, Kathamandu - Para pendaki Gunung Everest sekarang harus membersihkan kotoran mereka sendiri dan membawanya kembali ke base camp untuk dibuang.
"Pegunungan kami mulai berbau busuk," ujar pemimpin Pasang Lhamu Mingma Sherpa kepada BBC, seperti dilansir Jumat (9/2/2024).
Baca Juga
Pemerintah kota, yang mencakup sebagian besar wilayah Everest, telah memperkenalkan aturan baru ini sebagai bagian dari penerapan kebijakan yang lebih luas. Suhu ekstrem membuat kotoran yang tertinggal di Everest tidak sepenuhnya terurai.
Advertisement
"Kami mendapat keluhan bahwa kotoran manusia terlihat di bebatuan dan beberapa pendaki jatuh sakit. Ini tidak dapat diterima dan mengikis citra kami," tegas Mingma.
Pendaki yang mencoba mendaki Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia, dan Gunung Lhotse di dekatnya akan diperintahkan untuk membeli kantong kotoran di base camp, yang akan diperiksa saat mereka kembali.
Selama musim pendakian, para pendaki menghabiskan sebagian besar waktunya di base camp untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian, di mana tenda-tenda terpisah didirikan sebagai toilet, dengan tong-tong di bawahnya untuk menampung kotoran.
Begitu mereka memulai perjalanan berbahaya, segalanya menjadi lebih sulit.
Kebanyakan pendaki dan staf pendukung cenderung menggali lubang, namun semakin tinggi pendakian, beberapa lokasi memiliki lebih sedikit salju, sehingga mereka harus "pergi ke toilet" di tempat terbuka.
Sangat sedikit pendaki yang membawa kotorannya kembali dalam kantong biodegradable saat mendaki puncak Gunung Everest, yang bisa memakan waktu berminggu-minggu.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Sampah Masih Jadi Isu Besar
Sampah masih menjadi masalah besar di Everest dan pegunungan lain di wilayah tersebut, meskipun terdapat peningkatan jumlah kampanye pembersihan, termasuk kampanye tahunan yang dipimpin oleh Tentara Nepal.
"Sampah masih menjadi masalah besar, terutama di kamp-kamp yang lebih tinggi, di mana Anda tidak dapat menjangkaunya," kata Chief Executive Officer dari organisasi non-pemerintah Sagarmatha Pollution Control Committee (SPCC) Chhiring Sherpa.
Meskipun tidak ada angka resmi, organisasinya memperkirakan ada sekitar tiga ton kotoran manusia antara kamp satu di dasar Everest dan kamp empat, menuju puncak.
"Setengahnya diyakini berada di South Col, yang juga dikenal sebagai kamp empat," tutur Chhiring.
Stephan Keck, seorang pemandu gunung internasional yang juga mengatur ekspedisi ke Everest, mengatakan South Col telah mendapatkan reputasi sebagai "toilet terbuka".
Dengan ketinggian 7.906 meter, South Col berfungsi sebagai pangkalan sebelum pendaki berusaha mencapai puncak Everest dan Lhotse. Di sini, medannya sangat berangin.
"Hampir tidak ada es dan salju, jadi Anda akan melihat kotoran manusia di mana-mana," ujar Keck.
Advertisement
Proyek Percontohan
Disahkan oleh pemerintah kota Pasang Lhamu, SPCC kini membeli sekitar 8.000 kantong kotoran dari Amerika Serikat (AS), untuk sekitar 400 pendaki asing dan 800 staf pendukung pada musim pendakian mendatang yang dimulai pada Maret 2024.
Kantong kotoran ini mengandung bahan kimia dan bubuk yang dapat mengeraskan kotoran manusia serta membuatnya tidak berbau.
Rata-rata seorang pendaki diperkirakan menghasilkan 250 gram kotoran per hari. Mereka biasanya menghabiskan sekitar dua minggu di kamp yang lebih tinggi untuk mencapai puncak.
"Dengan dasar ini, kami berencana memberi mereka dua kantong, yang masing-masing dapat mereka gunakan lima hingga enam kali," jelas Chhiring.
Presiden Asosiasi Operator Ekspedisi Nepal Dambar Parajuli merespons langkah itu dengan mengatakan, "Ini tentu merupakan hal yang positif dan kami akan dengan senang hati memainkan peran kami untuk menyukseskannya."
Dia menuturkan organisasinya telah menyarankan agar hal ini pertama-tama dilakukan sebagai proyek percontohan di Everest dan kemudian direplikasi di gunung-gunung lainnya.
Komitmen Perubahan
Mingma Sherpa, orang Nepal pertama yang mendaki 14 gunung dengan ketinggian lebih dari 8.000 meter, menjelaskan bahwa penggunaan kantong semacam itu untuk mengelola kotoran manusia telah dicoba dan diuji di gunung lain.
"Para pendaki gunung telah menggunakan kantong semacam itu di Gunung Denali (puncak tertinggi di Amerika Utara) dan juga di Antartika, itulah sebabnya kami menganjurkan penggunaannya," kata Mingma, yang juga merupakan penasihat Asosiasi Pendaki Gunung Nepal.
Keck juga menyampaikan pesan yang sama bahwa ide ini akan membantu membersihkan gunung.
Pemerintah pusat Nepal telah mengumumkan beberapa peraturan pendakian gunung di masa lalu, namun terdapat kritik bahwa banyak dari peraturan tersebut tidak diterapkan dengan benar. Salah satu penyebab utamanya dilaporkan adalah tidak adanya petugas penghubung di lapangan.
"Negara selalu hilang di base camp yang menyebabkan segala macam penyimpangan termasuk orang-orang yang mendaki gunung tanpa izin," ujar Mingma.
"Sekarang semua akan berubah. Kami akan menjalankan kantor penghubung dan memastikan langkah-langkah baru kami, termasuk meminta para pendaki membawa kembali kotoran mereka, diterapkan."
Terkini Lainnya
Sudah 300 Orang Tewas di Gunung Everest, Mengapa Ratusan Pendaki Tetap ke Zona Kematian Itu?
Tentara Nepal Angkut 11 Ton Sampah hingga 4 Mayat dari Gunung Everest
Tanpa Tidur, Wanita Nepal Pecahkan Rekor Pendakian Gunung Everest dalam Waktu 24 Jam
Sampah Masih Jadi Isu Besar
Proyek Percontohan
Komitmen Perubahan
Gunung Everest
Suhu Ekstrem
Gunung Lhotse
pendaki
Kantong Biodegradable
sampah
Nepal
South Col
Kotoran Manusia
Rekomendasi
Tentara Nepal Angkut 11 Ton Sampah hingga 4 Mayat dari Gunung Everest
Tanpa Tidur, Wanita Nepal Pecahkan Rekor Pendakian Gunung Everest dalam Waktu 24 Jam
Sisi Gelap Pendakian ke Puncak Gunung Everest, Macet dan Maut Mengintai Para Pendaki
Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal Lengkap Pertandingan 8 Besar Euro 2024
Terkesan Penampilannya di Euro 2024, Real Madrid Ingin Datangkan Rekan Setim Jude Bellingham
Top 3: Pola Makan Nabati Bisa Perlambat Perkembangan Kanker Prostat
Top 3 Berita Bola: Timnas Belanda Lolos ke Perempat Final Euro 2024, Ronald Koeman Malah Menyesal
Copa America 2024
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador di Vidio
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Jadwal Siaran Langsung Argentina vs Ekuador di Perempat Final Copa America 2024 di Vidio
Prediksi Copa America 2024 Argentina vs Ekuador: Semuanya Memihak Tim Tango
Timnas Ekuador Siap Berjuang Mati-matian di Perempat Final Copa America 2024
Copa America 2024 Argentina Vs Ekuador: Tim Tanggo Didukung Rekor Apik
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Demokrat Rekomendasikan Dukungan ke 3 Paslon Ini untuk Pilkada Papua Barat, Babel, dan Jambi
Coklit Pilkada 2024 Sudah Sasar 16,6 Juta Pemilih di Jatim, Target Tuntas di Hari ke-20
Kata Sekjen PKS soal Kaesang Disodorkan Jokowi untuk Maju di Pilkada Jakarta 2024
Survei Warna Research Center: Tingkat Elektabilitas Hendy Siswanto dan Faida Tinggi Jelang Pilkada Jember 2024
Respons Jokowi soal Kabar Kaesang Maju Pilkada Jakarta 2024, Benarkah Sodorkan ke Parpol?
Ridwan Kamil Dianggap Masih Kuat di Pilkada Jawa Barat, Bawa Untung Buat Golkar
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
5 Juli 2019: Gempa Bumi M6,9 di California, Bangunan Bergoyang dan Terjadi Kebakaran
Populer
33 Negara Ikut International Mayors' Forum 2024 di Jakarta, Diskusi Pemerintah Kota untuk Percepat Pembangunan Berkelanjutan
Dino Patti Djalal Launching Buku Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia
Letnan Jenderal Jennie Carignan Jadi Wanita Pertama Pimpin Militer Kanada, Ibu 4 Anak
Klarifikasi Kemlu RI: Anggota PPLN Den Haag dalam Kasus Asusila Ketua KPU Hasyim Asy'ari Bukan Seorang Diplomat
Joe Biden: Abaikan Perubahan Iklim adalah Tindakan Mematikan dan Tak Bertanggung Jawab
Mengulas Kisah Gayton McKenzie, Mantan Gangster yang Kini Jadi Menteri Afrika Selatan
Ngeri, Ekstremis di Mali Serang Pesta Pernikahan dan Tewaskan 21 Orang
Kondisi Pilu Anak-anak Gaza: Alami Penyakit Kulit Akibat Minim Air Bersih dan Sanitasi
5 Juli 2019: Gempa Bumi M6,9 di California, Bangunan Bergoyang dan Terjadi Kebakaran
Beredar Kabar Pesawat Israel Ditolak Isi Bahan Bakar di Turki, Begini Kronologinya
Ketua KPU
Skandal Asusila eks-Ketua KPU, Apakah Dosa Zina Bisa Diampuni Allah? Buya Yahya Bilang Begini
HEADLINE: Skandal Asusila Ketua KPU Hasyim Asy'ari yang Dipecat DKPP, Berujung Proses Pidana?
7 Respons Berbagai Pihak Mulai Parpol, KPU, hingga Jokowi Usai DKPP RI Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari
Jokowi Sebut Keppres Pemberhentian Hasyim Asy'ari dari Ketua KPU Masih Diproses
DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari, Jokowi Pastikan Pilkada 2024 Jujur dan Adil
Berita Terkini
Pasar Tablet Ramai Bikin Poco Tergiur Boyong Poco Pad ke Indonesia
Top 3: Upah Minimum UMP dan UMK Berbeda Bikin Penasaran
Ini Alasan KY Pantau Sidang Pra Peradilan Pegi Setiawan
Top 3 Islami: Kisah Karomah Mbah Kholil Bangkalan yang Bikin Takjub Gurunya, Doa Syaikh Abdul Qadir al-Jilani Bikin Iblis Terbakar
Asal-usul Pecel Lele, Makanan Favorit Naufal Hafidz Si Jenius dari ITB
Gunung Ibu Masih Terus Erupsi hingga Jumat Pagi 5 Juli 2024, Kolom Abu Capai 3.000 Meter
Cuaca Hari Ini Jumat 5 Juli 2024: Hujan Guyur Jabodetabek Siang Nanti
Kasus Korupsi BTS 4G, Mantan Komisaris Ini Divonis Hukuman 5 Tahun Penjara
Pertamina Klaim Bisa Produksi Biodiesel B100, Tapi Harganya Belum Murah
Respons BEI Terkait Saham Emiten Baru Banyak yang Loyo
Mengintip Pesona Sanghyang Heuleut, Wisata Alam Indah di Bandung Barat
Wali Kota Depok Sudah Serahkan Rancangan Perda Pertanggungjawaban APBD 2023
Perusahaan Kripto di AS Wajib Lapor Pajak pada 2026
Sudah Ditaksir Manchester United 2 Tahun, Bintang Euro 2024 Malah Lebih Tertarik Gabung Real Madrid
Bukan Cuma Perawatan Medis, Anak dengan Kanker Perlu Dapat Dukungan Psikososial