, Karangasem - Peneliti di NASA dan beberapa ilmuwan tengah membahas kemungkinan manfaat dari Gunung Agung meletus, yakni sebagai elemen utama untuk mendeteksi ancaman bahaya gunung meletus di kemudian hari.
Dilansir dari laman News.com.au pada Minggu (11/2/2018), erupsi gunung berapi bukan hanya berdampak pada daerah sekitarnya, melainkan juga bisa berpengaruh pada kondisi Bumi secara keseluruhan.
Pasca-aktifnya Gunung Agung dan proses erupsi yang terjadi sejak November lalu, gunung tertinggi di pulau Bali itu secara konsisten mengeluarkan uap dan gas ke atmosfer.
Advertisement
Baca Juga
Gunung Agung meletus terakhir pada 1963, di mana dilaporkan bahwa aliran lava panas menghancurkan rumah-rumah penduduk, serta abu yang mengalir -- berisi lontaran batu vulkanis dan awan panas, bertanggung jawab atas meninggalnya hampir 1600 orang.
Beberapa letusan gunung berapi diketahui berkekuatan dahsyat, di mana berpotensi menyulut terjadinya 'musim dingin vulkanis' mulai di daerah sekitarnya hingga membentang jauh ratusan kilometer.
Letusan gunung berapi paling dahsyat yang tercatat dalam sejarah adalah Gunung Tambora di Indonesia pada 1815 silam. Letusan itu, sebagai contoh, menyebabkan terjadinya fenomena satu tahun tanpa musim panas, di mana dilaporkan hujan salju jatuh di kota Albany dan New York pada bulan Juni di tahun berikutnya.
Fenomena tersebut menyebabkan rusaknya banyak lahan pertanian, dan memicu wabah kelaparan di sebagian besar wilayah Amerika Utara. Kondisi kritis tersebut menginspirasi novelis Mary Shelley menulis karya kisah fenomenal Frankenstein.
Saat ini, prediksi Gunung Agung meletus masih mungkin terjadi terkait belum berhentinya aktivitas erupsi sejak November lalu.
Simak video menarik tentang jejak letusan Gunung Agung berikut:
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Peluang Memprediksi Letusan Besar Selanjutnya
Bagi para peniliti, fenomena erupsi Gunung Agung disebut bisa menjadi peluang untuk mengetahui bagaimana gunung berapi berpengaruh terhadap kondisi cuaca di Bumi.
Peluang tersebut awalnya ditangkap oleh para peneliti pada peristiwa erupsi Gunung Piantubo di Filipina pada 1991 silam. Letusan Gunung Piantubo disebut sebagai letusan paling mematikan yang pernah terjadi di abad ke-20, dan diketahui tidak hanya mempengaruhi iklim di Filipina, melainkan juga di hampir seluruh permukaan Bumi
Letusan itu memuntahkan hingga 1,6 kilometer kubik bebatuan dan abu ke udara. Selain itu, dilaporkan pula sebanyak 20 juta ton gas sulfur dioksida memasuki atmosfer.
Masuknya gas sulfur dioksida dalam jumlah besar ke dalam atmosfer, menciptakan reaksi kimia ketika gas tersebut bercampur dengan uap air, dan menciptakan tetesan kecil air yang sangat dingin berjuluk aerosol.
Inilah yang kemudian menyebabkan terhalangnya sinar Matahari, sehingga memicu turunnya suhu Bumi sebanyak hampir seperempat derajat celcius selama bertahun-tahun.
Erupsi semacam ini, menurut laporan surat kabar New York Times, merupakan peristiwa alam yang dapat memicu munculnya anomali cuaca dan iklim di Bumi.
Para ilmuwan berharap mereka dapat memanfaatkan fenomena letusan ini untuk mempelajari bencana besar yang mungkin terjadi selanjutnya Hasil penelitian terkait juga dimaksudkan untuk meminimalisir jatuhnya korban dan kerusakan akibat letusan gunung berapi di kemudian hari.
Advertisement
Menebak Pola Letusan Menjadi Kendala Utama
Penelitian terhadap prediksi bencana vulkanis di kemudian hari dilakukan menggunakan manajemen radiasi sinar Matahari, di mana senyawa kimia serupa disebarkan dari pesawat jet yang melintasi lapisan stratosfer di sekitar kawasan erupsi, guna menciptakan tiruan tetesan aerosol.
Gunung Agung disebut memiliki peristiwa erupsi yang serupa dengan yang terjadi pada Gunung Pinatubo, yakni mendorong masuknya gas sulfur dioksida ke dalam atmosfer, sehingga memicu pendinginan iklim sementara di lapisan ozon.
Namun muncul kendala bagi para ahli untuk memetakan garis besar pola letusan Gunung Agung, karena faktanya hingga kini belum benar-benar diketahui kapan gunung berapi tersebut bergemuruh.
"Bisa saja sepuluh menit kemudian, atau mungkin lusa, dan bisa juga sama sekali tidak meletus," jelas Alan Robock, salah satu peneliti terkait.
"Manusia memang tidak bisa bermain-main dengan takdir Tuhan, tapi masih bisa mencari celah untuk menghindari kerusakan serta jatuhnya korban (letusan gunung berapi) dalam jumlah banyak," lanjutnya.
Terkini Lainnya
Ilmuwan NASA: Erupsi Gunung Agung Bisa Dinginkan Suhu Bumi
Seperti Ini Penampakan Erupsi Gunung Agung 1963
Letusan Gunung Agung Bisa Turunkan Suhu Bumi, Ini Alasannya
Peluang Memprediksi Letusan Besar Selanjutnya
Menebak Pola Letusan Menjadi Kendala Utama
Gunung Agung Meletus
Gunung Berapi
Sains
Rekomendasi
Mengapa Anda Ingin Bersin Saat Terpapar Sinar Matahari? Ini Penjelasannya
Peneliti Ungkap Senyawa pada Kulit Jeruk yang Bermanfaat bagi Kesehatan Tubuh
Studi Jerman Ungkap Alasan Minum Alkohol di Pesawat Mungkin Buruk bagi Kesehatan
Ahli Sebut Produksi Buah Alpukat Menyusut, Ternyata Ini Penyebabnya
Peneliti Ungkap Kurang Tidur Meningkatkan Risiko Terkena Diabetes Tipe 2
Waspada, Ahli Ungkap Kemungkinan Seseorang Menderita Alzheimer Tanpa Gejala
Ilmuwan China Temukan Cara Bikin Baterai Lebih Efisien Pakai Air, Ini Penjelasannya
Studi: Gajah Afrika Panggil Kawanannya Pakai Nama Seperti Manusia
AS Rilis Pil Pertama untuk Depresi Pascapersalinan, Ini Klaim Keberhasilannya
Copa America 2024
Link Live Streaming Copa America 2024 Brasil vs Kolombia, Sesaat Lagi Tanding di Vidio
Link Live Streaming Copa America 2024 Brasil vs Kolombia, Rabu 3 Juli Pukul 08.00 WIB di Indosiar dan Vidio
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Prediksi Copa America 2024 Brasil vs Kolombia: Misi Hindari Uruguay
Hasil Copa America 2024: Uruguay Singkirkan Amerika Serikat, Panama Melenggang ke Perempat Final
Bermain Imbang Lawan Meksiko, Ekuador Lolos ke Perempat Final Copa America 2024
Timnas Indonesia U-16
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Link Siaran Langsung Vietnam vs Indonesia di Vidio: Perebutan Peringkat 3 AFF U-16 2024
Ini Penyebab Kekalahan Lawan Australia Menurut Pelatih
Timnas Indonesia Gagal Pertahankan Gelar Piala AFF U-16, Nova Arianto Tetap Beri Apresiasi
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah dan Kebobolan 5 Gol, Garuda Nusantara Gagal ke Final
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah, Garuda Nusantara Paksa Skor Imbang di Babak Pertama
Judi Online
5 Ciri Jika Kamu Sudah Kecanduan Judi Online, Segera Tangani
Pimpinan MPR Sayangkan PPATK Belum Serahkan Nama Anggota DPR Terlibat Judi Online
Gawat! 82 Persen Pengguna Internet Terpapar Iklan Judi Online
Menko PMK Pastikan Pelaku Judi Online Dihukum Berat dan Tak Dapat Bansos
Puan Minta MKD Buka Daftar Anggota DPR yang Diduga Terlibat Judi Online
Dewan Pers Minta Kapolri-Kapolda Usut Kebakaran Rumah Wartawan di Karo
Pilkada 2024
PKB Serahkan 4 Rekomendasi ke Bakal Calon di Pilkada 2024, Simak Daftarnya
Menanti Langkah PDIP Menentukan Pilihan Sosok untuk Maju di Pilkada Jakarta
Survei: Elektabilitas Helldy Agustian Tertinggi di Pilwalkot Cilegon
KPU RI Resmi Terbitkan Peraturan Anyar soal Batasan Usia Kepala Daerah, Ini Isinya
Puan Sebut PDIP Pertimbangkan Kaesang Maju Pilkada Jateng
Hasto PDIP: Coklit Ini Penting Dalam Menjamin Hak Konstitusional Warga
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
2 Juli 1881: Penembakan Tragis Presiden ke-20 Amerika Serikat James A. Garfield di Hadapan Anaknya
Populer
5 Komet Paling Terang hingga Saat Ini
Mengenal Omega Centauri, Gugus Bintang Paling Terang dan Padat
Indonesia Diskusi Bareng Taliban di Pertemuan Doha III, Cari Solusi Akhiri Krisis Multidimensi Rakyat Afghanistan
Hubungi Prabowo Subianto, PM Malaysia Doakan Pulih dari Operasi Kaki-Bersedia Kirim Pasukan Perdamaian ke Gaza
Swedia Sahkan UU yang Izinkan Kakek-Nenek Dapat Cuti Berbayar untuk Merawat Cucu
Kekurangan Pasukan, Ukraina Berikan Narapidana Pembebasan Bersyarat untuk Ikut Berperang
Ratusan Pendemo Turun ke Jalanan Kota Mexico City, Advokasikan Hak-hak Hewan
PM Lebanon Sebut Negaranya Sedang Berperang, Buntut Konflik Israel Vs Hamas Meluas ke Hizbullah
Euro 2024
Dua Gol Merih Demiral Antar Turki Melaju ke Perempat Final Euro 2024
Bungkam Rumania 0-3, Belanda Raih Tiket Perempat Final Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Waspada Belanda, Turki Bikin Pelatih Austria Ralf Rangnick Menyesal Tak Bisa Lanjut di Euro 2024
Euro 2024: Sukses Hancurkan Rumania 3-0, Ronald Koeman Masih Punya Satu Penyesalan soal Permainan Belanda
Berita Terkini
Akun Facebook Saya Diretas, Ini Cara Memulihkan Akun yang Dihack
Dua Gol Merih Demiral Antar Turki Melaju ke Perempat Final Euro 2024
PKB Sebut PDIP Oke dengan Anies di Pilgub Jakarta, Tapi Masih Pertimbangkan Cawagub
Sarana Menara Nusantara Rampungkan Akuisisi 90 % Saham IBST
10 Smartphone Paling Ngebut di Bulan Juni 2024, Apa Saja?
Harga Emas Melorot Lagi, Ini Gara-garanya
Link Live Streaming Copa America 2024 Brasil vs Kolombia, Sesaat Lagi Tanding di Vidio
60 Ucapan Anniversary Pernikahan Islami, Kata-Kata Romantis Penuh Doa dan Harapan
Libur Sekolah ke Kampung Willys Kang Cuya Subang, Bisa Seseruan Naik Kursi Layang Sambil Memandang Sawah
BMKG Ingatkan Wilayah Jawa dan Papua Waspada Dampak Hujan Deras
Data Terkini Jemaah Haji Indonesia 2024 Meninggal di Tanah Suci
Kenalkan 'Si Jelita', Inovasi yang Mudahkan Pustakawan Mengolah Data Besutan Orang Magelang
Istri Presiden Pertama RI Ratna Sari Dewi Sukarno ke Lokasi Gempa Hualien Taiwan, Beri Donasi Rp1 Miliar
Berjiwa Bebas, 2 Zodiak Ini Suka Menghindari Pernikahan Meski Didesak Keluarga
Generasi Muda China Doyan Menabung saat Gen Z di Dunia Menumpuk Utang, Ada Apa?