uefau17.com

Siti Hajar Ibu Nabi Ismail, Perempuan Mulia dan Penuh Kesabaran - Hot

, Jakarta - Siti Hajar adalah seorang perempuan yang cantik, mulia, dan penuh kesabaran dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai istri Nabi Ibrahim dan ibu Nabi Ismail. Kisahnya dimulai ketika Siti Hajar, seorang budak yang dihadihkan oleh Siti Sarah kepada Nabi Ibrahim. Bersama suaminya dipercayakan oleh Allah untuk pergi ke tanah Makkah yang tandus.

Meskipun ditinggalkan di tengah gurun yang panas, ia tidak pernah kehilangan keimanan atau kesabarannya. Dalam perjalanannya, Siti Hajar menghadapi cobaan kehausan di tengah padang pasir yang tandus. Namun, keketahan hatinya tidak pernah menghentikannya. Penuh ketekunan, ia mencari air dan berlari bolak-balik antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah.

Pada akhirnya, melalui mukjizat Allah SWT, air zamzam pun muncul untuk menyelamatkannya dan putranya, Nabi Ismail. Kisah Siti Hajar ibu Nabi Ismail ini menginspirasi umat Islam dengan ketabahannya, ketulusan dalam berdoa, dan kepercayaan yang kuat kepada Allah. Ia adalah contoh nyata tentang bagaimana keimanan, kesabaran, dan keberanian dapat membantu seseorang mengatasi segala cobaan dalam hidup.

Berikut ulas lebih mendalam tentang kisah Siti Hajar ibu Nabi Ismail, Kamis (31/8/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kisah Siti Hajar

Siti Hajar nama aslinya Hajar al-Qibthiyah al-Misriyah. Ibu Nabi Ismail ini seorang perempuan cantik, mulia, dan penuh kesabaran, dikenal sebagai sosok yang taat beribadah. Menurut buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, ia adalah istri Nabi Ibrahim yang lahir dari Mesir dan ikut hijrah bersamanya. Pernikahan mereka membawa berkah besar, melahirkan anak pertama mereka, Ismail, yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT untuk menjadi nabi seperti ayahnya.

Sebelum Ismail lahir, Allah SWT telah menuliskan takdirnya dengan baik, menetapkannya sebagai seorang nabi di masa depan. Sejak bayi, Nabi Ismail sudah diberkahi dengan mukjizat, salah satunya adalah kemampuannya untuk memunculkan mata air zam-zam yang tak pernah kering. Air zam-zam ini menjadi sumber berkat bagi umat Islam yang datang ke Masjidil Haram di Mekkah.

Suatu ketika, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membawa Siti Hajar ibu Nabi Ismail bersama Ismail ke tanah Makkah. Mereka berangkat dalam perjalanan jauh ini, dengan Ibrahim dan Siti Hajar bergantian menggendong bayi Ismail. Saat itu, Makkah adalah tanah yang tandus, tanpa pohon, tanpa air, dan sepi dari manusia.

Namun, Nabi Ibrahim meninggalkan Ibu Nabi Ismail dan Ismail di sana, di sebuah bukit berwarna merah yang sepi. Dalam riwayat, disebutkan bahwa meski Siti Hajar menangis dan memanggil nama suaminya, Nabi Ibrahim tidak menoleh satu pun. Ia memandang seluruh wilayah yang gersang dan panas tersebut.

“Ya Tuhan Kami, sesungguhnya diriku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Ka’bah) yang dihormati. Ya Allah, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat. Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berikanlah rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim ayat 37)

 

3 dari 4 halaman

Munculnya Air ZamZam

Ibu Nabi Ismail tinggal bersama putranya, di Makkah yang tandus ini. Kehausan mulai menghampiri mereka, dan air susu Siti Hajar habis. Putranya menangis karena kehausan, Siti Hajar ibu Nabi Ismail tidak tahu harus berbuat apa karena tidak ada sumber air di sekitar mereka. Ia akhirnya memutuskan untuk berlari bolak-balik antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah dalam pencarian air.

Di tengah upayanya yang putus asa, suara misterius yang menggema memberi petunjuk Siti Hajar. Ternyata itu adalah Malaikat Jibril, yang memberinya arahan untuk meletakkan Nabi Ismail di suatu tempat. Tanah tempat kaki Nabi Ismail menyentuh itu tiba-tiba memancarkan sumber air segar. Siti Hajar segera meminumnya, dan air susunya kembali keluar, sehingga ia bisa memberi minum Nabi Ismail.

Mukjizat ini menjadi asal-muasal air zamzam, yang berasal dari kata "Zamzam" yang diilhami dari perkataan Malaikat Jibril yang berarti "berkumpul." Kini, sumur zamzam tidak pernah berhenti mengalirkan air, menjadi berkat bagi umat Islam yang datang ke Mekkah untuk ibadah haji atau umroh.

Kesabaran, keteguhan hati, dan kepercayaan Siti Hajar ibu Nabi Ismail kepada Allah dalam menghadapi cobaan ini menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam menjalani perjalanan hidup mereka.

"Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah. Maka, siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumroh, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri, lagi Maha Mengetahui." (QS. al-Baqarah ayat 158)

4 dari 4 halaman

Pelajaran yang Bisa Dipetik

  1. Kesabaran dalam Menghadapi Cobaan: Kisah Siti Hajar mengajarkan tentang pentingnya kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup. Meskipun ditinggalkan di tanah yang tandus, ia tidak putus asa dan tetap bertahan dengan keyakinan bahwa Allah akan memberi jalan keluar.
  2. Kepercayaan kepada Allah: Siti Hajar mempercayai rencana Allah meskipun situasinya sulit. Kepercayaan ini mengajarkan kita untuk senantiasa tawakkal (berserah diri) kepada Allah dan yakin bahwa Dia akan memberi solusi terbaik.
  3. Tidak Pernah Menyerah: Siti Hajar tidak pernah menyerah meskipun dalam kondisi yang sulit dan tandus. Ini mengajarkan bahwa dalam menghadapi kesulitan, ketekunan adalah kunci untuk mencapai tujuan.
  4. Keteguhan Hati dalam Ibadah: Kisahnya menunjukkan bahwa ibadah dan ketaatan kepada Allah tidak boleh tergoyahkan oleh situasi atau kondisi apapun. Ia tetap menjalankan ibadah dan berdoa meskipun dalam keadaan sulit.
  5. Keberanian Menghadapi Ketidakpastian: Siti Hajar ditempatkan dalam situasi yang tidak pasti dan jauh dari perkotaan. Keberaniannya untuk menghadapi ketidakpastian dan menghadapinya dengan kepala tegak menginspirasi kita untuk mengatasi rasa takut terhadap hal baru atau yang tidak diketahui.
  6. Ketulusan dalam Berdoa: Saat menghadapi kesulitan dan kehausan, Siti Hajar berdoa dengan tulus kepada Allah. Hal ini mengajarkan bahwa dalam setiap situasi, kita dapat berbicara dengan Allah dan memohon pertolongan-Nya.
  7. Kesediaan untuk Berusaha: Ketika mengalami kehausan dan kekurangan air susu, Siti Hajar tidak berdiam diri. Ia berusaha mencari air dengan berlari bolak-balik antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah. Ini mengajarkan tentang pentingnya usaha dan kerja keras dalam mencapai tujuan.
  8. Keikhlasan dalam Pengorbanan: Ketika ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim di tanah yang sepi, Siti Hajar tetap menjalankan peran sebagai ibu dengan penuh pengorbanan. Ia menjaga dan merawat Nabi Ismail dengan penuh kasih sayang.
  9. Tawakkal dan Rela dengan Takdir: Siti Hajar memahami bahwa segala sesuatu tergantung pada Allah dan menerima takdir-Nya dengan rela. Hal ini mengajarkan bahwa kita harus melepaskan kontrol atas hal-hal yang di luar kendali kita dan tawakkal kepada Allah.
  10. Berbagi Berkah: Sumber air zamzam yang muncul dari usaha Siti Hajar menjadi berkah bagi banyak orang. Kisah ini mengingatkan kita tentang pentingnya berbagi dan memberikan manfaat kepada orang lain, karena berkat yang kita terima juga dapat menjadi berkat bagi orang lain.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat