uefau17.com

Gandeng Singapura, Siloam Group Kembangkan Pengobatan Penyakit Jantung Lewat Stem Cell - Health

, Tangerang Penyakit kardiovaskular atau jantung menghabiskan anggaran BPJS Kesehatan sebanyak 27 persen. Penyakit jantung menjadi salah satu penyakit yang banyak terjadi di masyarakat Indonesia dari segala jenis usia. Data Kementerian Kesehatan risiko penyakit kardiovaskular di Indonesia tertinggi ketiga di ASEAN, setelah Laos dan Filipina.

Tak hanya di Indonesia, penyakit jantung juga menjadi penyebab utama kematian di Asia pada tahun 2019, menyebabkan 10,8 juta kematian atau sekitar 35 persen dari total kematian di Asia.  

Group Rumah Sakit Siloam melalui Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN) bekerjasama dengan National University of Singapore (NUS) Yong Loo Lin School of Medicine, di Singapura, untuk memajukan penelitian kardiovaskular di Indonesia.

 "Ini adalah salah satu permulaan yang baik untuk pendekatan pengobatan stem cell untuk mengetahui bagaimana metabolic cardiovascular disease mempengaruhi aktivitas sehari-hari karena ini menjadi nomor satu di Asia, tanpa memulai inovasi penelitian kita (Indonesia) selalu tertinggal di belakang," ujar dokter Grace F. Indradjaja, Medical Managing Director Group RS Siloam di Tangerang, pada Kamis, 25 April 2024.

Kemitraan strategis ini akan berfokus pada kolaborasi penelitian antara NUS Medicine, MRIN, dan Siloam Group dalam bidang penyakit kardiovaskular dan perawatan kardiologi lainnya yang melibatkan stem cell, untuk memberikan kontribusi pada masa depan kedokteran seperti genetika dan pengobatan presisi. 

"Kolaborasi ini akan bermanfaat bagi para pihak yang terlibat dalam berbagai bidang kolaborasi, termasuk proyek penelitian bersama di bidang kedokteran molekuler, genetika dan ilmu kesehatan; pertukaran informasi ilmiah, akademis, dan teknis serta materi akademis; dan atau kolaborasi dalam pertukaran pengetahuan dan teknologi," jelas Grace.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penelitian di Indonesia

 

Kemitraan ini juga akan memungkinkan Siloam Hospitals, MRIN, dan NUS Medicine untuk menjadi mitra penelitian kolaboratif. Staf dan mahasiswa dari semua pihak dipersilakan untuk berkunjung, berdiskusi dan berpartisipasi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan bersama, seminar dan konferensi.

"Selain itu, staf MRIN akan mendapatkan pelatihan di tempat di kampus NUS Medicine sebelum melakukan penelitian yang berkaitan dengan penyakit kardiovaskular dan penyakit kardiologi lainnya," ungkapnya. 

Penelitian ini pun bisa menyediakan layanan berkualitas internasional yang berkelanjutan di Indonesia, penelitian ini bakal membuat pengobatan kardiovaskular dilakukan sesuai dengan karakteristik pasien.

3 dari 3 halaman

Penerapan Masing-Masing Pasien Berbeda

Sementara, Profesor Roger Foo, Direktur Program Penelitian Translasional Penyakit Kardiovaskular-Metabolik dan Wakil Dekan Penelitian di NUS Medicine mengatakan, perbedaan mendasar dari setiap individu bisa memengaruhi perkembangan penyakit dan respons pengobatan. Hal tersebut, membuat Indonesia tepat untuk penelitian ini karena bisa memiliki banyak sampel dari berbagai etnik.

 "Perbedaan mendasar dari setiap individu dapat mempengaruhi perkembangan penyakit dan respon pengobatan. Perbedaan ini dapat bervariasi antar individu, garis keturunan, dan populasi geografis. Sebagai contoh, orang Asia Selatan memiliki beban penyakit kardiovaskular aterosklerotik yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok etnis lainnya," ungkapnya.

Kerjasama dengan Siloam Group pun, kata Roger, merupakan hal yang strategis karena terdapat 41 cabang rumah sakit di seluruh Indonesia sehingga menjadikan basis data pasien yang relevan dan dapat diandalkan.

 "Pemahaman yang lebih baik mengenai dampak genetika pada CVD sangatlah penting. Jaringan rumah sakit dan klinik Siloam yang luas di seluruh Indonesia menyediakan basis data pasien yang relevan dan dapat diandalkan bagi kami untuk memajukan penelitian klinis dan pengobatan CVD, terutama untuk populasi di Asia," ujar Roger.

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat