uefau17.com

Tren Anak Muda China Berlomba-lomba Pakai Outfit Jelek ke Kantor, Ada Apa? - Lifestyle

, Jakarta - Bukan tampil necis, anak muda China justru berlomba-lomba mengenakan outfit jelek ke kantor. Mereka mengombinasikan celana piyama terburuk dan sandal paling berbulu sebagai bentuk pemberontakan terhadap kultur kerja di negara itu, mulai dari bos dan kondisi kerja yang buruk, hingga gaji rendah dan jam kerja yang panjang.

Kreasi outfit kantor tidak biasa ini dengan bangga dipamerkan secara online, rangkum CNN, dikutip Selasa, 23 April 2024. Selama berbulan-bulan, pengguna media sosial di Negeri Tirai Bambu telah mengunggahnya dengan tagar, seperti #grossoutfitforwork dan #uglyclothesshouldbeforwork.

Mereka meminta orang lain membagikan pendapat mereka, sehingga memicu persaingan siapa yang mengenakan pakaian terjelek. Tagar #grossoutfitforwork telah menarik lebih dari 140 juta penayangan dan puluhan ribu diskusi di Weibo, mirip X di China. Pada akhir Februari 2024, sebuah unggahan pengguna Douyin, TikTok versi Tiongkok, Kendou S, yang mengklaim bahwa dia dimarahi atasannya karena pakaiannya yang jelek, jadi viral.

Dalam video lanjutan yang disukai 752 ribu kali dan dibagikan ulang lebih dari 1,4 juta kali saat artikel CNN ditulis, Kendou S memamerkan salah satu pakaian kantornya yang "mengganggu." Ia memperlihatkan lapisan demi lapisan busana tidak serasi berupa topi halus, balaclava abu-abu, sarung tangan merah lusuh, jaket puffer, jaket berlapis merah muda, gaun sweater bulu, bawahan piyama kotak-kotak, sandal berlapis bulu, dan kaus kaki setinggi lutut.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kombinasikan Busana Jelek

Menanggapi unggahan serupa, seorang perempuan mengunggah foto dirinya mengenakan rompi kuning neon dan celana pendek longgar selutut saat ke kantor. Ia menulis, "Rekan kerja saya mengatakan saya berpakaian seperti pria liar." Anak muda lain memamerkan jaket kuning dan biru yang kotor, mengungkap, "Bos saya memberi saya 50 yuan (sekitar Rp112 ribu) untuk mencuci pakaian dan saya dilarang berjabat tangan dengan klien lagi."

"Mendapatkan gaji yang sangat kecil, dengan rekan kerja yang buruk, apa lagi yang Anda harapkan dari pakaian saya?" tulis keterangan unggahan lainnya. Setelah menganut "tang ping" atau "berbaring," sebuah filosofi yang menolak konsumerisme demi kehidupan yang tidak terlalu penuh tekanan, generasi muda China telah mengadakan "pesta pengunduran diri," bahkan dibayar untuk jadi "anak-anak penuh waktu."

"Pakaian jelek" tampaknya merupakan upaya terbaru dari generasi Z untuk menunjukkan ekspresi mereka ketika negara ini melihat prospek ekonomi yang suram dan mencatat tingginya tingkat pengangguran kaum muda. Anak muda di China mulai memasuki pasar kerja yang sulit. 

3 dari 4 halaman

Pasar Kerja yang Sulit

Pemerintah negara itu melaporkan pada Januari 2024 bahwa tingkat pengangguran pada Desember 2023 mencapai 14,9 persen di antara kelompok usia 16 hingga 24 tahun. Angka yang dipublikasikan setelah jeda selama lima bulan, tidak termasuk 62 juta siswa penuh waktu. Angka tersebut sebelumnya mencapai angka tertinggi 21,3 persen pada Juni 2023.

"Mereka seperti, mengapa repot-repot (bekerja) ketika pekerjaan dan prospek kehidupan masa depan Anda tidak terlihat begitu cerah,” kata Bohan Qiu, pendiri Boh Project, sebuah perusahaan kreatif yang berbasis di Shanghai dan Seoul.

Ia menyambung, "Sebelumnya mereka melihat (bekerja) sebagai mengejar mimpi…dan (perusahaan) memotivasi semua orang memperjuangkan 'kue' (ekonomi). Sekarang, orang-orang seperti, 'Tidak, itu tidak ada, atau bisa jadi itu bohong.'"

Meski contoh-contoh yang viral di media sosial lebih ekstrem, Qiu yakin bahwa pakaian kasual untuk bekerja selalu populer di Tiongkok dan akan terus berlanjut. Hal ini, katanya, terutama terjadi di tempat kerja dengan jam kerja lembur yang panjang dan menghabiskan berjam-jam di depan komputer.

 

4 dari 4 halaman

Tidak Masalah Berbusana Kasual, tapi ...

Busana kasual juga jadi pilihan generasi muda yang terbiasa bekerja jarak jauh selama pandemi COVID-19. Qiu menambahkan, meski stafnya tidak berpakaian seperti orang-orang dalam video viral, mereka cenderung berbusana santai. Para pekerja diketahui datang mengenakan celana olahraga, celana pendek, sandal, dan sejenisnya, katanya, dan hal itu diterima "asalkan terlihat keren."

Bahkan, mereka yang mengunggah pakaian kantor yang jelek tetap berpenampilan menarik di luar tempat kerja. Sementara media yang dikelola pemerintah China dengan cepat mengkritik tren "berbaring," People's Daily menyebut fenomena berpakaian jelek di tempat kerja sebagai "pencelaan pada diri sendiri."

Publikasi itu mengatakan, selama karyawan "berpakaian sopan, mempunyai sikap kerja yang benar, tidak memengaruhi orang lain, dan tidak menyangkut persoalan prinsip," tidak ada masalah berpakaian jelek ke kantor. Ketika suhu meningkat, beberapa orang mulai berbagi pakaian jelek mereka untuk musim semi.

Seorang pengguna Douyin mengunggah gambar kombinasi yang "sangat mengerikan." Ia mengenakan kaus kaki mustard kotor dan sandal hitam rusak dengan pernak-pernik yang mencolok.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat