uefau17.com

Top 3 Islami: Kenapa Gus Baha Menangis saat Baca Surat Al-Ikhlas? Benarkah di Sumbar Tidak Ada Habib? - Islami

, Jakarta - Surat Al-Ikhlas barangkali menjadi surah yang paling cepat dihafal oleh anak kecil setelah surat Al-Fatihah. Surah ini sering disebut surat Qulhu.

Surah ini sangat pendek dan mudah dihafal. Terlebih, imam sholat seringkali membaca surat Al-Ikhlas di rakaat kedua dengan bacaan syarih.

Ternyata, ada makna mendalam di balik surat Al-Ikhlas. Hal ini membuat Gus Baha kerap menangis saat membacanya.

Tulisan mengenai alasan Gus Baha menangis saat membaca surat Al-Ikhlas menjadi artikel terpopuler di kanal Islami , Selasa (11/6/2024).

Artikel kedua terpopuler yaitu pembahasan mengenai kenapa Al-Qur'an berbahasa Arab, bukan Inggris, Indonesia atau lainnya dari Prof KH Quraish Shihab.

Sementara, artikel ketiga yaitu kenapa gelar habib tidak digunakan di Sumatera Barat.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Cerita Gus Baha Sering Menangis saat Baca Surat Al-Ikhlas, Kenapa?

Ulama ahli tafsir Al-Qur'an, KH Bahauddin Nursalim yang populer dengan panggilan Gus Baha mengungkapkan keutamaan Surat Al Ikhlas. Menurutnya, Surat Al Ikhlas memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada Surat Al Mulk.

Hal ini merupakan sebuah penafsiran yang menarik dari kitab suci Al-Qur'an.

Surat Al-Ikhlas, yang berada pada urutan ke-112 dalam Al-Qur'an, termasuk dalam golongan surat Makiyyah yang turun di Kota Makkah.

Hal ini disampaikan KH Ahmad Bahauddin Nursalim dalam tayangan di kanal YouTube Angkring Cilik, di mana Gus Baha menjelaskan tentang keutamaan Surat Al Ikhlas.

Gus Baha menekankan bahwa meskipun Surat Al Mulk memiliki derajat 70 kali lebih tinggi dibanding surat lainnya, Surat Al Ikhlas ternyata memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada Surat Al Mulk itu sendiri.

Selengkapnya baca di sini

3 dari 4 halaman

2. Mengapa Al-Qur’an Bahasa Arab Bukan Inggris yang Internasional? KH Quraish Shihab Ungkap Alasannya

Allah SWT telah menurunkan kitab suci yang menjadi pedoman umat kepada empat nabi dan rasul. Keempat kitab itu adalah Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud, Taurat kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa, dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.

Keempat kitab suci tersebut menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Zabur dengan bahasa Qibti, Taurat, bahasa Ibrani, Injil bahasa Suryani, dan Al-Qur’an bahasa Arab.

Saat ini, kitab suci yang menjadi pedoman dan petunjuk umat Islam adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril secara berangsur-angsur.

Sampai sekarang bahasa Al-Qur’an tidak berubah, tetap menggunakan bahasa Arab. Untuk memudahkan memahami, Al-Qur’an dilengkapi terjemahan berdasarkan bahasa masing-masing negara.

Menarik untuk diulik lebih lanjut, mengapa Al-Qur’an sejak diturunkan hingga sekarang menggunakan bahasa Arab tidak pakai bahasa lain misalnya bahasa Inggris yang jadi bahasa internasional?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak penjelasan ulama sekaligus ahli tafsir Al-Qur’an, Prof. Quraish Shihab.

Selengkapnya baca di sini

4 dari 4 halaman

3. Mengapa Gelar Habib Tidak Digunakan di Sumatera Barat? Buya Arrazy Ungkap 2 Alasannya

Habib adalah gelar kehormatan yang dinisbatkan kepada keturunan (dzurriyah) Nabi Muhammad SAW. Habaib adalah kata jamak dari habib.

Gelar habib di Indonesia cukup populer. Banyak muslim Tanah Air yang menghormati para keturunan Rasulullah SAW.

Tokoh-tokoh besar yang berperan dalam menyebarkan dakwah Islam di Indonesia pun banyak dari kalangan habib. Sebut saja seperti Sholeh bin Muhsin al-Hamid Tanggul, Habib Umar bin Hood Al-Attas, Habib Ali Kwitang, dan masih banyak lagi.

Orang yang bergelar habib dapat dijumpai di sejumlah daerah di Indonesia. Namun, Sumatera Barat disebut sebagai daerah yang tidak ada habib. Meski demikian, bukan berarti klaim tersebut tidak ada keturunan Rasulullah SAW di ranah Minang.

Jarang atau tidak digunakannya gelar habib di Sumatera Barat menjadi satu pertanyaan dari seorang jemaah yang mengikuti kajian Buya Arrazy Hasyim. Penanya itu membandingkan dengan jumlah persebaran habib di Jawa dan Kalimantan yang cenderung lebih banyak.

Selengkapnya baca di sini

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat