uefau17.com

10 Film Studio Ghibli yang Tak Disutradarai Hayao Miyazaki - Citizen6

, Jakarta - Studio Ghibli telah menjadi ikon dalam dunia animasi selama hampir empat dekade. Didirikan hampir 40 tahun yang lalu, studio ini telah memenangkan hati penonton dengan karya-karya animasi yang mengagumkan sejak tahun 1985.

Nama besar di balik kesuksesan Studio Ghibli adalah Hayao Miyazaki. Sebagai salah satu pendiri dan sutradara utama, Miyazaki telah membawa kehidupan pada layar lebar dengan karya-karya yang memukau. Namun, ia tidak berdiri sendirian dalam perjalanan Studio Ghibli.

Isao Takahata, seorang pendiri lainnya, juga telah memberikan kontribusi besar dengan menyutradarai beberapa film penting di Studio Ghibli. Selain itu, ada juga nama-nama lain yang patut diakui, seperti Goro Miyazaki, putra dari Hayao Miyazaki, yang juga telah membawa karya-karya brilian dalam studio ini.

Meskipun karya-karya Hayao Miyazaki seringkali menjadi sorotan, tidak boleh dilupakan bahwa Studio Ghibli juga telah menghasilkan sejumlah film luar biasa yang tidak disutradarai oleh Miyazaki. Berdasarkan peringkat dari Collider, Senin (3/5/2024), berikut beberapa film terbaik dari studio ini yang tidak disutradarai oleh Miyazaki, meskipun ia mungkin terlibat dalam penulisan atau produksinya.

 

10. From Up on Poppy Hill (2011), disutradarai oleh Goro Miyazaki

Meskipun film terbaik yang membahas tentang Olimpiade Tokyo 1964 adalah film dokumenter Tokyo Olympiad, namun film anime From Up on Poppy Hill menawarkan kisah menarik yang berlatar pada tahun 1963.

Film ini mengikuti perjuangan para siswa untuk menyelamatkan gedung klub sekolah mereka dari kehancuran akibat persiapan Olimpiade.

Berbeda dengan banyak film Studio Ghibli yang cenderung fantastis, From Up on Poppy Hill menampilkan cerita yang lebih membumi dan menyegarkan. Film ini memiliki pendekatan slice of life dengan nuansa santai dan sedikit sentuhan drama di dalamnya, termasuk alur cerita romansa yang tidak terduga.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 10 halaman

9. The Secret World of Arrietty (2010), disutradarai oleh Hiromasa Yonebayashi

Hiromasa Yonebayashi merupakan sutradara termuda yang pernah membuat film layar lebar untuk Studio Ghibli, dengan debutnya yang dianggap kurang dihargai.

Film The Secret World of Arrietty dirilis saat ia berusia 37 tahun. Namun, Yonebayashi meninggalkan Studio Ghibli pada tahun 2015 untuk bekerja di Studio Ponoc, tapi ia sempat menyutradarai 2 film untuk Studio Ghibli dan karyanya sebagai animator masih terlihat hingga tahun 2023 dengan film The Boy and the Heron.

The Secret World of Arrietty adalah film yang tenang dan santai. Film ini mengisahkan hubungan antara seorang anak laki-laki dengan seorang gadis kecil yang tinggal bersama keluarganya.

Gadis itu sangatlah kecil bahkan sampai-sampai ia bisa berpetualang di halaman belakang rumah tersebut, dan menyuguhkan kita visual yang sangat indah seperti halnya hutan belantara. Film ini juga disuguhi dengan visual khas Ghibli yang indah.

3 dari 10 halaman

8. The Cat Returns (2002), disutradarai oleh Hiroyuki Morita

Film ini mungkin yang paling banyak menampilkan kucing di antara film-film Studio Ghibli, dan memiliki durasi hanya 75 menit saja.

Ceritanya berkisar pada seorang gadis muda yang menyelamatkan seekor kucing yang ternyata adalah penguasa dari Kerajaan Kucing, dan kucing itu pun mengajak gadis tersebut ke kastilnya.

Film ini menampilkan dunia fantasi yang sangat aneh, kadang-kadang terasa sedikit liar dan berlebihan.

Durasi yang pendek dan hubungannya dengan film lain mungkin membuat The Cat Returns terasa sedikit lebih kecil dibandingkan film Studio Ghibli lainnya. Namun, film ini tetap solid, kreatif, dan khas.

4 dari 10 halaman

7. The Red Turtle (2016), disutradarai oleh Michael Dudok de Wit

The Red Turtle adalah proyek unik yang sebagian diproduksi oleh Studio Ghibli dan sebagian lagi oleh sejumlah perusahaan Prancis, dengan sutradara asal Belanda yaitu Michael Dudok de Wit.

Salah satu aspek yang membuat The Red Turtle menonjol adalah minimnya dialog, yang memberikan nuansa tenang dan universal, dengan latar belakang sebuah pulau terpencil.

Film ini mengikuti seorang pria yang berusaha bertahan hidup di pulau tersebut, menampilkan hubungan yang ia bangun dengan hewan-hewan di sekitarnya. Pada akhirnya, ini adalah film yang bergerak lambat, namun seimbang dan sangat mengesankan.

5 dari 10 halaman

6. Whisper of the Heart (1995), disutradarai oleh Yoshifumi Kondo

Yoshifumi Kondō meninggal dunia pada tahun 1998 saat berusia 47 tahun, dengan hanya satu kredit penyutradaraan film layar lebarnya di Studio Ghibli yang bertajuk Whisper of the Heart.

Meskipun film ini diikuti oleh The Cat Returns pada tahun 2002, Whisper of the Heart tetap menjadi film yang lebih kuat di antara keduanya, dikarenakan film Whisper of the Heart memiliki emosional yang lebih mendalam dan penuh dengan kepedihan.

Seperti yang sering terjadi pada banyak film Studio Ghibli, plotnya tidak selalu perlu dirinci secara mendalam. Secara garis besar, Whisper of the Heart adalah tentang cinta dan pencarian jati diri.

6 dari 10 halaman

5. Only Yesterday (1991) disutradarai oleh Isao Takahata

Mulai dari sekarang, biasakan diri Anda dengan nama Isao Takahata, karena dia adalah sutradara kedua yang paling terkenal dan produktif di Studio Ghibli setelah Hayao Miyazaki.

Gaya Takahata sedikit lebih sulit untuk dijabarkan dibanding dengan Miyazaki, dan ia sering mengubah pendekatannya secara signifikan dari satu film ke film lainnya.

Beberapa filmnya terlihat sangat berbeda dari segi animasi dan mencakup berbagai genre yang luas dari satu proyek ke proyek lainnya. Misalnya, Only Yesterday adalah film anime drama yang membumi dengan unsur romantis.

Secara naratif, film ini disajikan dengan ambisius, mengikuti seorang wanita muda yang melompat antara kenangan masa lalunya dan masa kini.

Dengan fokus yang kuat pada pengembangan karakter, menjadikan film ini sangat efektif dan mengharukan.

7 dari 10 halaman

4. The Tale of the Princess Kaguya (2013), disutradarai oleh Isao Takahata

The Tale of the Princess Kaguya adalah film terakhir yang disutradarai oleh Isao Takahata untuk Studio Ghibli sebelum ia meninggal dunia pada usia 82 tahun.

Film ini kemungkinan merupakan karya terbesar, paling ambisius, dan terpanjangnya, dengan durasi 137 menit dan animasi yang tidak biasa namun berani.

Kisah The Tale of Princess Kaguya berkisah tentang seorang gadis kecil yang ditemukan di dalam batang bambu, dan perjalanannya yang dramatis sebagai orang luar karena asal-usul atau penemuannya yang misterius.

Sulit untuk menggambarkan keberhasilan film ini secara visual maupun naratif dengan kata-kata. Untuk itu, Anda harus menontonnya sendiri dan merasakan dunia unik yang ditawarkan oleh film ini.

8 dari 10 halaman

3. Pom Poko (1994), disutradarai oleh Isao Takahata

Film Studio Ghibli ini yang menggabungkan drama, fantasi dan elemen perang dalam ceritanya.

Yang menjadi fokus utama dalam film ini adalah para hewan rakun yang berusaha untuk melindungi rumah mereka dari ketamakan manusia.

Meskipun memiliki beragam genre, Pom Poko mungkin tidak sepopuler film-film Studio Ghibli lainnya, namun ia tetap mencuri perhatian karena tingkat kreativitasnya yang tinggi.

Pom Poko lebih condong ke arah komedi dan pembawaannya lebih ringan daripada film-film lain yang disutradarai oleh Isao Takahata.

Film ini mengangkat tema-tema serius, terutama seputar isu lingkungan dan konflik antara manusia dengan populasi hewan di daerah perkotaan.

Meskipun tidak selalu berhasil menyeimbangkan antara unsur serius dan lucu, keberaniannya dalam menghadirkan berbagai ide dan adegan, seaneh apapun film ini patut diacungi jempol.

9 dari 10 halaman

2. When Marnie Was There (2015), disutradarai oleh Hiromasa Yonebayashi

When Marnie Was There menjadi film Studio Ghibli yang mengharukan tentang perjalanan seseorang yang menuju tahap kedewasaan dan merupakan film kedua dari Hiromasa Yonebayashi untuk studio ini sebelum ia pindah ke Studio Ponoc.

Meskipun film The Secret World of Arrietty bagus, When Marnie Was There dianggap lebih baik secara keseluruhan dan bahkan dinominasikan untuk Academy Awards dalam kategori Film Animasi Terbaik.

Film ini mengisahkan tentang seorang gadis muda yang pindah ke tempat baru dan menjalin hubungan dengan seorang gadis lain yang sangat misterius, yang tampaknya tidak ada pada beberapa kesempatan.

Dengan menggambarkan kesulitan-kesulitan dalam bertumbuh dewasa sambil mempertahankan elemen misteri dan fantasi ringan melalui karakter Marnie yang unik, film ini adalah karya yang sangat kreatif dan emosional.

Dan dianggap sebagai salah satu film Studio Ghibli terbaik karena kualitasnya secara keseluruhan dan daya tariknya yang kuat.

10 dari 10 halaman

1. Grave of the Fireflies (1988), disutradarai oleh Isao Takahata

Film pertama Isao Takahata untuk Studio Ghibli yaitu Grave of the Fireflies tetap menjadi karyanya yang paling terkenal bahkan setelah puluhan tahun.

Film ini dianggap sebagai salah satu film tentang perang paling mengerikan yang pernah dibuat.

Kisahnya tentang dua anak kecil yang berjuang untuk bertahan hidup di hari-hari terakhir Perang Dunia II, setelah kehilangan ibu mereka dan tanpa tempat untuk pergi di Kobe yang hancur, tetap memukau.

Grave of the Fireflies bukan hanya film yang suram, tapi juga merupakan karya yang sangat penting dalam dunia animasi Jepang.

Meskipun sulit untuk ditonton karena pembawaan kesedihannya, film ini harus dihargai oleh siapa pun yang tertarik pada animasi. Kualitas dan makna yang terkandung di dalamnya menjadikannya salah satu film animasi terbaik sepanjang masa, bukan hanya dari Studio Ghibli.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat