uefau17.com

Kenali Apa Itu Pareidolia, Fenomena Melihat Wajah di Benda Mati - Health

, Jakarta - Sedang duduk-duduk santai di teras sambil melihat langit, tiba-tiba terlintas, "Eh, itu awannya seperti bentuk kelinci." Lalu, saat main bowling, baru melihat bola kemudian menyeletuk, "Lihat, deh, kayak wajah orang kaget." Lalu, baru buka buku dan melihat foto bulan langsung berpikir bahwa benda langit itu memiliki wajah. Apa pernah seperti itu?

Ternyata, fenomena ini ada sebutannya, lho, yaitu pareidolia. Meski namanya terdengar asing, pareidolia nyatanya banyak orang yang pernah mengalaminya.

Dikutip dari Live Science, pareidolia adalah fenomena psikologis yang menyebabkan beberapa orang melihat gambar atau mendengar suara yang samar serta acak sebagai sesuatu yang signifikan.

Kata ini berasal dari bahasa Yunani 'para', yang berarti sesuatu yang salah, salah, dan kata benda 'eidōlon,' yang berarti gambar atau bentuk.

Pareidolia adalah jenis apophenia, yang merupakan istilah yang lebih umum untuk 'melihat pola dalam data acak'.

Pareidolia wajah atau face pareidolia (fenomena melihat wajah dalam benda sehari-hari) adalah kondisi yang sangat manusiawi yang berhubungan dengan bagaimana otak manusia terhubung.

Penelitian dari UNSW Sydney Australia menunjukkan bahwa manusia memproses wajah-wajah imajiner ini menggunakan mekanisme visual otak yang sama dengan yang dilakukan terhadap wajah-wajah nyata.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science, peneliti utama Dr Colin Palmer dari UNSW Science’s School of Psychology, mengatakan bahwa melihat wajah dalam benda sehari-hari sangat umum.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengapa Pareidolia Terjadi?

"Halaman di situs web seperti Flickr dan Reddit mengumpulkan ribuan foto benda sehari-hari yang menyerupai wajah, yang diunggah oleh pengguna dari seluruh dunia," kata Palmer dikutip dari UNSW Sydney Newsroom.

"Fitur yang mencolok dari benda-benda ini adalah bahwa mereka tidak hanya terlihat seperti wajah tetapi bahkan dapat menyampaikan rasa kepribadian atau makna sosial. Misalnya, jendela rumah mungkin terasa seperti sepasang mata yang tengah mengawasi Anda, dan paprika mungkin terlihat seperti memiliki ekspresi bahagia di wajahnya."

Lantas, mengapa pareidolia wajah terjadi?

Palmer mengatakan ini berkaitan dengan cara orang mempersepsikan wajah. Meski setiap wajah manusia semua memiliki karakteristik tertentu yang membuatnya unik, terdapat beberapa fitur umum yang dimiliki semuanya, yaitu pengaturan spasial mata dan mulut.

"Pola dasar fitur yang mendefinisikan wajah manusia ini adalah sesuatu yang sangat selaras dengan otak kita, dan kemungkinan akan menarik perhatian kita terhadap objek pareidolia."

"Namun, persepsi wajah bukan hanya tentang memperhatikan adanya wajah. Kita juga perlu mengenali siapa orang itu, dan membaca informasi dari wajahnya, seperti apakah dia memperhatikan kita, dan apakah dia terlihat bahagia atau kesal."

3 dari 4 halaman

Sensory Adaptation

Para peneliti menggunakan teknik yang disebut 'sensory adaptation', semacam ilusi visual di mana persepsi seseorang dipengaruhi oleh apa yang baru-baru ini dilihatnya.

"Jika Anda ditunjukkan gambar orang yang melihat ke arah kiri Anda secara berulang, persepsi Anda akan berubah sehingga wajah-wajah lain akan terlihat seperti lebih menoleh ke kanan dibanding yang sebenarnya," jelas Palmer.

Misalnya, orang-orang yang berulang kali ditunjukkan wajah yang melihat ke kiri, ketika ditunjukkan dengan wajah yang menatap langsung ke arahnya, akan mengatakan bahwa mata orang tersebut melihat ke kanan.

Jadi, jika Anda merasa seperti objek pareidolia sedang menatap Anda, itu mungkin karena benda itu mengaktifkan mekanisme yang dirancang untuk membaca informasi semacam itu dari wajah manusia.

"Jadi, kami pikir pareidolia wajah adalah semacam ilusi visual. Kita tahu bahwa objek itu tidak benar-benar memiliki pikiran, tetapi kita tidak bisa tidak melihatnya memiliki karakteristik seperti 'arah tatapan' karena mekanisme dalam sistem visual aktif saat mendeteksi objek dengan fitur dasar yang menyerupai wajah."

4 dari 4 halaman

Sekali Lihat, Akan Terus Lihat

Menurut Carl Sagan, kosmolog dan penulis asal Amerika, pareidolia merupakan sebuah mekanisme bertahan hidup. Dalam bukunya tahun 1995,The Demon-Haunted World – Science as a Candle in the Dark, ia menulis bahwa kemampuan untuk mengenali wajah dari kejauhan atau dalam visibilitas yang buruk adalah teknik bertahan hidup yang penting.

Kendati demikian, naluri ini memungkinkan manusia untuk langsung menilai apakah orang yang mendekat adalah teman atau musuh, Sagan mencatat bahwa hal itu dapat mengakibatkan beberapa salah tafsir gambar acak atau pola cahaya dan bayangan sebagai wajah.

Sekali Anda menemukan wajah dalam benda-benda tersebut, tidak mungkin untuk dapat melihatnya kembali tanpa kehadiran mata dan mulutnya.

"Inilah salah satu ciri ilusi, yaitu adanya kecenderungan luar biasa untuk memformulasikannya dalam pikiran dan sangat sulit untuk berhenti memikirkannya," ujar Bruce Hood, penulis The Self Illusion: How the Social Brain Creates Identity kepada BBC.

Pareidolia bisa sangat evokatif, terutama jika seseorang percaya pada keajaiban, kata ahli saraf Sophie Scott, dari University College London kepada BBC.

"Ini adalah demonstrasi yang menunjukkan betapa kuatnya efek persepsi. Kita jadi benar-benar ingin melihat hal-hal seperti wajah, mendengar suara, dan sistem persepsi kita akan mulai melakukan itu," tambahnya.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat