uefau17.com

Ada Perang, Pengamat UI Yakin IHSG Tak Bakal Anjlok hingga di Bawah 7.000 - Saham

, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mengalami tekanan dan berada di zona merah seiring memanasnya kondisi geopolitik di Timur Tengah. Saling serang antara Iran dan Israel menjadi pemicu tumbangnya pasar saham di Indonesia.  

Namun, Pengamat pasar modal Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy mengatakan kecil bahwa kondisi pelemahan IHSG ini tidak akan sampai di bawah level 7.000. Seperti diketahui, IHSG tertekan pada 16-19 April 2024 sebesar 2,74 persen ke posisi 7.087,31. Sebelum libur Lebaran, IHSG juga turun tipis 0,03 persen ke posisi 7.286.

“Saya pikir IHSG di level 7.050 hingga 7.100 adalah hal yang wajar, walaupun angkanya rendah, dan kecil kemungkinan akan turun di bawah 7.000,” kata Budi Frensidy dikutip dari Antara, Minggu (21/6/2024).

Terkait imbas konflik Iran-Israel terhadap transaksi saham, ia menuturkan kelompok saham yang paling terdampak adalah saham dari emiten yang memiliki bobot produk ekspor maupun impor serta nilai utang dalam dolar AS yang besar.

Sementara kelompok saham yang dijual oleh emiten yang bahan baku dan pasar utama produk-produknya berada di dalam negeri serta tidak punya atau hanya memiliki sedikit utang dalam Rupiah tidak terdampak signifikan.

Pasar Obligasi

Selain saham, ia menyampaikan bahwa konflik Iran-Israel juga memengaruhi produk pasar modal lainnya, yakni obligasi.

“Obligasi ikut tertekan dengan terjadinya capital outflow (aliran modal keluar) karena Rupiah yang melemah,” ucap Budi.

Ia menuturkan bahwa rupiah yang melemah membuat yield yang diminta investor naik sehingga harga pasar obligasi menurun.

Ia pun menyarankan para investor untuk selektif dalam membeli dan menjual produk pasar modal karena volatilitas sedang tinggi.

“Selalu pegang minimal 30 persen (dari produk investasi yang dimiliki) sebagai cash on hand,” ujar Budi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

IHSG Anjlok 2,74% pada 16-19 April 2024 Terseret Konflik Iran-Israel

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan pada 16-19 April 2024. Sentimen global terutama konflik Iran-Israel yang memanas menekan IHSG.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (20/4/2024), IHSG terpangkas 2,74 persen ke posisi 7.087,31. Sebelum libur Lebaran, IHSG turun tipis 0,03 persen ke posisi 7.286 pada 1-5 April 2024.

Selain itu, kapitalisasi pasar bursa merosot 1,42 persen dari Rp 11.887 triliun menjadi Rp 11.718 triliun pada penutupan pekan ini. Investor asing menjual saham Rp 4,51 triliun selama sepekan. Pada Jumat, 19 April 2024, investor asing lepas saham Rp 838,17 miliar. Sepanjang 2024, investor asing beli saham Rp 12,12 triliun.

Adapun pada pekan ini peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi harian saham. Rata-rata frekuensi transaksi harian saham meningkat 36,53 persen menjadi 1,37 juta kali transaksi dari 1,01 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Rata-rata nilai transaksi harian saham melonjak 26,01 persen menjadi Rp 15,64 triliun dari Rp 12,41 triliun pada pekan lalu. Selain itu, rata-rata volume transaksi harian saham bertambah 10,34 persen menjadi 17,37 miliar pada pekan ini dari pekan lalu 15,75 miliar saham.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG dipengaruhi sentimen global selama sepekan. Pertama, konflik geopolitik Timur Tengah yang kembali memanas. Kedua, kenaikan harga komoditas dunia. Keempat, indeks dolar AS yang menguat sehingga menyebabkan nilai tukar rupiah tertekan.

Keempat, potensi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) untuk menahan suku bunga acuan pada Juni.

 

3 dari 3 halaman

Prediksi IHSG

"Selama sepekan ke depan, kami perkirakan koreksi IHSG relatif terbatas dan berpeluang menguat dengan support 7.000 dan resistance di 7.150,” ujar dia saat dihubungi .

Herditya menuturkan, sentimen yang akan pengaruhi IHSG masih dari konflik di Timur Tengah. Selain itu, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan harga komoditas dunia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat