uefau17.com

Studi Temukan Kurang Tidur Dapat Sebabkan Demensia dan Kematian Dini - On Off

, Jakarta Semakin dewasa usia seseorang, tingkat kesulitan tidur secara signifikan juga meningkat. Biasanya orang dewasa hingga lansia yang sering terbangun di malam hari memiliki risiko tinggi terkena demensia atau meninggal lebih awal.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidur memainkan peran penting di setiap malamnya. Fungsi tidur dapat mengurangi risiko jangka panjang untuk penurunan kognitif saraf dan penyebab kematian lainnya.

Menurut World Sleep Society, Melansir dari CNN Health, kurang jam tidur dapat mengancam kesehatan hingga 45 persen populasi dunia. Namun, hal tersebut bergantung pada usia kita, idealnya durasi tidur adalah 7-10 jam setiap malamnya.

Nyatanya, terdapat 50 hingga 70 juta orang Amerika berjuang dengan gangguan tidur seperti, insomnia, sindrom kaki gelisah, dan tidur berjalan yang dapat merusak waktu tidur yang berkualitas.

Selain itu, Centers of Disease Control and Prevention (CDC) menyebut hal tersebut dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat secara umum. Gangguan tidur tersebut dapat dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terhadap penyakit diabetes, stroke, jantung, dan demensia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Punya Risiko Tinggi

Studi dari Journal of Sleep Research yang baru saja diterbitkan baru-baru ini menganalisis data yang dikumpulkan oleh National Health and Aging Trends Study (NHATS), yang telah mewawancarai langsung 6.376 penerima Mediacare di AS secara tahunan.

Kemudian, hasil tersebut menunjukkan bahwa mereka yang memiliki masalah tidur hampir di setiap malamnya memiliki risiko yang lebih tinggi. Kesulitan tidur yang dilaporkan oleh peserta dibandingkan dengan riwayat penyakit yang dimiliki oleh pasien.

“Kesehatan tidur dapat naik turun selama bertahun-tahun,” ujar instruktur kedokteran Harvard Medical School Rebecca Robbins kepada CNN Health, Selasa (10/08/2021).

Faktor pendukung lain dari penelitian ini adalah kemampuan untuk memisahkan dampak dari kesulitan tidur pada malam hari dengan demensia dan kematian dini. “Kamu menemukan hubungan yang kuat antara kedua hal tersebut,” jawab Robbins.

Orang yang sulit tidur di malam hari memiliki 44 persen peningkatan risiko kematian dini dari penyebab apapun. Dengan mengatakan sering terbangun di malam hari dan mencoba untuk tidur lagi memiliki risiko yang lebih tinggi, yaitu sebesar 56 persen.

Risiko demensia serupa juga bisa berpengaruh sebesar 49 persen pada orang yang kesulitan tidur. Sementara itu, untuk yang sering terbangun dimalam hari dan mencoba untuk tidur kembali memiliki 39 persen peningkatan risiko demensia.

Penelitian Lain Sebagai Pendukung

Tidur yang berkualitas tinggi sangat penting untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. Menurut ahli, ditemukan orang dewasa paruh baya yang sehat dan memiliki tidur yang buruk hanya dalam satu malam saja dapat menghasilkan banyak plak beta amyloid.

Adanya  plak tersebut dapat memicu timbulnya gejala Alzheimer. Senyawa yang terkandung adalah senyawa protein bersifat lengket yang dapat mengganggu komunikasi antara sel-sel otak sehingga daapt membunuh sel yang sudah terakumulasi di otak.

Namun, studi lain yang diterbitkan pada 2017 membandingkan muncul penanda masalah demensia dalam cairan tulang belakang dengan masalah tidur. Hasilnya juga menyatakan adanya bukti terhadap risiko kerusakan sel otak dan peradangan⎼ini berlaku jika ada faktor pendukung lain seperti depresi, massa tubuh berlebih, ada penyakit kardiovaskular, dan obat tidur yang dikonsumsi.

 

 

 

3 dari 3 halaman

Solusi Apa yang Ditawarkan?

Untuk saat ini belum ada obat-obatan yang dapat mengobati demensia, tetapi masih ada cara untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya, berhenti merokok dan minum alkohol dengan takaran sedang.

Adapun, tambahkan makan-makanan yang memiliki gizi seimbang, olahraga secara aktif, tetap aktif secara mental dan menjaga tekanan darah serta kolesterol Anda.

Untuk saat ini, ahli-ahli menawarkan solusi seperti sebelumnya agar kesehatan tubuh dapat tetap terkendali.

Menurut ahli, tidak hanya tubuh yang sehat, tetapi otak Anda juga akan terjaga dengan kualitas yang terbaik. Para ahli menyebutnya dengan istilah sleep hygiene⎼melatih otak Anda untuk tidur lebih baik, dan menyarankan mengatur rutinitas dari waktu tidur dengan bersantai, menenangkan diri.

Alangkah lebih baiknya juga menjauhkan diri Anda dari televisi, smartphone, atau perangkat pemancar blue-light lain setidaknya 1-2 jam sebelum Anda tidur. Selanjutnya, tips lain yang mungkin bisa dilakukan adalah miliki tempat tidur dan bantal yang nyaman, menjaga kamar tetap sejuk, tenang, gelap.

“Jangan lupa untuk hindari kafein dan alkohol selama beberapa jam sebelum tidur,” papar ahli.

Reporter: Caroline Saskia

 

 

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat