uefau17.com

Top 3 Islami: Hukum Mengamalkan Sholawat Tanpa Ijazah Menurut Buya Yahya, Kritik Pedas Gus Baha kepada Hakim - Islami

, Jakarta - Sholawat menjadi salah satu amaliyah muslim yang paling banyak diamalkan. Bacaannya pendek, mudah dihafal dan mengandung berbagai keutamaan.

Nah, kini banyak ragam sholawat beserta lagunya. Sholawat-pun makin populer di usia dini. Terlebih setelah muncul berbagai majelis sholawat.

Alhasil, lafal sholawat makin beragam. Pertanyaannya kemudian, bolehkah sholawat diamalkan tanpa ijazah. Soal ini, Buya Yahya menjelaskan dengan gamblang.

Ulasan mengenai boleh dan tidaknya mengamalkan sholawat tanpa ijazah menjadi salah satu artikel terpopuler di kanal Islami , Selasa (25/6/2024).

Artikel kedua terpopuler yaitu kisah karomah Habib Abu Bakar Assegaf Gresik. Sedangkan artikel ketiga terpopuler yakni kritis pedas Gus Baha kepada hakim.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Amalkan Sholawat Tanpa Ijazah Apa Boleh? Ini Jawaban Buya Yahya

Seringkali kita mendengar ulama memberikan amalan atau ijazah yang berisi sholawat kepada murid-murid atau jemaah mereka.

Ijazah ini semacam otorisasi resmi dari ulama yang berfungsi untuk memberikan izin kepada seseorang untuk mengamalkan sholawat tertentu dengan cara yang telah diajarkan.

Proses ini tidak hanya sekadar memberikan bacaan sholawat, tetapi juga mencakup pemahaman tentang makna, tujuan, dan tata cara pelaksanaannya.

Dengan menerima ijazah, murid mendapatkan bimbingan langsung dari seorang ulama yang memastikan bahwa amalan tersebut dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam.

Lalu apakah saat tak ada ijazah, bolehkah mengamalkan sholawat semacam itu? Untuk menjawab pertanyaan semacam ini, yang sering muncul di masyarakat, ulama Buya Yahya menjawabnya.

Selengkapnya baca di sini

3 dari 4 halaman

2. Kisah 2 Karomah Menakjubkan Habib Abu Bakar Assegaf Gresik, Selamatkan Anak Pejabat Diikat Jin dan Kapal Haji

Puncak haul ke-69 Al Qutb Al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf digelar pada Senin, 24 Juni 2024 M/17 Dzulhijjah 1445 H. Puncak haul digelar di Masjid Jami’ Gresik, Jawa Timur.

Habib Abu Bakar Assegaf adalah salah satu waliyullah yang memiliki julukan Al Qutb. Ia putra dari salah satu keturunan Rasulullah SAW, Habib Muhammad bin Umar. 

Habib Abu Bakar lahir di Besuki, Situbondo, Jawa Timur pada 6 Dzulhijjah 1285 H yang bertepatan pada 30 Maret 1869. Beliau wafat pada malam Senin tanggal 17 Dzulhijjah 1367 H atau 15 Juli 1957 dalam usia 91 tahun.

Menjelang wafatnya, Habib Abu Bakar berpuasa selama 15 hari dan sering berkata, “Aku merasa bahagia akan berjumpa dengan Allah SWT.”

Habib Abu Bakar dimakamkan di sebelah Masjid Jami’ Gresik. Makamnya bersanding dengan makam guru beliau, Habib Alwi bin Muhammad Hasyim Assegaf. Setiap tahun haul Habib Abu Bakar sering dirayakan oleh keturunan dan para muhibbinnya.

Sebagai seorang waliyullah, Habib Abu Bakar semasa hidupnya diyakini memiliki sejumlah karomah. Salah dua karomahnya yang menakjubkan adalah ketika menyelamatkan anak pejabat dan tetangganya yang berangkat haji. Berikut kisahnya.

Selengkapnya baca di sini

4 dari 4 halaman

3. Kritik Pedas Gus Baha terhadap Hakim, Memvonis Orang dalam Kondisi Ini

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang akrab disapa Gus Baha, memberikan sindiran keras terhadap para hakim yang membuat keputusan dalam keadaan emosi.

Gus Baha mengingatkan pentingnya menjaga ketenangan dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, terutama dalam peran penting seperti hakim.

Gus Baha menyoroti fenomena yang terjadi saat ini, di mana banyak orang yang dalam keadaan sulit justru cenderung ingin menyalahkan atau menghukum orang lain.

"Karena bawaannya baru emosi, ini yang jarang dipraktikkan. Kalau sekarang malah banyak yang saat susah malah bawaannya ingin memvonis orang lain atau ngadili orang lain," ujar Gus Baha dalam sebuah tayangan di kanal YouTube @SNOfficial-Creator.

Mengutip pesan Nabi Muhammad SAW, Gus Baha menegaskan bahwa ketika semua kebaikan tidak bisa dilakukan, setidaknya seseorang harus menahan diri dari keburukan.

Selengkapnya baca di sini

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat