uefau17.com

Dokter Paru: Masih Banyak Perempuan Indonesia Pegang Budaya Merokok Itu Enggak Keren, Harus Dipertahankan - Health

, Jakarta Sebagian besar perempuan Indonesia menganggap bahwa merokok adalah hal yang tak baik. Sebaliknya, laki-laki di Indonesia cenderung menganggap merokok sebagai hal keren.

Pandangan ini punya peran terhadap jumlah kasus kanker paru didominasi oleh laki-laki, tak hanya di Indonesia tapi di dunia. Mengingat, kanker paru merupakan salah satu akibat dari merokok.

“Kenapa kanker paru banyak pada laki-laki? Karena gaya hidup, laki-laki itu lebih banyak merokok ketimbang perempuan,” kata dokter spesialis paru konsultan Elisna Syahruddin dalam talk show kanker paru bersama AstraZeneca dan Plan Indonesia di Jakarta, Rabu (1/11/2023).

Allhamdulillah di Indonesia, jumlah perokok perempuan tuh masih rendah. Alhamdulillah sekali kita perempuan tuh masih pegang budaya bahwa kalau perempuan merokok enggak ada keren-kerennya, dan itu kita pertahankan,” ujar Elisna.

Elisna menambahkan, kanker paru menempati peringkat kedua di dunia sebagai kanker dengan angka kematian terbanyak.

“Kanker paru itu menjadi masalah bukan hanya di Indonesia tapi masalah secara global. Kanker paru memiliki kasus nomor dua terbanyak di dunia. Tapi, bagi laki-laki, dia (kanker paru) nomor satu,” ucap Elisna.

Sementara di Indonesia, jumlah kasus kanker paru menduduki peringkat ketiga terbanyak. Namun, bagi laki-laki, kanker paru menjadi jenis kanker nomor satu yang paling banyak diidap.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penemuan Kasus Selalu di Stadium Lanjut

Salah satu hal yang membedakan antara kanker paru dengan kanker lainnya di dunia adalah, penemuan kasusnya selalu di stadium lanjut. Artinya, kanker baru didiagnosis setelah penyakitnya parah.

“Itulah kenapa kanker paru disebut pembunuh utama dalam penyakit kanker. Jadi dari semua kanker, juara umumnya itu kanker paru dan itu tidak berubah dalam hampir 20 tahun,” jelas Elisna.

Tingginya kasus kematian akibat kanker paru disebabkan penemuan penyakit yang cenderung terlambat. Dan setelah ditemukan dalam kondisi parah, maka pengobatan pun tidak begitu membantu.

“Ketika diobati, kita enggak bisa sembuhkan lagi kalau sudah stage (stadium) lanjut, jadi angka kematiannya sangat tinggi.”

3 dari 4 halaman

Belum Ada Skrining Masif

Sejauh ini, lanjut Elisna, kanker paru terbilang sulit dicegah lantaran skriningnya belum masif.

“Kenapa kanker paru sulit dicegah? Kalau kanker serviks sudah mulai ada pencegahan kan, kanker serviks tuh berhasil turun dengan skrining dengan vaksin. Kalau kanker paru belum ada skrining yang masif dilakukan,” ujarnya.

Dia menambahkan, risiko terjadinya kanker paru berkaitan dengan aktivitas organ yang terlibat, yakni paru-paru. Maka segala sesuatu yang memengaruhi saluran napas itu menjadi faktor risiko kanker paru.

“Kita bernapas 16 sampai 22 kali per menit, nah kalau udara yang kita hisap itu mengandung unsur yang menyebabkan jadi kanker maka risiko untuk kanker paru akan meningkat.”

4 dari 4 halaman

Penyebab Kanker Paru

Lebih lanjut, Elisna menyampaikan bahwa penyebab kanker paru terbagi dua, yakni yang disengaja dan tak disengaja.

Contoh paparan yang disengaja adalah asap rokok. Ketika merokok, maka orang dengan sengaja memasukan asap ke dalam saluran napas.

“Asap rokok mengandung zat karsinogen, zat yang menyebabkan kanker. Di sisi lain, asap yang terus mengiritasi saluran napas akan mengubah saluran napas atau gen di saluran napas. Itu juga jadi penyebab kanker paru,” jelas Elisna.

Sedangkan, paparan yang tak disengaja contohnya polusi udara atau polusi di tempat kerja.

“Misalnya buruh, bukan hanya buruh pabrik, buruh bangunan. Kami punya data, mereka berisiko karena menghirup asbes, semen, itu polusi yang tak sengaja dihisap karena profesinya,” ujar Elisna dalam acara menyambut bulan kesadaran kanker paru atau Lung Cancer Awareness Day 2023.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat