uefau17.com

6 Fakta Menarik Katai Merah, Bintang Paling Banyak di Alam Semesta - Global

, Jakarta - Katai merah merupakan salah satu bintang yang paling banyak ditemukan di alam semesta ini. Sayangnya, katai merah terlalu redup untuk dilihat dengan mata telanjang dari bumi.

Cahayanya yang redup membuat bintang jenis ini memiliki masa hidup yang lebih lama dibandingkan matahari. Dikutip dari laman Space pada (26/04/2024), berikut fakta menarik bintang katai merah.

1. Bintang Deret Utama yang Kehabisan Energi

Menurut astronom Michaël Gillon dari Universitas Liège di Belgia tidak ada definisi pasti tentang katai merah. Katai merah terbentuk seperti bintang deret utama lainnya.

Pertama, awan debu dan gas tertarik oleh gravitasi dan mulai berputar. Materi tersebut kemudian menggumpal di tengahnya, dan ketika mencapai suhu kritis, fusi dimulai.

2. Bintang Kecil

Katai merah termasuk bintang terkecil, dengan berat antara 7,5 persen dan 50 persen massa matahari. Ukurannya yang mengecil berarti suhu terbakar lebih rendah, hanya mencapai 3.500 derajat Celcius.

Sebagai perbandingan, matahari memiliki suhu 5.500 C. Suhu rendah yang dimiliki katai merah berarti jenis ini jauh lebih redup dibandingkan bintang seperti Matahari.

Temperaturnya yang rendah juga berarti bahwa bintang itu membakar pasokan hidrogen dengan lebih cepat. Sementara bintang lain yang lebih masif hanya membakar hidrogen di intinya sebelum mencapai akhir masa hidupnya.

Katai merah mengonsumsi seluruh hidrogennya, di dalam dan di luar intinya. Hal ini memperpanjang masa hidup katai merah hingga triliunan tahun.

Usia ini jauh melampaui masa hidup bintang mirip matahari yang biasanya berumur 10 miliar tahun.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Serupa dengan Katai Cokelat

3. Serupa dengan Katai Cokelat

Para ilmuwan terkadang kesulitan membedakan bintang katai merah dan katai coklat. Katai coklat bersifat dingin dan redup, dan kemungkinan besar terbentuk dengan cara yang sama seperti katai merah.

Namun katai coklat tidak pernah mencapai titik fusi karena ukurannya yang terlalu kecil, sehingga tidak dianggap sebagai bintang. Katai cokelat sering dianggap sebagai bintang yang gagal.

Untuk mengetahui apakah suatu benda langit termasuk katai coklat atau merah, para ilmuwan mengukur suhu atmosfer benda tersebut. Suhu katai coklat bebas fusi lebih dingin dari 2.000 Kelvin atau 1.727 C.

Sedangkan bintang fusi hidrogen lebih hangat dari 2.700 K atau 2.427 C. Di antara keduanya, sebuah bintang dapat diklasifikasikan sebagai katai merah atau katai coklat.

4. Memancarkan Gelombang Inframerah

Katai merah memancarkan sebagian besar cahayanya dalam spektrum panjang gelombang merah dan inframerah. Hal ini membuat bintang ini umumnya terlihat berwarna jingga-merah.

Berbeda dengan Matahari yang memancarkan sebagian besar cahayanya dalam spektrum panjang gelombang kuning dan hijau, sehingga terlihat berwarna kuning. Panjang gelombang cahaya yang lebih panjang juga menjadi penanda bahwa katai merah jauh lebih redup.

 

3 dari 3 halaman

Tidak Mengalami Fase Red Giant

5. Tidak Mengalami Fase Red Giant

Bintang katai merah berbeda dengan matahari yang suatu saat akan melalui fase red giant (raksasa merah). Katai merah tidak akan melalui fase red giant dalam evolusinya.

Hal ini dikarenakan proses konveksi di bintang ini sangat efisien yang akan membakar seluruh persediaan hidrogennya.

6. Memiliki Waktu Hidup Sangat Lama

Katai merah berukuran kecil mungkin mempunyai umur yang lebih panjang dibandingkan jenis bintang lainnya. Namun seperti semua bintang lainnya, katai merah juga pada akhirnya akan kehabisan persediaan bahan bakarnya.

Pada akhir hidupnya, katai merah menjadi katai putih, bintang mati yang tidak lagi mengalami fusi pada intinya. Pada akhirnya, katai putih akan memancarkan seluruh panasnya dan menjadi katai hitam.

Namun tidak seperti matahari, yang akan menjadi katai putih dalam beberapa miliar tahun. Katai merah membutuhkan triliunan tahun untuk membakar bahan bakarnya.

Hal ini jauh lebih panjang dibandingkan usia alam semesta yang kurang dari 14 miliar tahun.

(Tifani)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat