uefau17.com

Melacak Rekam Jejak Civitas Akademika Universitas Brawijaya Melalui Pameran QR Art - Regional

, Malang - Ketika artificial intelegence mengancam berbagai profesi termasuk seniman, seorang perupa sekaligus musisi asal Surabaya menyikapi dengan kreatif. Doddy Hernanto tak mau ditenggelamkan karya-karya berbasis AI, ia menjadi satu-satunya seniman yang mengembangkan QR (Quick Response) code dengan sentuhan lukisan. Jadilah QR Art.

Banyak tokoh dan pejabat negara yang memanfaatkan jasanya untuk mendokumentasikan rekam jejak digitalnya. Dengan QR Art, Doddy memudahkan orang mengulik karya seseorang.

Terakhir, Doddy melukis wajah sejumlah civitas akademika dari Universitas Brawijaya Malang. Lukisan itu kemudian dimodifikasi menjadi QR Art agar mudah menelusuri rekam jejak para civitas akademika itu. Mulai dari karya ilmiah, penelitian, hingga semua temuan.

"Cukup dengan memindai QR Art itu, semua data akan disajikan. Tinggal menyesuaikan saja data apa yang dicari," kata Doddy.

Pameran ini bukan yang pertama. Sebelumnya ia sudah memamerkan karya-karya paduan analog dan digital. Sejumlah wajah pernah ia lukis langsung dengan tangannya dan dikonversi menjadi kode QR.

"Bisa saja menggunakan foto atau teknologi AI, namun jelas art-nya akan berbeda citarasanya," katanya.

Dalam pameran di Universitas Brawijaya Malang itu Doddy juga perlu riset sehingga karakter yang dilukis bisa memiliki roh. Bukan hanya memampang wajah seperti baliho politisi di pinggir jalan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berdamai dengan Teknologi

Doddy Hernanto memilih berdamai dengan teknologi. Ia tak memusuhi atau anti dengan teknologi digital. Namun ia tak mau terjebak dengan kemapanan yang dijanjikan teknologi itu.

"Manusia dianugerahi talenta untuk survive. Tak semua bisa diambil alih oleh teknologi. Sentuhan human menjadi pembeda," katanya 

Sebelumnya Doddy yang berpengalaman menjadi additional player grup cadas Boomerang yang eksis tahun 1990-an juga menemukan teknik bermain gitar dengan satu jari.

Teknik itu juga memanfaatkan teknologi sehingga siapapun bisa mengasah feel atau rasa bermusiknya dengan lebih mudah. 

"Saat itu tujuannya bukan mengajak main musik, namun memperhalus rasa kemanusiaan melalui musik. Jika mudah memainkan otomatis akan menyenangkan," kata Doddy.

Nah, bagi yang penasaran dengan aktivitas, riset, temuan atau karya para civitas akademika Universitas Brawijaya Malang, silakan mengunjungi dan langsung saja scan QR Art yang dipamerkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat