadap pelaku perundungan dengan menambah rasa kuasa dan otoritas pada pelaku, serta meningkatkan kerentanan dan penderitaan korban.

Halimah, Khumas, dan Zainuddin dalam bukunya berjudul "Persepsi pada Bystander terhadap Intensitas Bullying pada Siswa SMP" tersebut menyatakan bahwa bystander pasif hanya berperan sebagai penonton, dan ketidakintervensian mereka dapat memberikan dorongan kepada pelaku untuk melanjutkan perilaku perundungan.

Korban bullying akan merasa ditinggalkan dan tidak didukung oleh lingkungan sekitarnya, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perasaan isolasi, rendah diri, dan masalah psikologis lainnya. Maka, penting bagi bystander untuk menjadi aktif dan memainkan peran yang positif dalam mencegah dan menghentikan perundungan, serta memberikan dukungan dan perlindungan kepada korban.

3 dari 4 halaman

Perilaku Bystander dalam Perundungan atau Bullying

Perilaku seorang bystander dalam perundungan atau bullying bisa bervariasi, tergantung pada apakah mereka bersifat aktif atau pasif. Berikut adalah penjelasan tentang perilaku kedua jenis bystander beserta contoh dan kerugian yang memengaruhi korban bullying:

Bystander Aktif

Bystander aktif adalah individu yang berani berbicara dan bertindak untuk menghentikan tindakan perundungan yang terjadi. Mereka biasanya melibatkan diri dalam situasi tersebut, memberikan dukungan kepada korban, atau melaporkan tindakan perundungan kepada otoritas yang berwenang. Contoh perilaku seorang bystander aktif adalah:

  1. Membela korban secara langsung dengan mengatakan kepada pelaku untuk menghentikan perilaku perundungan.
  2. Mengajak teman-teman lain untuk bergabung dalam mendukung korban dan menolak perilaku perundungan.
  3. Melaporkan insiden perundungan kepada guru, orang tua, atau staf sekolah.

Kerugian bagi korban bullying dari ketidakhadiran bystander aktif adalah penurunan tingkat penderitaan dan rasa terisolasi. Adanya dukungan dari bystander aktif, korban bullying merasa didukung dan terlindungi, yang dapat membantu mengurangi dampak psikologis dan emosional yang mereka alami akibat dari tindakan perundungan.

Bystander Pasif

Bystander pasif adalah individu yang menyaksikan tindakan perundungan tanpa melakukan tindakan apapun untuk menghentikannya. Mereka mungkin merasa tidak nyaman atau takut untuk melakukan intervensi, sehingga memilih untuk tidak terlibat dalam situasi tersebut. Contoh perilaku seorang bystander pasif adalah:

  1. Menonton perlakuan perundungan tanpa melakukan tindakan apa pun untuk mencegahnya.
  2. Tidak memberikan dukungan kepada korban atau mengekspresikan ketidaksetujuan terhadap perilaku perundungan.
  3. Menghindari konfrontasi dengan pelaku perundungan atau teman-teman yang terlibat.

Kerugian bagi korban bullying dari keberadaan bystander pasif adalah perasaan terabaikan dan tidak didukung oleh lingkungan sekitar. Ketiadaan intervensi atau dukungan dari bystander pasif, korban bullying mungkin merasa ditinggalkan dan lebih rentan terhadap efek negatif dari perundungan, seperti penurunan harga diri, gangguan emosional, dan isolasi sosial.

 

4 dari 4 halaman

Cara Mencegah Bullying

Menurut UNICEF, ada beberapa cara mencegah bullying yang dapat dilakukan oleh anak-anak dengan berbagai praktik yang konkrit dan berkesinambungan.

  1. Bersikap Positif: Bersikap positif melibatkan sikap yang ramah, terbuka, dan bersahabat terhadap teman sebayanya. Anak-anak dapat menciptakan lingkungan yang positif dan inklusif di sekolah dan di lingkungan sekitarnya dengan cara memperlihatkan senyum, memberikan sapaan hangat, dan menunjukkan sikap ramah kepada semua orang. Hal ini dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya konflik dan perundungan.
  2. Hormat: Menghormati teman sebaya adalah salah satu cara yang efektif untuk mencegah bullying. Anak-anak dapat menunjukkan rasa hormat terhadap perbedaan, pendapat, dan keunikan teman-teman mereka. Mereka juga harus menghindari membuat lelucon atau komentar yang merendahkan atau menghina teman sebayanya. Dengan adanya rasa hormat di antara sesama, hubungan antar anak akan menjadi lebih harmonis dan mengurangi risiko terjadinya perundungan.
  3. Baik kepada Teman Sebayanya: Baik kepada teman sebayanya melibatkan sikap empati, pengertian, dan kesediaan untuk membantu jika diperlukan. Anak-anak dapat menunjukkan kebaikan hati mereka dengan menawarkan bantuan, mendengarkan dengan empati ketika teman mereka sedang mengalami kesulitan, dan menunjukkan perhatian kepada mereka yang membutuhkan. Dengan membangun hubungan yang baik dan saling mendukung di antara teman-teman sebaya, mereka dapat menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua orang.
  4. Membela Korban: Membela korban adalah tindakan yang kuat dan berani untuk melawan perundungan. Anak-anak dapat membela korban dengan cara mengambil tindakan langsung untuk menghentikan tindakan perundungan yang terjadi, memberikan dukungan kepada korban, dan melaporkan insiden perundungan kepada guru atau staf sekolah. Dengan menjadi pahlawan bagi korban perundungan, anak-anak dapat menciptakan budaya di mana perundungan tidak diterima dan setiap orang merasa aman.
  5. Menawarkan Dukungan: Menawarkan dukungan kepada korban perundungan adalah cara lain untuk mencegah bullying. Anak-anak dapat menawarkan dukungan kepada korban dengan cara menjadi pendengar yang baik, menawarkan bantuan atau saran jika diperlukan, dan menunjukkan empati dan simpati terhadap situasi yang mereka alami. Dengan menunjukkan perhatian dan dukungan kepada korban, anak-anak dapat membantu mengurangi rasa sakit dan penderitaan yang mereka alami akibat dari tindakan perundungan.
  6. Mempertanyakan Perilaku Bullying: Mempertanyakan perilaku bullying adalah langkah yang penting dalam mencegah perundungan. Anak-anak dapat mempertanyakan perilaku bullying yang terjadi dengan cara menantangnya, menunjukkan ketidaksetujuan mereka terhadap tindakan tersebut, dan melibatkan diri dalam pembicaraan yang mempromosikan toleransi, penghargaan, dan kesetaraan di antara sesama.

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat