, Jakarta Dua negara tetangga, Singapura dan Malaysia, dalam waktu tidak terlalu jauh mengumumkan varian Corona AY.4.2 sudah masuk wilayahnya. Malaysia melaporkan dua kasus impor varian yang juga dijuluki Delta Plus ini pada 6 November 2021, Singapura melaporkan kasus pertama varian tersebut pada 26 Oktober 2021.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Indonesia hingga saat ini mengatakan belum mendeteksi bahwa subvarian Delta masuk Tanah Air.
"Untuk subvarian virus Corona Delta AY.4.2, sampai saat ini belum ditemukan di Indonesia," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi pada konferensi pers, 10 November 2021.
Advertisement
Meski belum terdeteksi, Nadia mengatakan bahwa hal terpenting yang perlu dilakukan pemerintah dan masyarakat saat ini adalah waspada.
Upaya pertama yang dilakukan kemenkes adalah penelusuran genome sequencing berjumlah 1.500 sampai 1.800 tes per bulan. Hasil dari sekuensing tersebut, memang belum terdeteksi masuknya varian AY.4.2 yang masuk kategori variant of interest oleh World Health Organization (WHO) itu.
Berikutnya guna mengantisipasi masuknya varian baru ini, dengan penguatan dan pengetatan pintu masuk negara. Seperti pintu masuk melalui jalur udara, laut, maupun darat.
"Untuk mengantisipasi masuknya atau importasi varian-varian baru salah satunya adalah varian AY.4.2, kita sudah melakukan penguatan-penguatan di pintu masuk negara. Baik itu pintu masuk udara, pintu masuk laut, maupun pintu masuk darat," kata Nadia.
Hal senada sebelumnya disampaikan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengenai pengetatan perbatasan dan pintu masuk internasional. Hal ini dilakukan mengingat banyak orang Indonesia pulang-pergi dari dan ke Malaysia, baik melalui jalur darat, laut dan udara.
"Ini nanti kita tingkatkan penjagaannya agar kita bisa menahan potensi masuknya varian baru ini ke Indonesia," tegas Budi Gunadi pada Senin, 8 November 2021.
Soal pengetatan di perbatasan, Budi mengakui bahwa memang tidak sempurna. Walau sudah ada pengetatan di pintu masuk bisa saja ada yang lolos. Meski begitu, identifikasi di sejumlah titik perbatasan yang paling banyak keluar-masuk Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing (WNA) teridentifikasi.
*Artikel ini telah mengalami perubahan redaksional pada judul, Jumat, 12 November, pukul 17.30 WIB
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Cegah dengan Skrining Berlapis
Masih soal pengetatan pintu masuk internasional guna mengantisipasi varian Delta Plus masuk, upaya skrining kesehatan dilakukan berlapis di pintu kedatangan internasional. Hal itu termaktub dalam Surat Edaran Satgas Nomor 20 Tahun 2021 dan Addendum yang diteken Ketua Satgas COVID-19 Ganip Warsito.
Juru Bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito mengatakan rincian tahapan skrining berlapis pertama adalah pemeriksaan persyaratan dan kesehatan dasar di pintu kedatangan. Kedua, melakukan entry test atau tes ulang setelah kedatangan di pintu masuk.
Ketiga, pelaku perjalanan wajib karantina dengan masa karantina dibedakan antara yang sudah vaksinasi lengkap dan dosis pertama.
"Durasinya (karantina) dibedakan antara yang sudah divaksin lengkap, yakni selama 3 hari dan yang belum divaksin lengkap selama 5 hari," lanjut Wiku.
Upaya keempat adalah melakukan exit test. Setelah kedatangan bagi pelaku perjalanan yang wajib karantina 3 hari, maka tes ulang ini dilakukan di hari ketiga.
Sementara itu, bagi pelaku perjalanan yang wajib melakukan karantina 5 hari, maka exit test di hari ke 4 sebelum boleh melanjutkan perjalanan.
"Perlu ditekankan bahwa pelaku perjalanan hanya boleh meninggalkan fasilitas karantina jika hasil tes PCR sudah keluar," tegas Wiku.
"Sampai dengan hari ini, rata-rata kecepatan hasil keluar (tes ulang) sekitar 6-12 jam setelah spesimen diambil."
Selain itu, salah satu upaya Pemerintah mencegah importasi kasus AY.4.2 dengan kebijakan vaksinasi. Pelaku perjalanan luar negeri, baik Warga Negara Asing (WNA) dan Warga Negara Indonesia (WNI) yang masuk ke Indonesia harus sudah divaksinasi.
"Pelaku perjalanan luar negeri itu harus vaksinasi lengkap minimal 14 hari sebelum keberangkatan dan WNA yang masuk harus vaksinasi lengkap," ujar Nadia.
Di kesempatan yang sama, Nadia mengajak masyarakat Indonesia yang belum divaksinasi untuk segera mendapatkan dosis 1 maupun dosis lengkap COVID-19. Sehingga, percepatan vaksinasi COVID-19 bisa terwujud yang bisa menekan laju penularan virus COVID-19.
"Kita berharap dengan percepatan vaksinasi menekan terus laju penularan virus agar tidak memberi kesempatan Varian Delta berkembang lebih lanjut."
Berdasarkan data Minggu, 7 November 2021 vaksinasi COVID-19 sudah mencapai 205 juta suntikan. Sudah 125 juta orang mendapatkan dosis pertama atau 60 persen dari target. Lalu, 80 juta orang sudah menerima dosis lengkap atau 38 persen dari target.
Advertisement
Varian AY.4.2 Bisa Muncul Tanpa Importasi Kasus
Kasus varian Corona AY.4.2 di Singapura dan Malaysia merupakan kasus impor atau berasal dari pelaku perjalanan dari luar negeri. Seperti di Malaysia, terdeteksi pada dua siswa Malaysia yang kembali dari Inggris (UK) pada 2 Oktober 2021.
"Kedua warga Malaysia itu tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) pada 2 Oktober dan hasil RT-PCR pertama mereka negatif," kata Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Tan Sri Dr Noor Hisham dikutip dari New Straits Times, Kamis (11/11/2021).
"Namun, tes kedua mereka yang dilakukan pada 7 Oktober selama masa karantina kembali positif."
Meski dari dua negara tetangga kasus impor, penemuan kasus varian Delta AY.4.2 bisa saja tanpa ada importasi kasus.
"Varian AY.4.2 jadi Variant of Monitoring dari Badan Kesehatan Inggris ini belum ditemukan di negara kita. Namun, tidak menutup kemungkinan ya kalau ini bisa saja tidak dibawa melalui pelaku perjalanan, tapi karena kemungkinan ada mutasi sendiri (muncul sendiri)," jelas Nadia saat dialog Waspada Tangkal Varian Anyar, ditulis Kamis (11/11/2021).
Kemungkinan Varian Delta Plus Sudah Masuk Indonesia
Bila Kementerian Kesehatan RI mengatakan varian Delta Plus AY.4.2 belum ditemukan di Indonesia, tapi ada yang berpendapat kemungkinan sudah masuk. Hanya saja belum terdeteksi.
Kemungkinan ini muncul karena pemeriksaan genome sequencing hanya berkisar 1.500-1.800 tes per bulan seperti disampaikan ahli mikrobiologi sekaligus Staf Pengajar Biologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr Mia Miranti.
“Apalagi sejauh ini Indonesia sudah mulai membuka pintu untuk turis asing. Apakah turis asing ini dipantau persinggahannya di mana saja sebelum ke Indonesia? Ini juga dapat menjadi penyebab masuknya virus varian Delta Plus,” kata Mia kepada Health melalui pesan teks Kamis (11/11/2021).
Hal serupa juga disampaikan epidemiolog Tri Yunis Miko yang berpendapat bahwa varian AY.4.2 sudah masuk Indonesia.
"Subvarian Delta sekarang sudah ada di Malaysia, menurut saya di Indonesia juga sudah ada,” katanya.
Advertisement
Ganas di Negara Lain Belum Tentu Sama di Indonesia
Hingga saat ini, varian Delta masih mendominasi penularan COVID-19 di dunia. WHO mengumumkan varian yang sangat menular ini mendominasi kasus COVID-19 global hingga 99 persen berdasarkan data GISAID.
"Dari 814.165 sekuens yang diunggah ke GISAID dengan spesimen yang dikumpulkan dalam 60 hari terakhir, 810.946 atau 99 persen adalah Delta," ungkap WHO dalam Pembaruan Epidemiologi Mingguan COVID-19 yang terbit Rabu (10/11).
Lalu, bagaimana dengan varian Delta Plus yang merupakan mutasi dari varian Delta COVID-19?
Berdasarkan data GISAID akhir Oktober 2021, kombinasi dari varian Delta AY.4.2 ditambah mutasi lonjakan S:Y145H ini telah terdeteksi lebih dari 30 negara.
Inggris misalnya, data di negara tersebut menunjukkan lebih dari 6 persen dari semua kasus adalah varian AY.4.2. Selain itu, juga ditemukan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan sebagian Eropa Barat.
Saat ini, para ahli mengatakan bahwa tidak ada indikasi bahwa varian ini lebih menular atau lebih berbahaya daripada Delta. Tetapi tes sedang berlangsung, lapor BBC.
Bila merujuk data di Inggris, AY.4.2 belum mendorong peningkatan seperti disampaikan profesor biologi sistem komputasi University College London, Francois Balloux.
"Karena AY.4.2 masih pada frekuensi yang cukup rendah, peningkatan 10 persen dalam penularannya hanya dapat menyebabkan sejumlah kecil kasus tambahan," katanya.
Kondisi ini tidak sebanding dengan kemunculan varian Alfa dan Delta yang jauh lebih menular.
Lalu, masyarakat juga tidak perlu risau mengenai efektivitas vaksin COVID-19 terhadap varian AY.4.2. Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Dr Noor Hisham Abdullah mengatakan bahwa vaksin yang digunakan saat ini masih efektif melawan varian AY.4.2.
"Vaksin yang digunakan saat ini masih efektif terhadap varian ini," kata Noor.
Jika Ada di Indonesia, Belum Tentu Lebih Ganas dari Delta
Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Profesor Amin Soebandrio mengatakan bahwa keganasan COVID-19 varian AY.4.2 belum bisa digambarkan. Mengapa? Karena belum terdeteksi di Indonesia.
“Saat ini belum ada di Indonesia. Kita tidak bisa menggambarkan data seperti itu. Namun, jika dilihat dari varian Delta pada umumnya, yang terjadi di luar (negeri) itu tidak terjadi di Indonesia,” ujar Amin kepada Health melalui sambungan telepon, Kamis (11/11/2021).
Artinya, lanjut Amin, tidak semua infeksi COVID-19 yang diakibatkan varian Delta itu berat dan tidak semua yang berat itu karena Delta.
Dengan kata lain, Amin berpendapat bahwa jika Delta Plus disebut lebih ganas di negara lain, hal ini belum tentu sama jika virus tersebut ada di Indonesia.
“Varian ini dikhawatirkan lebih cepat menular 10 persen ketimbang Delta lainnya, tapi sekali lagi itu tidak selalu dikaitkan dengan berat ringannya kasus,” katanya.
“Karena belum ada di Indonesia, kita belum mengetahui bagaimana perangai varian itu di masyarakat," ujarnya.
Advertisement
Tak Perlu Panik, Tetap Waspada
Diapit negara tetangga, Malaysia dan Singapura, yang sudah ada kasus AY.4.2 masyarakat Indonesia tidak usah panik. Namun, waspada itu harus seperti disampaikan Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
"Indonesia tidak perlu panik. Waspada," cuit @ProfesorZubairi di akun Twitternya.
Menurut pria yang karib disapa Prof Beri ini, kewaspadaan memang hal yang perlu dilakukan mengantisipasi Delta Plus. Hal ini mengacu pada kesadaran masyarakat yang cukup baik untuk menjalankan protokol kesehatan dan vaksinasi. Lalu, positivity rate Indonesia yang rendah di bawah 2 persen.
"Meski begitu, tetap waspada," tuturnya.
Sementara itu, Prof Amin mengatakan agar kita tidak usah menduga-duga mengenai varian tersebut. “Sejauh ini belum ditemukan di Indonesia, ya kita tidak bisa menduga-duga.”
Sepakat dengan cara pemerintah, Prof Amin dan Prof Beri mengatakan untuk memperketat penjagaan di pintu-pintu masuk dari luar negeri.
"Kita tidak tahu dari mana saja yang membawa virus, yang pasti yang harus dilakukan ya sama seperti penanganan pada COVID-19 varian lain. Misalnya seperti PCR, karena kita tidak tahu varian jenis apa yang dibawa seseorang,” kata Amin.
Terkini Lainnya
Cegah dengan Skrining Berlapis
Varian AY.4.2 Bisa Muncul Tanpa Importasi Kasus
Kemungkinan Varian Delta Plus Sudah Masuk Indonesia
Ganas di Negara Lain Belum Tentu Sama di Indonesia
Jika Ada di Indonesia, Belum Tentu Lebih Ganas dari Delta
Tak Perlu Panik, Tetap Waspada
Malaysia
Singapura
COVID-19
Budi Gunadi Sadikin
Delta Plus
varian delta Ay.4.2
varian Delta
Satgas Covid-19
Headline
Headline Hari Ini
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Hasil Copa America 2024: Uruguay Singkirkan Amerika Serikat, Panama Melenggang ke Perempat Final
Bermain Imbang Lawan Meksiko, Ekuador Lolos ke Perempat Final Copa America 2024
Hasil Copa America 2024: Drama VAR, Ekuador Lolos ke Perempat Final Singkirkan Meksiko, Venezuela Hajar Jamaika
Hasil Copa America 2024 Argentina vs Peru dan Kanada vs Cile: La Albiceleste Juara Grup, Les Rouges Dampingi ke Perempat Final
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Peru, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Timnas Indonesia U-16
Ini Penyebab Kekalahan Lawan Australia Menurut Pelatih
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas Indonesia Gagal Pertahankan Gelar Piala AFF U-16, Nova Arianto Tetap Beri Apresiasi
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah dan Kebobolan 5 Gol, Garuda Nusantara Gagal ke Final
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah, Garuda Nusantara Paksa Skor Imbang di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Judi Online
Menko PMK Pastikan Pelaku Judi Online Dihukum Berat dan Tak Dapat Bansos
Puan Minta MKD Buka Daftar Anggota DPR yang Diduga Terlibat Judi Online
Dewan Pers Minta Kapolri-Kapolda Usut Kebakaran Rumah Wartawan di Karo
MKD: 2 Anggota DPR dan 58 Staf Terlibat Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 1,9 Miliar
MKD DPR Sebut Hanya 2 Anggota Dewan yang Terlibat Judi Online
PKS Minta Anggota DPRD DKI yang Terlibat Main Judi Online Dipecat
Pilkada 2024
KPU RI Resmi Terbitkan Peraturan Anyar soal Batasan Usia Kepala Daerah, Ini Isinya
Puan Sebut PDIP Pertimbangkan Kaesang Maju Pilkada Jateng
Hasto PDIP: Coklit Ini Penting Dalam Menjamin Hak Konstitusional Warga
PPP Sebut Pernyataan KPU soal Usia Cagub-Cawagub Bukan Hanya untuk Kaesang
Pilkada 2024, Perindo Serahkan 37 Rekomendasi ke Bakal Calon Kepala Daerah di Seluruh Indonesia
Kapolri Pastikan Pemetaan Potensi Kerawanan Pilkada 2024 di HUT ke-78 Bhayangkara
TOPIK POPULER
Populer
DBD di Indonesia Mengganas, Vaksinasi Jadi Senjata Bagi Dunia Melawan Demam Berdarah Dengue
Dokter Ungkap Bahaya Henti Jantung Setelah Tragedi Zhang Zhi Jie, Begini Cara Menyelamatkannya
Jemaah Haji yang Baru Tiba di Tanah Air Dianjurkan Jaga Kebugaran dengan Olahraga Ringan
Liburan Sekolah Banyak Anak Jalani Sunat, Adakah Usia Terbaik untuk Khitan?
Pola Makan yang Seimbang untuk Kesehatan Rambut
Daun Salam: Pahlawan Tak Terduga dalam Perang Melawan Kolesterol, Begini Cara Merebusnya
5 Cara Mudah Bersosialisasi Buat Pemilik Kepribadian Introvert, Anti Baper dan Minder
8 Masalah Organ Reproduksi yang Wajib Diwaspadai, Segera Cek dan Jangan Tunggu Sakit!
Waspada ISPA, Ini 5 Fakta Mengejutkan tentang Polusi Udara di Dalam Rumah
Efek Samping Obat-obatan Terhadap Pertumbuhan Rambut
Euro 2024
Euro 2024: Drama Penalti Cristiano Ronaldo, Air Mata Berubah Jadi Senyuman
UEFA Lakukan Penyelidikan, Bintang Inggris Jude Bellingham Terancam Larangan Bertanding di Euro 2024.
Pangeran William Girang Inggris Lolos ke Perempat Final Euro 2024, Sebut Kayak Naik Rollercoaster
La Furia Roja Bersiap Hadapi Jerman di Perempat Final Euro 2024
Prediksi Euro 2024 Austria vs Turki: Mencari Sejarah Baru
Berita Terkini
Euro 2024: Drama Penalti Cristiano Ronaldo, Air Mata Berubah Jadi Senyuman
Pengamat Keamanan Siber Beberkan Cara Ampuh Agar Data Pemerintah Terlindung dari Ransomware
Istri Kanye West Bianca Censori Bantah Kirim Konten Pornografi ke Staf Yeezy
Afif Maulana Siapa dan Mengapa Kasusnya Harus Dikawal? Pahami Kronologinya
DPR Bakal Gelar Konser di Jakarta Akhir Tahun, Ada Waktu 1,5 Bulan Sebelum War Ticket
Mengenal Apa Itu Debt Collector hingga Cara Penagihan Utang Sesuai Aturan
Anggotanya Diduga Terlibat Kebakaran Rumah Wartawan di Karo, Begini Respons TNI AD
Saksikan Sinetron Saleha di SCTV Episode Selasa 2 Juli 2024 Pukul 18.15 WIB, Simak Sinopsisnya
Viral Jambret CFD Jakarta, Polisi: Sudah 3 Kali Beraksi
Mengenal Zenly dan Fungsinya, Aplikasi Pelacak Lokasi yang Ditutup saat Sedang Tenar
Viral Tren Sentuh Pantat Domba di China, Disebut Bisa Hilangkan Stress
Saksikan Mega Series Magic 5, di Indosiar Selasa 2 Juli 2024, via Live Streaming Pukul 18.00 WIB
Jangan Terpengaruh, Ini 5 Cara Menghadapi Rekan Kerja yang Cemburu
Industri Konveksi Bertahan di Tengah Lesunya Nilai Tukar Rupiah
Pusat Data Nasional Diserang Hacker, Mensos Risma: Data Kami Aman