uefau17.com

Idul Fitri Artinya Kembali kepada Fitrah, Simak Penjelasan Al-Qur'an - Hot

, Jakarta - Idul Fitri adalah hari raya umat Islam yang jatuh setiap tanggal 1 Syawal, yang juga menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan. Namun, lebih dari sekadar perayaan, Idul Fitri memiliki makna mendalam dalam ajaran Islam. Secara etimologis, Idul Fitri juga diartikan sebagai kembali kepada fitrah manusia yang suci dan dekat dengan Tuhannya.

Fitrah ini menunjukkan keadaan asli atau kodrat manusia yang bersih dari dosa dan kejelekan.

Menurut penafsiran Al-Qur'an, fitrah manusia yang dimaksud adalah keadaan bawaan manusia yang telah diciptakan oleh Allah dengan kesucian dan keesaan-Nya. Hal ini ditegaskan dalam Surat Ar-Rum ayat 30 yang mengajak manusia untuk mempertahankan fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah Yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Ruum: 30)

Idul Fitri juga menjadi momen untuk mengukuhkan kemenangan spiritual umat Muslim. Pepatah Arab menyatakan bahwa sejatinya, hari raya bukanlah milik orang yang hanya memiliki pakaian baru, melainkan milik orang yang ketakwaannya bertambah dan menjauh dari perbuatan dosa. Bila demikian, Idul Fitri mempunyai makna yang mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia. Simak penjelasan lengkapnya.

Berikut ulas lebih mendalam tentang idul fitri artinya kembali kepada fitrah dan penjelasannya dalam Al-Qur'an, Selasa (26/3/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kembali kepada Fitrah Manusia

Idul Fitri, menurut Kementerian Agama (Kemenag RI), memiliki makna yang dalam dalam ajaran Islam. Hal ini diinterpretasikan sebagai sebuah momen untuk kembali kepada fitrah, atau jatidiri manusia yang suci dan berada dekat dengan Tuhannya.

Idul Fitri bukan hanya sekadar sebuah perayaan, namun juga menjadi puncak dari ibadah puasa selama bulan suci Ramadhan. Selama bulan ini, umat Islam berpuasa sebagai bentuk pengendalian diri dan pengingat akan nilai-nilai spiritual. Sehingga, Idul Fitri menjadi momen berharga yang menandakan berakhirnya periode berpuasa dan dianggap sebagai hari kemenangan.

Asal usul kata "Idul Fitri" sendiri berasal dari Bahasa Arab, yang terdiri dari kata "id" yang berarti festival atau perayaan, dan "al-fitr" yang bermakna berbuka puasa. Secara harfiah, Idul Fitri merujuk pada hari raya atau perayaan yang ditandai dengan berbukanya puasa. Namun, makna lebih dalam dari Idul Fitri terungkap melalui penafsiran etimologis.

Dalam buku "Dakwah Cerdas: Ramadhan, Idul Fitri, Walimatul Hajj, dan Idul Adha" karya Udji Asiyah, "Id" berasal dari akar kata "aada - yauudu" yang artinya kembali, sedangkan "fitri" memiliki makna bersih dari dosa dan kejelekan. Bila demikian, Idul Fitri secara keseluruhan menunjukkan makna kembali pada keadaan suci atau bebas dari segala dosa, sehingga manusia kembali pada kesucian atau fitrahnya seperti terlahir kembali.

“Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, 'Setiap anak yang lahir, dia terlahir atas fitrah, maka tergantung kedua orang tuanya yang menjadikan dia orang Yahudi, Nasrani, atau Majusi, seperti binatang ternak yang dilahirkan dengan sempurna, apakah kamu melihat padanya telinga yang terpotong?'” (HR al-Bukhari).

 

3 dari 3 halaman

Idul Fitri dalam Al-Qur'an

Ayat dalam Al-Qur'an juga memberikan petunjuk mengenai makna fitrah manusia yang suci. Dalam Surat Ar-Rum ayat 30, Allah menyatakan pentingnya untuk mempertahankan fitrah manusia yang telah diciptakan sesuai dengan kehendak-Nya. Hal ini menegaskan bahwa fitrah manusia adalah fitrah Tauhid, atau kesadaran akan keesaan Allah.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah Yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Ruum: 30)

Selain itu, Idul Fitri juga dianggap sebagai momen untuk memperbaiki diri dari dosa-dosa yang dilakukan selama setahun sebelumnya. Rasulullah mengajarkan bahwa siapa pun yang menjalankan puasa Ramadhan dengan iman dan ihtisab, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Selain sebagai momen untuk kembali kepada fitrah dan memperbaiki diri, Idul Fitri juga memiliki makna kemenangan bagi umat Muslim. Kemenangan ini tidak hanya dalam arti melawan hawa nafsu selama bulan Ramadhan, tetapi juga dalam menguatkan ketakwaan dan menjauhkan diri dari kemaksiatan.

Pepatah Arab mengatakan bahwa hari raya sejati bukanlah milik orang yang hanya memiliki pakaian baru, melainkan milik orang yang ketakwaannya bertambah dan menjauh dari perbuatan dosa. Idul Fitri bukan hanya menjadi perayaan keberhasilan menyelesaikan ibadah puasa, tetapi juga momentum untuk meningkatkan kualitas spiritual dan moral umat Muslim.

“Diriwayatkan dari sahabat Anas, ia berkata, ‘Sekali waktu Nabi SAW datang di Madinah, di sana penduduknya sedang bersuka ria selama dua hari. Lalu Nabi bertanya ‘Hari apakah ini (sehingga penduduk Madinah bersuka ria)?’.”

“Mereka menjawab ‘Dulu semasa zaman jahiliah pada dua hari ini kami selalu bersuka ria.’ Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah SWT telah menggantikannya dalam Islam dengan dua hari yang lebih baik dan lebih mulia, yaitu hari raya kurban (Idul Adha) dan hari raya fitri (Idul Fitri),” (HR Abu Dawud)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat