uefau17.com

Taylor Swift Ungkap Lagu Baru Album 1989, Judulnya Bikin Kaget! - Global

, Jakarta - Taylor Swift mengumumkan lagu-lagu bonus yang akan muncul di rekaman ulang album 1989 miliknya. Album 1989 adalah salah satu album tersukses Taylor Swift berkat lagu-lagu seperti Blank Space, Style, dan Wildest Dreams.

Ini merupakan album rekaman ulang Taylor Swift yang keempat setelah Fearless, Red, dan Speak NowSemua rekaman ulang itu diberi nama Taylor's Version.

Album 1989 (Taylor's Version) akan rilis pada 27 September mendatang. Pada versi terbaru ini, Taylor Swift menambahkan lima lagu yang sebelumnya gagal masuk ke 1989. 

Salah satu judul lagu itu juga cukup membuat kaget, yakni berjudul "Slut!" (pelacur). 

Nama lagu itu memiliki tanda kutip, sehingga kemungkinan terkait omongan seseorang. Judul itu sebetulnya sudah menjadi spekulasi para fans ketika Taylor Swift memberikan petunjuk di Instagram.

Judul-judul lagu baru 1989 (Taylor's Version) itu diungkap Taylor Swift melalui sosial media miliknya. Empat lagu lainnya berjudul: Say Don't Go, Now That We Don't Talk, Suburban Legends, dan Is It Over Now?

Ini adalah pertama kalinya album Taylor's Version tidak menyajikan lagu bonus yang merupakan hasil kolaborasi.

Album 1989 aslinya dirilis pada 2014 dan meraih penghargaan Album of the Year dan Best Pop Vocal Album dari acara Grammy.

Perekaman ulang ini dilakukan Taylor Swift setelah master rekaman (rekaman asli) lagu-lagunya dijual secara sepihak oleh perusahaan rekaman Big Machine Records kepada Scooter Braun. Hal itu memicu kemarahan Taylor Swift sehingga ia memutuskan merekam ulang lagi semua album lamanya. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Universitas di Belgia Buka Kelas Analisis Lirik Lagu Taylor Swift

Sebelumnya dlaporkan, Universitas Ghent meluncurkan kelas sastra baru yang didedikasikan untuk manfaat sastra dari diskografi Taylor Swift. Musim gugur ini, "Literature: Taylor's Version", tajuk album yang direkam ulang Taylor Swift, akan tersedia untuk mahasiswa, dikurasi oleh asisten profesor Elly McCausland.

Dikutip dari CNN, Rabu, 16 Agustus 2023, McCausland adalah penulis blog "Swifterature" yang membandingkan tema, gambar, dan penggunaan bahasa Taylor Swift dengan para penulis termasuk Sylvia Plath, Charles Dickens, dan William Shakespeare. Ia akan menggunakan karya, termasuk lirik lagu Taylor Swift untuk terlibat dengan sastra "dari periode Abad Pertengahan hingga zaman Victoria", termasuk "Troilus and Criseyde" karya Geoffrey Chaucer, "The Tempest" karya Shakespeare dan "Villette" karya Charlotte Brontë, serta karya penulis kontemporer termasuk Margaret Atwood dan Simon Armitage.

"Sangat produktif dan otobiografi dalam penulisan lagunya, Swift sering menyinggung teks sastra kanonis dalam musiknya," demikian bunyi silabus kelas tersebut.

Silabus juga menjelaskan bahwa menggunakan lagu Taylor Swift sebagai batu loncatan. "Kami akan mengeksplorasi, di antara topik lainnya, feminisme sastra, ekokritik, studi penggemar, dan kiasan seperti anti-pahlawan. Popularitas Swift yang bertahan lama berasal, setidaknya sebagian, dari aspek yang sangat intertekstual dari karyanya, dan kursus ini akan menggali lebih dalam untuk mengeksplorasi akar sastranya," lanjut keterangan itu.

Pendaftaran kelas terbuka untuk semua mahasiswa, termasuk mereka yang tidak menganggap diri mereka penggemar Taylor Swift (atau mungkin belum pernah menemukan musiknya). "Tujuan dari kelas ini adalah untuk berpikir kritis tentang Swift sebagai seniman dan penulis, dan menggunakan popularitas musiknya sebagai 'jalan masuk' ke kumpulan sastra yang mungkin telah membentuk karyanya," jelas keterangan tersebut.

3 dari 3 halaman

Dosen Ahli Sastra

McCausland meraih gelar Sarjana dan Master dari University of Oxford, masing-masing dalam Sastra Inggris dan Sastra Inggris Abad Pertengahan, dan juga menerima gelar Ph.D dari University of York di Inggris. Ia sebelumnya mengajar di University of Oslo di Norwegia.

Penulisan lagu Swift telah ada di pikirannya sebagai subjek yang layak untuk analisis ilmiah untuk "sementara," kata McCausland kepada CNN. Tetapi ide itu menjadi "benar-benar mengkristal" dengan perilisan album terbaru Swift "Midnights" pada musim gugur yang lalu.

"Ada sebuah lagu di sana berjudul 'The Great War,' yang menggunakan Perang Dunia Pertama sebagai analogi untuk patah hati. Itu membuat saya berpikir tentang puisi Sylvia Plath 'Daddy,' di mana dia menggunakan Holocaust untuk mendiskusikan hubungannya yang bermasalah dengan ayahnya," jelas McCausland. "Apropriasi rasa sakit dan perang sejarah ini sebagai metafora (untuk cinta dan kehilangan) - saya mulai berpikir tentang kesejajaran sastra lainnya dan dari sanalah kursus itu berasal."

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat