uefau17.com

Studi WHO: Remaja Perempuan Lebih Mager Daripada Laki-Laki - Health

, Jakarta Remaja perempuan rupanya cenderung lebih 'mager' alias malas gerak ketimbang remaja laki-laki. Hal itu terungkap dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

Dalam studi yang dimuat di The Lancet Child & Adolescent Health ini juga menyatakan bahwa lebih dari 80 persen remaja berusia 11 hingga 17 tahun kurang fisik.

Dilansir dari laman resmi WHO pada Rabu (27/11/2019), para peneliti melakukan studi sejak 2001 hingga 2016. Mereka menemukan, dalam periode tersebut, terjadi penurunan prevalensi 'mager' di kelompok remaja laki-laki yaitu dari 80 persen menjadi 78 persen.

Sementara itu, pada remaja perempuan, prevalensi kurangnya aktivitas fisik tetap di angka 85 persen dari waktu ke waktu.

"Kecenderungan anak perempuan menjadi kurang aktif ketimbang anak laki-laki adalah suatu keprihatinan," kata salah satu penulis studi dari WHO, Dr. Leanne Riley.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengaruh Lingkungan Sosial

Bangladesh menunjukkan penurunan terbesar pada remaja pria yang kurang aktivitas fisik dari 73 persen menjadi 63 persen. Sementara pada remaja perempuan, persentase penurunan sangat kecil seperti di Singapura (85 persen menjadi 83 persen).

Tiga negara dengan penurunan tingkat remaja laki-laki 'mager' terbesar berada di Bangladesh, India, dan Amerika Serikat. Para penulis mencatat bahwa kemungkinan hal tersebut dikarenakan fokusnya negara pada program olahraga nasional.

Di Amerika Serikat misalnya, pendidikan jasmani didorong dengan baik di sekolah seperti pemberitaan tentang olahraga, serta ketersediaan klub olahraga yang memadai.

Sementara untuk perempuan, tingkat aktivitas tidak mencukupi terendah berada di Bangladesh dan India. Faktor sosial menjadi penyebabnya. Di mana mereka banyak mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Maka dari itu, Riley mengatakan diperlukan lebih banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan dan minat anak perempuan untuk menari dan mempertahankan partisipasi mereka dalam aktivitas fisik di masa remaja dan dewasa.

Selain itu, pemerintah dunia dirasa perlu mengidentifikasi dan mengatasi penyebab ketidaksetaraan yang menyebabkan hal semacam ini. Baik secara sosial, ekonomi, budaya, teknologi, maupun lingkungan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat