uefau17.com

Malaikat Digambarkan Memiliki Dua Sayap Besar, Benarkah? - Islami

, Jakarta - Dalam Islam, malaikat adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dari cahaya yang suci. Mereka adalah makhluk Allah yang tidak mempunyai nafsu atau kehendak bebas.

Tugas utama mereka adalah untuk menyembah dan melaksanakan perintah-perintah Allah.

Salah satu gambaran yang sering digambarkan mengenai malaikat dalam Islam adalah dengan dua sayap besar.

Sayap-sayap besar malaikat melambangkan keagungan dan kekuatan mereka. Dikatakan bahwa malaikat Jibril, yang merupakan malaikat utama yang bertugas menyampaikan wahyu Allah kepada para nabi, memiliki 600 sayap.

Ini menunjukkan betapa luar biasanya kekuatan dan kebesaran yang dimiliki oleh malaikat-malaikat ini.

Selain sebagai gambaran kekuatan, dua sayap besar juga bisa melambangkan kemampuan malaikat untuk melakukan perjalanan yang cepat dan melintasi segala batas. Malaikat dalam Islam dipercaya bisa bergerak sangat cepat antara langit dan bumi untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Malaikat Mampu Merubah Wujud

Dalam kisahnya, malaikat diberi kemampuan mengubah wujud, dengen kehendak Allah, apakah manusia bisa melihat wujud asli malaikat?

Menukil muslim.or.id, Allah Ta’ala menjadikan malaikat memiliki kemampuan untuk berubah bentuk dari wujudnya yang asli. Terdapat beberapa dalil yang menunjukkan hal tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ ؛ إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَاماً قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ ؛ فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ فَجَاء بِعِجْلٍ سَمِينٍ ؛ فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ

“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mengucapkan, “Salaamun”. Ibrahim menjawab, “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal.” Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata, “Silakan anda makan.” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 24-27)

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَاناً شَرْقِيّاً ؛ فَاتَّخَذَتْ مِن دُونِهِمْ حِجَاباً فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَراً سَوِيّاً

“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur’an, yaitu ketika dia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus ruh Kami (malaikat) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.” (QS. Maryam [19]: 16-17)

Dalam hadis Jibril yang terkenal, disebutkan bahwa malaikat Jibril ‘alaihis salam mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam wujud manusia, dan bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang iman, Islam, dan ihsan. ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu menceritakan,

بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الْإِسْلَامِ

“Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian dia berkata, ‘Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam?’”

3 dari 4 halaman

Kisah Nabi Muhammad SAW dan Umar RA Didatangi Malaikat

sampai di akhir hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Wahai ‘Umar, tahukah kamu, siapakah penanya itu?”

‘Umar menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,

فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ

“Sesungguhnya dia adalah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang pengetahuan agama kalian.” (HR. Muslim no. 8)

Salman radhiyallahu ‘anhu berkata,

وَأُنْبِئْتُ أَنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، أَتَى نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعِنْدَهُ أُمُّ سَلَمَةَ، قَالَ: فَجَعَلَ يَتَحَدَّثُ، ثُمَّ قَامَ فَقَالَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأُمِّ سَلَمَةَ: «مَنْ هَذَا؟» أَوْ كَمَا قَالَ: قَالَتْ: هَذَا دِحْيَةُ

“Saya pernah diberitahu bahwasanya Jibril ‘alaihis salam datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang pada saat itu Ummu Salamah ada di samping beliau. Setelah itu beliau mulai berbicara, lalu berdiri, dan akhirnya bertanya kepada Ummu Salamah, ‘Siapakah ini?’ (atau sebagaimana yang beliau katakan kepadanya). Ummu Salamah menjawab, ‘Ini Dihyah Al-Kalbi.:” (HR. Muslim no. 2451)

Ayat dan hadis di atas menunjukkan bahwa malaikat diberi kemampuan untuk berubah bentuk (berubah wujud) dari wujudnya yang asli menjadi bentuk manusia yang sempurna (bentuk yang bagus).

Akan tetapi, terkadang malaikat berubah wujud menjadi bentuk manusia yang jelek, sebagai bentuk ujian kepada manusia.

Meskipun kita mengetahui bahwa malaikat diberi kemampuan untuk berubah wujud, namun kita tidak boleh membahas, apalagi memikirkan dengan terlalu dalam, bagaimanakah cara malaikat berubah wujud. Tidak sebagaimana orang-orang ahlul kalam yang berdalam-dalam dalam membahas masalah ini. (Lihat Fathul Baari, 1: 21).

4 dari 4 halaman

Jangan Membahas Metode Berubah Wujudnya Malaikat

Menurut ahlus sunnah, tidak boleh membahas bagaimanakah cara atau metode malaikat berubah wujud.

Hal ini karena tidak ada dalil yang menjelaskan masalah tersebut, sehingga hal ini termasuk ilmu gaib yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala.

Abul ‘Abbas Al-Qurthubi RA berkata,

“Membahas tentang cara perubahan wujud tersebut tidaklah menghasilkan apapun. Yang menjadi kewajiban kita adalah membenarkan dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut. Dan siapa saja yang mengingkari wujud malaikat, jin, dan kemampuan berubah wujudnya, maka dia kafir.” (Al-Mufhim, 6: 172)

Perkara penting lainnya yang perlu ditegaskan adalah bahwa melihat malaikat dalam wujud yang asli sebagaimana yang Allah Ta’ala ciptakan itu hanya terjadi pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga untuk selain beliau tidaklah mungkin melihat malaikat dalam wujud yang asli.

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالُواْ لَوْلا أُنزِلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ وَلَوْ أَنزَلْنَا مَلَكاً لَّقُضِيَ الأمْرُ ثُمَّ لاَ يُنظَرُونَ ؛ وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكاً لَّجَعَلْنَاهُ رَجُلاً وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِم مَّا يَلْبِسُونَ

“Dan mereka berkata, ‘Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?’ Dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentulah selesai urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikit pun). Dan kalau Kami jadikan rasul itu dari malaikat, tentulah Kami jadikan dia seorang laki-laki, dan (kalau Kami jadikan ia seorang laki-laki), tentulah Kami meragu-ragukan atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri.” (QS. Al-An’am [6]: 8-9)

Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala katakan bahwa jika Allah mengutus rasul itu dari kalangan malaikat, bukan manusia, maka malaikat itu akan Allah jadikan dalam bentuk seorang lak-laki. Hal ini karena manusia tidak mampu melihat malaikat dalam wujud yang asli.

Ibnu Qutaibah berkata menjelaskan maksud ayat di atas, “Allah Ta’ala maksudkan, jika Kami menurunkan malaikat, maka tidak akan bisa dijangkau oleh indera kalian. Karena panca indera manusia tidaklah bisa melihat hakikat wujud malaikat (yang asli). Maka Kami akan jadikan terlebih dulu malaikat itu dalam bentuk (manusia) laki-laki yang semisal dengan kalian agar kalian bisa melihatnya dan bisa memahami apa yang dikatakan.” (Ta’wil Mukhtalaful Hadits, hal. 402).

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat