, California - 20 Juli kemarin, Amerika Serikat merayakan hari bersejarahnya: pendaratan manusia pertama di Bulan. Setelah lima puluh tahun berlalu, tugas NASA belum benar-benar berakhir. Para ilmuwan di badan antariksa AS ini masih terus menacari tahu misteri yang ada di satelit alami Bumi.
Bahkan pemeritahan Donald Trump menekan NASA untuk mengirim kembali antariksawan terbaiknya ke tetangga terdekat planet kita, dalam waktu 5 tahun lagi: 2024.
Baca Juga
Di satu sisi, para peneliti NASA hingga saat ini masih berupaya menguak misteri Bulan, salah satunya melalui material-material Bulan yang dibawa oleh Neil Armstrong dan Buzz Aldrin ketika balik ke Bumi (Michael Collins tidak ikut turun ke Bulan kala itu).
Advertisement
Namun anehnya, dalam melakukan riset tersebut, NASA menggunakan kecoak dan memberi makan serangga ini dengan beberapa sampel Bulan. Setelah itu, mereka membuangnya ke dalam akuarium ikan yang berbentuk seperti gelas piala. Ada pula tikus yang disuntik dengan sampel Bulan itu.
Lalu, untuk apa semua ini?
NASA masih menyimpan sebagian besar batuan Bulan yang dibawa pulang oleh awak Apollo 11, tetapi sebagian kecil dari batuan-batuan tersebut digunakan dalam serangkaian eksperimen yang tak biasa, tetapi sangat penting, untuk memastikan sampel Bulan itu aman.
Para ilmuwan cukup percaya bahwa tidak ada kuman berbahaya yang hidup di Bulan, tetapi mereka tidak bisa benar-benar yakin terhadap kesimpulan ini. Meski dinilai sebagai benda yang paling berharga bagi ilmu pengetahuan, tetapi batu tersebut dikhawatirkan bisa menjadi kutukan di Bumi --jika ternyata mengandung risiko bagi kehidupan kita.
Oleh karena itu, sebagai bagian dari persiapan NASA untuk misi selanjutnya, para ahli memutuskan untuk menyusun program tes.
"Kami harus membuktikan bahwa kami tidak akan mencemari dunia kita, entah itu merugikan bagi manusia, ikan, burung, binatang, atau tanaman," kata Charles Berry yang bertanggung jawab atas operasi medis selama Apollo, mengatakan dalam sejarah lisan 1999.
"Kami wajib mampu menunjukkan bahwa kami tidak akan mencelakai niosfer di Bumi. Jadi, kami harus mengembangkan program yang benar-benar bisa dijalankan untuk ketiga astronaut kami. Banyak tantangannya," imbuhnya, seperti dikutip dari Space.com, Senin (29/7/2019).
Para astronaut sendiri langsung dibawa ke karantina setelah mereka mendarat di Bumi. Di sana, mereka diisolasi dari semua hal, kecuali 20 ilmuwan yang mengurus mereka, selama tiga minggu.
Sekumpulan tikus juga ditempatkan di sana. Binatang-binatang ini disuntik dengan material Bulan dan ditempatkan sedekat mungkin dari tim Apollo 11 itu.
"Mereka selalu ingin tahu bagaimana hewan pengerat bekerja," ujar Judith Hayes, Kepala Divisi Biomedis Penelitian dan Ilmu Lingkungan NASA, yang ikut menemani ketiga astronaut dalam fasilitas karantina.
"Jika tikus-tikus itu baik-baik saja, maka ketiga astronaut kemungkinan akan dilepaskan tepat waktu (dari karantina). Namun bila hewan ini jadi tidak sehat, maka para astronaut akan diperiksa lebih hati-hati dan dikarantina lebih lama," pungkasnya.
Namun mengkonfirmasi keselamatan tikus dari paparan manusia yang baru saja tiba dari Bulan, tidak cukup, karena menjaga keselamatan kehidupan darat adalah hal yang jauh lebih rumit.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Pakai Hewan Lain
![NASA dan Kecoak](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/HlShFUj5_QvaqMkH_po2KylY690=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2866999/original/011280800_1564400565-nasa_dan_kecoak.jpg)
Selain tikus, NASA juga menggunakan media lain untuk mendeteksi bahaya yang terselip di balik tubuh dan pakaian ketiga astronaut NASA (Neil Armstrong, Buzz Aldrin dan Michael Collins).
Pertama, NASA memilih spesies yang akan digunakannya. Agensi dan mitra-mitranya memutuskan menggunakan puyuh Jepang untuk mewakili burung, ikan, udang cokelat, tiram, kecoak Jerman dan lalat rumah.
Kemudian, NASA memanfaatkan runtuhan dari batuan Bulan sebesar 22 kilogram. Para ilmuwan mengubah material ini menjadi debu, setengahnya mereka panggang untuk mensterilkan, dan setengahnya lagi disimpan begitu saja.
Tikus dan puyuh Jepang disuntik sampel Bulan, kecoak diberi makan dengan campuran sampel Bulan, ikan dan tiram diberi debu Bulan ke air tempat mereka tinggal.
NASA mengawasi satwa-satwa ini selama sebulan, kalau-kalau nanti ada sesuatu yang 'salah' lantaran terpapar Bulan. Kecoak Jerman yang diberi makan dengan campuran debu Bulan tumbuh subur, begitu pula dengan hewan lainnya.
Namun ada dua spesies yang mati, yaitu ikan dan tiram.
"Hasil dari tes-tes ini tidak memberikan informasi yang menunjukkan bahwa sampel Bulan berisi agen-agen replikasi yang berbahaya bagi kehidupan di Bumi," kata penulis sebuah makalah di jurnal Science, yang dipublikasikan satu tahun setelah misi Apollo 11.
Advertisement
Pakai Tanaman
![NASA dan Kecoak](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/vK6HAMjqvxig9_CxvezxHcdZVu4=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2867010/original/095994800_1564400696-nasa_dan_kecoak_2.jpg)
Selain itu, NASA juga bekerja sama dengan Departemen Pertanian AS (USDA) untuk menguji tanaman jika ada reaksi negatif terhadap bahan Bulan.
Eksperimen tersebut antara lain menanam benih di dalam sebuah botol gelas yang diisi tanah Bulan. Tes tidak hanya dilakukan terhadap tomat, tetapi juga tembakau, kubis, bawang dan pakis. Beberapa tumbuhan ini sebenarnya berkembang biak dengan lebih baik di regolith (lapisan endapan superfisial longgar, heterogen yang menutupi batuan padat) daripada di pasir Bumi .
Uji coba serupa pun dilakukan setelah Apollo 12 dan 14, dengan bereksperimen pada 15 spesies hewan yang berbeda, menurut dokumen NASA. Sementara tes hewan dan tumbuhan sedang berlangsung, NASA juga membiakkan sampel pada cawan petri untuk mencari mikroorganisme yang berkembang.
"Mereka tidak menemukan pertumbuhan mikroba pada sampel Bulan, dan tidak dijumpai mikroorganisme yang awalnya dikira berkaitan dengan sumber dari luar Bumi atau Bulan. Tim peneliti pun tidak mendeteksi tanda-tanda penyakit menular. Semua tikus sehat," kata Hayes.
Akhirnya, NASA yakin bahwa regolith Bulan tidak berbahaya. Setelah Apollo 14, pada tahun 1971, agensi tersebut berhenti menguji binatang dan mengakhiri prosedur karantina yang ketat untuk seluruh astronaut yang dikirim ke Bulan.
NASA pun menghentikan karantina teknisi laboratorium yang bekerja untuk meneliti sampel Bulan, yang telah melakukan kontak langsung dengan batu Bulan.
Terkini Lainnya
Studi: Jalan Kaki Terbukti Bisa Bantu Atasi Masalah Nyeri Punggung
Mengapa Anda Ingin Bersin Saat Terpapar Sinar Matahari? Ini Penjelasannya
Peneliti Ungkap Senyawa pada Kulit Jeruk yang Bermanfaat bagi Kesehatan Tubuh
Pakai Hewan Lain
Pakai Tanaman
NASA
Bulan
Apollo 11
Kecoak
Sains
Rekomendasi
Mengapa Anda Ingin Bersin Saat Terpapar Sinar Matahari? Ini Penjelasannya
Peneliti Ungkap Senyawa pada Kulit Jeruk yang Bermanfaat bagi Kesehatan Tubuh
Studi Jerman Ungkap Alasan Minum Alkohol di Pesawat Mungkin Buruk bagi Kesehatan
Ahli Sebut Produksi Buah Alpukat Menyusut, Ternyata Ini Penyebabnya
Peneliti Ungkap Kurang Tidur Meningkatkan Risiko Terkena Diabetes Tipe 2
Waspada, Ahli Ungkap Kemungkinan Seseorang Menderita Alzheimer Tanpa Gejala
Ilmuwan China Temukan Cara Bikin Baterai Lebih Efisien Pakai Air, Ini Penjelasannya
Studi: Gajah Afrika Panggil Kawanannya Pakai Nama Seperti Manusia
AS Rilis Pil Pertama untuk Depresi Pascapersalinan, Ini Klaim Keberhasilannya
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Reaksi Lionel Messi Gagal Penalti di Duel Argentina Vs Ekuador
Hasil Copa America 2024: Argentina Susah Payah Tundukkan Ekuador Lewat Adu Penalti
Hasil Copa America 2024: Lionel Messi Gagal Cetak Gol, Argentina Lolos ke Semifinal Lewat Adu Penalti Singkirkan Ekuador
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador, Baru Dimulai
Ketua KPU
KPU Minta Kasus Pencabulan Hasyim Asy'ari Tidak Menyeret-nyeret Keluarga
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Faldo Maldini Pamitan ke Jokowi Sebelum Maju Pilkada Tangerang
Pilkada Sulteng 2024, PKS Beri Surat Rekomendasi untuk Pasangan Anwar-Reny
Peluang PDIP Usung Bobby Nasution di Pilgub Sumut, Puan: Belum Ada Keputusan, Tapi Bisa Jadi
Pengamat Nilai Sinyal Dukungan Gerindra Perkuat Posisi Eman Suherman Maju Pilkada Majalengka 2024
Organisasi Sayap Gerindra PP Satria Dukung Marshel Widianto Jadi Calon Wakil Wali Kota Tangsel 2024
Puan Respons Wacana Duet Anies-Andika di Pilkada Jakarta 2024: Menarik
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
5 Juli 2019: Gempa Bumi M6,9 di California, Bangunan Bergoyang dan Terjadi Kebakaran
Populer
Lewat Pameran Lukisan, 1 Seniman Indonesia Bareng 19 Pelukis ASEAN-India Pamer Hubungan Budaya dan Sejarah
Kapal Terbalik di Laut Mauritania, 89 Migran Hendak ke Eropa Tewas, 72 Orang Dinyatakan Hilang
Model di Inggris Jual Wine Pakai Anggur yang Diinjak Kakinya, Harganya Rp2 Juta Per Botol
Mengenal 55 Cancri e, Planet Berlian
Lumut Berpotensi Dapat Tumbuh di Mars
Gunung Etna Meletus, Semburan Abu Vulkanik dan Lava Picu Bandara Catania Ditutup
Partai Buruh Menang Pemilu, Keir Starmer yang Bergelar Bangsawan Jadi PM Inggris Gantikan Rishi Sunak
Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Link Live Streaming Euro 2024 Spanyol vs Jerman, Sebentar Lagi Tanding
Link Live Streaming Euro 2024 Portugal vs Prancis, Sabtu 6 Juli Pukul 02.00 WIB
Link Live Streaming Euro 2024 Spanyol vs Jerman Jumat 5 Juli Pukul 23.00 WIB, Duel Raksasa di 8 Besar
Prancis Vs Portugal 8 Besar Euro 2024: Les Bleus Siap Tampil Garang
Berita Terkini
UAH Kisahkan Nabi Ayub AS yang Menolak Mengeluh saat Diuji Allah, Ini Hikmahnya
KRI Dewaruci Bersama Laskar Rempah Singgah di Tanjung Uban, Kepri
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal, Hasil, dan Klasemen Final Four PLN Mobile Proliga 2024: Siapa Rebut Gelar Juara?
3 Bek yang Ingin Direkrut Manchester United di Musim Panas 2024: Ada Eks Pinjaman Setan Merah
Menara Pandang Banjarmasin, Spot Wisata Komplet untuk Nikmati Pesona Kota Seribu Sungai
HEADLINE: Bursa Pilgub Sumut 2024 Kian Sengit, Bobby Nasution Bakal Lawan Edy Rahmayadi Atau Ahok?
Geger Kasus Pemecatan Dekan FK Unair, Rektor: Tidak Ada Komentar Dulu
10 Hiu Laut Dalam yang Jarang Dilihat Manusia, Monster Mengerikan Paling Ditakuti
Link Streaming ONE Championship: ONE Fight Night 23 di Vidio, Sabtu 6 Juli 2024
10 Sektor 'Lahan Basah' Investasi Kota Bandung: Ada Pariwisata, Fesyen, dan Infrastruktur
Pasca Serangan Siber ke PDNS, Menko Polhukam Sebut Layanan Masyarakat Sudah Berjalan Normal
Faldo Maldini Pamitan ke Jokowi Sebelum Maju Pilkada Tangerang