uefau17.com

Rambut Rontok Setelah Melahirkan, Normalkah? - Lifestyle

, Jakarta Rambut rontok setelah melahirkan menjadi salah satu kekhawatiran yang dialami oleh beberapa wanita. Bahkan, rambut rontok setelah melahirkan sering membuat para wanita cemas. Kondisi ini dikhawatirkan akan menyebabkan kebotakan sehingga mengurangi kepercayaan diri mereka.

Sebenarnya, kerontokan rambut pada ibu yang baru melahirkan umumnya tergolong normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Setelah melahirkan, produksi estrogen kembali ke tingkat normal dan siklus pertumbuhan rambut kembali ke siklus normalnya.

Inilah alasan di balik jumlah rambut rontok yang terlihat lebih banyak daripada biasanya. Kondisi ini biasanya berlangsung selama beberapa bulan awal setelah melahirkan hingga si Kecil berusia lima atau enam bulan. Lebih lanjut berikut penjelasan penyebab rambut rontok setelah melahirkan yang normal dan tidak.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rambut Rontok Setelah Melahirkan yang Normal

Penurunan Produksi Estrogen

Penyebab rambut rontok setelah melahirkan yang normal adalah karena penurunan produksi estrogen. Pada wanita hamil, kadar hormon estrogen yang tinggi memperpanjang fase hidup rambut, membuat rambut terasa lebih tebal dan mengalami kerontokan yang lebih sedikit.

Setelah melahirkan, produksi estrogen kembali ke tingkat normal, yang dapat menyebabkan rambut rontok yang terlihat lebih banyak daripada biasanya. Hal ini terjadi karena rambut yang seharusnya rontok selama kehamilan akan rontok secara bersamaan setelah melahirkan.

Penurunan produksi estrogen setelah melahirkan dapat menyebabkan rambut rontok karena hormon estrogen memiliki peran penting dalam mengatur siklus pertumbuhan rambut. Ketika seorang wanita baru saja melahirkan, kadar estrogen dalam tubuhnya akan mengalami penurunan.

Hal ini menyebabkan rambut lebih cepat memasuki fase istirahat dan akhirnya rontok. Proses ini merupakan bagian dari siklus alami pertumbuhan rambut yang dipengaruhi oleh hormon. Oleh karena itu, penurunan produksi estrogen setelah melahirkan dapat menjadi salah satu penyebab utama rambut rontok pada wanita pasca melahirkan.

Fase Pertumbuhan Rambut

Rambut rontok setelah melahirkan yang normal juga dipengaruhi karena fase pertumbuhan rambut. Pertumbuhan rambut normal melalui tiga fase, yaitu fase anagen (pertumbuhan), fase katagen (transisi), dan fase telogen (istirahat).

Fase anagen adalah fase pertumbuhan aktif rambut. Pada fase ini, folikel rambut mengalami pembelahan sel yang cepat, dan rambut baru terbentuk serta mendorong pertumbuhan batang rambut di kulit kepala. Fase anagen memiliki rentang waktu yang paling lama, berkisar antara 2 hingga 8 tahun, tergantung pada individu. Sekitar 80-90% rambut di kulit kepala berada dalam fase anagen.

Fase katagen adalah fase transisi antara fase pertumbuhan dan fase istirahat. Pada fase ini, folikel rambut mulai menyusut dan pertumbuhan rambut melambat. Rambut terpisah dari suplai darah dan berhenti tumbuh selama sekitar 2 hingga 3 minggu. Fase katagen bisa dianggap sebagai fase terakhir pertumbuhan aktif rambut sebelum memasuki fase istirahat.

Fase telogen adalah fase istirahat di mana rambut rontok. Pada fase ini, folikel rambut tidak aktif dan tidak terjadi pertumbuhan batang rambut. Rambut yang rontok akan digantikan oleh rambut baru yang tumbuh dari folikel yang sama. Fase telogen berlangsung selama sekitar 2 hingga 3 bulan. Sekitar 5-10% rambut di kulit kepala berada dalam fase telogen.

Kondisi yang Umum

Rambut rontok setelah melahirkan juga dianggap kondisi yang umum. Persentase rambut rontok setelah melahirkan dapat bervariasi antara individu. Menurut sebuah penelitian, sekitar 40% hingga 50% wanita mengalami rambut rontok dalam beberapa bulan setelah melahirkan.

Kerontokan rambut ini umumnya terjadi pada bulan ketiga setelah melahirkan. Namun, persentase rambut rontok yang dialami setiap individu dapat berbeda-beda. Kondisi ini umumnya berlangsung selama beberapa bulan awal setelah melahirkan hingga sekitar lima atau enam bulan setelahnya.

Jika rambut rontok setelah melahirkan berlangsung lebih dari satu tahun atau semakin parah setelah mencoba cara-cara penanganan yang umum, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan penanganan medis yang tepat.

3 dari 3 halaman

Rambut Rontok Setelah Melahirkan yang Tidak Normal

Jumlah Rambut yang Rontok Lebih Banyak dari Biasanya

Adapun rambut rontok setelah melahirkan yang tidak normal adalah jumlah rambut yang rontok lebih banyak dari biasanya. Setelah melahirkan, produksi estrogen kembali ke tingkat normal, dan siklus pertumbuhan rambut kembali ke siklus normalnya. Hal ini dapat menyebabkan jumlah rambut yang rontok terlihat lebih banyak daripada biasanya.

Jika Anda mengalami rambut rontok yang tidak merata atau jumlahnya lebih banyak dari biasanya saat menyisir atau mencuci rambut, ini dapat menjadi tanda bahwa jumlah rambut yang rontok lebih banyak dari biasanya.

Biasanya, rambut yang rontok akan digantikan dengan rambut baru. Namun, jika Anda melihat bahwa rambut yang rontok tidak digantikan dengan rambut baru, ini dapat menunjukkan bahwa jumlah rambut yang rontok lebih banyak dari biasanya.

Jika rambut yang rontok menyebabkan penipisan rambut yang signifikan atau kebotakan pada area tertentu, ini dapat menjadi tanda bahwa ada masalah yang lebih serius dan perlu ditangani oleh dokter.

Apabila Anda mengalami ciri-ciri rambut rontok yang tidak normal setelah melahirkan, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kecantikan. Mereka dapat membantu menentukan penyebab yang mendasari dan memberikan penanganan yang sesuai.

Persentase kerontokan rambut yang dianggap tidak normal setelah melahirkan dapat bervariasi. Menurut hasil penelitian yang dirilis WebMD, batas normal rambut rontok per hari adalah sekitar 50-100 helai. Jika jumlah rambut yang rontok setiap hari sangat banyak dan melebihi jumlah tersebut, maka kerontokan rambut dianggap sudah berlebihan dan perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut.

Kerontokan yang Berlangsung Lebih dari Satu Tahun

Rambut rontok setelah melahirkan biasanya berlangsung selama beberapa bulan awal setelah melahirkan hingga sekitar lima atau enam bulan setelahnya. Jika kerontokan rambut berlangsung lebih dari satu tahun, ini dapat dianggap sebagai tanda bahwa kondisi tersebut tidak normal.

Kerontokan rambut yang berlangsung lama dapat disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan. Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan masalah kerontokan rambut yang berkepanjangan, Anda mungkin berisiko mengalami hal yang sama.

Perubahan hormon dalam tubuh, seperti gangguan tiroid atau ketidakseimbangan hormon lainnya, dapat mempengaruhi siklus pertumbuhan rambut dan menyebabkan kerontokan yang berlangsung lama. Beberapa kondisi kulit kepala, seperti kurap atau folikulitis, dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada folikel rambut, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kerontokan rambut yang berlangsung lama.

Kekurangan nutrisi penting seperti zat besi, vitamin D, atau protein dapat mempengaruhi kesehatan rambut dan menyebabkan kerontokan yang berlangsung lama. Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi siklus pertumbuhan rambut dan menyebabkan kerontokan yang berlangsung lama.

Kerontokan yang Semakin Parah

Jika rambut rontok setelah melahirkan semakin parah setelah mencoba cara-cara penanganan yang umum, seperti perawatan rambut yang sehat dan nutrisi yang cukup, ini juga dapat menunjukkan bahwa kondisi tersebut tidak normal.

Kerontokan rambut yang parah dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik, seperti penipisan rambut dan kebotakan, yang dapat berdampak pada kepercayaan diri dan kesejahteraan emosional seseorang.

Kerontokan rambut yang parah dapat menjadi tanda adanya ketidakseimbangan hormon dalam tubuh, yang dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Kerontokan rambut yang parah dapat menyebabkan kerusakan pada akar rambut, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut baru.

Kerontokan rambut yang parah juga dapat menjadi indikasi adanya ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh, seperti kekurangan protein, zat besi, atau nutrisi lainnya yang penting untuk kesehatan rambut. Kerontokan rambut yang parah juga dapat berdampak pada kesehatan mental seseorang, menyebabkan stres, kecemasan, atau depresi.

Rambut Rontok yang Menyebabkan Penipisan atau Kebotakan

Jika rambut rontok setelah melahirkan menyebabkan penipisan rambut yang signifikan atau kebotakan pada area tertentu, ini dapat menjadi tanda bahwa ada masalah yang lebih serius dan perlu ditangani oleh dokter. 

Misalnya saja, Alopecia Androgenetik. Ini adalah kondisi yang disebabkan oleh faktor keturunan dan umumnya terjadi seiring bertambahnya usia. Pada pria, kondisi ini disebut kebotakan pola pria, sedangkan pada wanita, kondisi ini dapat menyebabkan penipisan rambut di sepanjang ubun-ubun kulit kepala.

Lalu, ada kondisi serius yang disebut Telogen Effluvium. Ini adalah kondisi di mana fase pertumbuhan rambut terganggu, menyebabkan rambut rontok secara berlebihan. Kondisi ini dapat mengakibatkan penipisan rambut atau kebotakan, baik sementara maupun permanen.

Di samping itu, keturunan atau faktor genetik juga dapat menjadi penyebab tersering dari rambut rontok yang menyebabkan kebotakan. Pola kebotakan ini bisa dimulai dari puncak kepala atau dari dahi, dan biasanya terjadi secara bertahap seiring pertambahan usia.

Gangguan fisik, seperti stres atau trauma, dan gangguan mental, seperti trikotilomania (keinginan untuk mencabuti rambut sendiri), juga dapat menyebabkan rambut rontok yang berujung pada kebotakan. Stres dapat menyebabkan kebotakan karena dampaknya pada pertumbuhan rambut.

Saat mengalami stres, tubuh akan mengeluarkan hormon kortisol yang dapat menghambat pertumbuhan rambut. Hormon kortisol ini dapat merusak folikel rambut dan menyebabkan kerontokan rambut yang berlebihan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebotakan.

Selain itu, stres juga dapat memicu kebiasaan menarik rambut secara tidak sadar, yang disebut trikotilomania. Trikotilomania adalah gangguan mental yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencabut rambutnya sendiri, bahkan hingga rambut menjadi pitak.

Pada penderita trikotilomania, rambut yang dicabuti tidak hanya rambut kepala, tetapi juga alis, bulu mata, jenggot, maupun kumis. Trikotilomania termasuk dalam kelompok masalah psikologis yang disebut gangguan pengendalian impuls (impulse-control disorder).

Trikotilomania bisa diobati melalui psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy/CBT). Melalui CBT, pengidap trikotilomania akan dibantu oleh seorang ahli dalam mengubah perilaku negatif mereka menjadi positif, dalam hal ini adalah mencabuti rambut. Selain itu, terapi lain seperti terapi penerimaan dan terapi kognitif juga dapat dilakukan untuk memahami dorongan untuk mencabut rambut tanpa melakukan tindakan tersebut. 

Penting untuk diingat bahwa trikotilomania adalah gangguan yang membutuhkan penanganan yang tepat. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala trikotilomania, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli kejiwaan untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang sesuai

Studi menunjukkan bahwa stres psikososial juga dapat berhubungan dengan alopecia areata, yaitu kondisi kebotakan yang disebabkan oleh peradangan atau penyakit autoimun. Stres dapat membuat penderitanya merasa terasing, kesepian, dan tidak ada dukungan, yang dapat berdampak pada kesehatan rambut dan menyebabkan kebotakan.

Stres psikososial adalah ketika seseorang merasakan ancaman sosial dan merasa tidak optimis dalam mengatasi masalah yang terjadi. Stres psikososial terjadi ketika terjadi peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang tersebut harus beradaptasi untuk menyeimbangkan hidupnya.

Stres psikososial dapat mengganggu keseimbangan mental individu dan dapat berkontribusi pada gangguan kejiwaan seperti kecemasan, depresi, atau gejala gangguan jiwa lainnya. Stres psikososial juga dapat berhubungan dengan masalah psikososial pada remaja, seperti masalah gizi, konsumsi makanan, dan gangguan menstruasi. Stres psikososial dapat diatasi dengan mengelola stres, melakukan kegiatan yang menyenangkan, dan mencari dukungan sosial yang tepat.

Adapun Alopecia areata adalah penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang folikel rambut. Hal ini menyebabkan pertumbuhan rambut melambat, rambut mengalami kerontokan, dan seringkali berbentuk gumpalan-gumpalan.

Alopecia areata dapat menyebabkan kebotakan pada area tertentu di kepala atau bahkan kebotakan total di seluruh kulit kepala (alopecia totalis) atau seluruh tubuh (alopecia universalis). Gejala utama alopecia areata adalah kerontokan rambut tanpa disertai rasa sakit.

Penanganan alopecia areata meliputi penggunaan kortikosteroid dan obat antiinflamasi untuk menekan sistem kekebalan tubuh. Pengobatan ini dapat diberikan melalui suntikan lokal, salep, atau obat minum. Beberapa kasus alopecia areata dapat pulih dengan sendirinya, namun dalam beberapa kasus, pengobatan medis diperlukan untuk merangsang pertumbuhan rambut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat