uefau17.com

Wanita Kalau Ngomong Jangan Genit Mendesah-desah, Akibatnya Begini Kata Buya Yahya - Islami

, Jakarta - Buya Yahya adalah seorang ulama terkemuka yang dikenal karena kebijaksanaan dan kecerdasannya dalam memberikan ceramah agama.

Salah satu ceramahnya yang menarik perhatian banyak orang adalah ketika ia mengangkat isu tentang perilaku wanita dalam hal berbicara.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya menyampaikan pesan yang kuat tentang pentingnya wanita untuk menjaga tutur kata dan perilaku. Buya Yahya melarang wanita bersikap genit saat berbicara.

Dengan kelembutan dan kearifan, ia mengajak para wanita untuk memperhatikan etika berbicara dan memperkuat pesan akan pentingnya tata krama dalam berkomunikasi, yang selaras dengan ajaran agama.

"Wahai para wanita dan anak putri, mari budayakan malu, jangan biasakan angkat suara, kalau ngomong pada laki-laki jangan genit, jangan mendesah, jangan kemenyek," kata Buya Yahya seperti dalam unggahan Youtube chanel Al-Bahjah TV.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Boleh Manja dan Genit tapi Dengan Orang Ini...

Ia menambahkan, jika rasa malu ada dalam diri manusia khususnya para wanita maka ada segala kebaikan.

"Kamu boleh berbicara super manja dengan suamimu. Jangan berbicara manja dengan orang lain jika seperti itu tidak diperbolehkan mendengarnya biarpun mendengar suara wanita bukanlah aurat," tambahnya.

Ia menjelaskan, dalam madzab Imam Syafi'i suara wajar bukanlah aurat tapi, kalau suaranya sudah dibuat mendesah dibuat ganjen (manja), kita tidak boleh mendengarnya.

"Kita ingin tanamkan anak kita punya rasa malu jangan biasakan mengangkat suara di depan kaum pria. Kalau ingin mengukur kemuliaanmu, wahai anak putriku, ibu-ibu, dan saudara-saurada wanitaku kalau Anda sudah betul-betul merasa risih saat di pandang pria maka rasa malu ada pada Anda," katanya.

"Anda risih dan kesal kalau ada orang yang melihat, terus ingin melemparnya pakai sepatu, biarpun tidak lempar beneran, tapi risih dan sedih, itu kemulian," katanya.

"Tapi na'udzubillah, katanya rajin ngaji, solehah, tahajudan, tapi kalau ada pria lewat, dia pasti membasahi bibirnya atau langsung memakai parfum, dan lain sebagainya itu adalah perempuan yang rendah, yang tidak ada nilainya. Perempuan harus punya wibawa dan malu bila dilihat oleh pria. 'Kenapa mereka memperhatikan saya?',", ujarnya.

3 dari 3 halaman

Ratu Inggris Saja Tidak Salaman dengan Semua Orang

Menurut dia, pendidikan kaum kafir pamer dan menonjolkan aurat, biar semua terpesona dan mengagumi. Tapi itu hilang keistimewaannya karena siapapun boleh melihatnya. Bahkan bersentuhan pun boleh.

"Sementara orang yang mulia akan dijaga sebenarnya menjaga, ini adalah tradisi dan kesadaran semua orang dikisahkan bahwa Ratu Inggris dia tidak mudah bersalaman dengan semua orang karena harus terjaga. Tidak semua orang boleh disalamin apakah boleh semua orang salaman? itu tidak boleh karena dia terjaga," ujarnya memberi contoh.

Menurutnya itulah ratu. Kalau wanita muslimah lebih dari seorang ratu jangankan bersentuhan, melihat saja tidak boleh.

Dia mengungkapkan, keinginan untuk selalu menjaga ini selalu ada dalam fitrah orang yang beriman kecuali imannya sudah runtuh. Orang yang runtuh imannya tidak pernah menjaga dirinya lagi, tidak punya rasa malu jadi kalangan ratu kafir pun dijaga, tidak boleh di lihat sembarang orang bagaimana kita sebagai seorang muslimah, yang kenal nabi Muhammad? kenapa harus di pamerkan? lekukan tubuhnya, kecantikannya.

"Kecantikanmu hanya untuk suamimu kecantikanmu bukan untuk diobral di pinggir jalan maka budayakan rasa malu," tandasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat