, Jakarta - Pernahkah kamu merasa bingung saat berkomunikasi dengan pasangan? Di saat kamu ingin menunjukkan perhatian dan kasih sayang, pasangan justru terlihat marah atau tertekan? Atau, saat berusaha menyelesaikan masalah, pasangan kamu malah memilih untuk menghindar?
Jika ya, kamu tidak sendirian. Banyak orang yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan pasangannya, terutama saat mereka sedang dilanda stres.
Love Language, konsep yang populer untuk memahami cara seseorang mengungkapkan dan menerima cinta, mungkin tidak selalu cukup untuk mengatasi situasi ini. Di sinilah Stress Language berperan penting.
Advertisement
Stress Language adalah cara seseorang bereaksi dan berkomunikasi saat mereka sedang stres. Dengan memahami Stress Language pasangan kamu, kamu dapat belajar bagaimana berkomunikasi dengan lebih efektif, membangun hubungan yang lebih kuat, dan menghindari kesalahpahaman.
Dampak Stres Pada Hubungan
Stres bukan hanya berbahaya bagi kesehatan mental dan kesejahteraan kita, tetapi juga dapat merusak hubungan. Dilansir dari The Every Girl, ketika stres melanda, energi dan sumber daya kita terkuras, yang berakibat pada:
- Kurang kesabaran: Kita menjadi lebih mudah marah dan tersinggung.
- Kurang libido: Hasrat untuk berhubungan intim menurun.
- Penarikan diri: Kita lebih memilih untuk menghindari pasangan.
- Pertengkaran dan konflik: Kita lebih mudah bertengkar dan menyalahkan pasangan.
Akibatnya, keintiman dan dukungan emosional dalam hubungan berkurang. Komunikasi pun menjadi terhambat, menciptakan jurang pemisah yang semakin lebar antara kita dan pasangan.
Oleh karena itu, penting untuk memahami bahasa stres pasangan agar mengetahui cara yang tepat untuk menghadapinya. Berikut ini 5 jenis Stress Language.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
1. The Fixer
Pernahkah kamu bertemu orang yang selalu ingin "membantu" saat stres? Orang-orang dengan Stress Language ini, berusaha "memperbaiki" situasi tanpa diminta, bahkan saat tidak perlu.
Meskipun mereka terlihat membantu dan mampu di luar, mereka seringkali justru lebih banyak memberikan dampak buruk daripada yang baik. Mereka bisa saja melanggar batas, menjadi mengomel dan dominan, atau bahkan memperlakukan pasangannya seperti anak kecil.
Contohnya, saat stres, seorang The Fixer mungkin akan memaksa pasangannya memilih pakaian tertentu karena mereka tidak percaya pasangannya bisa membuat pilihan yang tepat. Pada akhirnya, tidak jarang mereka lebih terlihat seperti "mengontrol", bukan "membantu."
Advertisement
Perilaku ini bisa berbahaya bagi hubungan karena dapat membuat pasangan merasa tertekan, dikendalikan, dan tidak dihargai.
Advertisement
2. The Denier
Seorang Penyangkal adalah orang-orang yang menyebarkan toxic positivity, bahkan pada diri mereka sendiri. Mereka memilih untuk melihat sisi positif dalam segala situasi, bahkan ketika sedang dilanda kesulitan. Alih-alih mengelola emosi negatif mereka dengan sehat, mereka akan menekan dan meminimalkannya.
Selain itu, mereka mungkin memiliki mentalitas "abaikan sampai masalah itu hilang" dan bertindak seolah-olah masalah itu tidak ada.
Sikap ini bisa berbahaya bagi hubungan karena dapat membuat pasangan merasa tidak didengarkan, diabaikan, dan tidak dihargai. Penting untuk mengenali tanda-tanda Stress Language ini dan mendorong pasangan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur tentang perasaan mereka.
Advertisement
3. The Numb-er
Saat stres melanda, semua orang ingin melarikan diri sesekali. Namun, orang-orang dengan Stress Language ini memilih untuk meredam stres mereka dengan distraksi. Alasannya sederhana: jika mereka tidak memikirkannya, stres tidak akan bisa menyakiti atau menghancurkan mereka.
Sayangnya, strategi ini keliru. Orang-orang dengan Stress Language ini cenderung menggunakan cara-cara seperti:
- Mengonsumsi alkohol atau zat terlarang.
- Menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar (telepon, komputer, atau TV).
- Bekerja berlebihan.
Perilaku ini bisa berbahaya bagi hubungan karena dapat menyebabkan kecanduan, masalah kesehatan, dan pengabaian terhadap pasangan.
Advertisement
Advertisement
4. The Exploders
Pernahkah kamu melihat orang yang bereaksi dengan marah dan agresif saat stres? Orang-orang dengan Stress Language ini, memiliki respons "bertempur atau lari" terhadap stres. Otak mereka menandakan bahaya, dan mereka meresponsnya dengan "meledak" pada pasangan mereka.
Orang-orang ini menjadi mudah marah, agresif, dan kritis. Mereka cepat menyalahkan orang lain atau sesuatu atas masalah yang mereka hadapi.
Contoh perilaku mereka termasuk:
Advertisement
- Kemarahan reaktif: Mereka mudah marah dan kehilangan kendali.
- Paranoia: Mereka menjadi curiga dan tidak percaya pada orang lain.
- Pemikiran kacau: Mereka sulit berpikir jernih dan membuat keputusan yang rasional.
- Meninggalkan percakapan: Mereka tiba-tiba pergi di tengah percakapan saat merasa frustrasi.
- Menyalahkan pasangan: Mereka menyalahkan pasangan mereka atas stres yang mereka alami.
Sikap ini bisa sangat berbahaya bagi hubungan karena dapat membuat pasangan merasa takut, terancam, dan tidak dihargai.
5. The Imploder
Berbeda dengan The Exploder yang agresif, orang-orang dengan Stress Language ini justru memendam stres mereka dalam diri. Mereka cenderung menyalahkan diri sendiri atas stres yang mereka alami, yang memicu banyak kritik diri dan rasa malu.
Contoh perilaku mereka termasuk:
- Menyalahkan diri sendiri: Mereka terus menerus menyalahkan diri sendiri atas segala hal yang salah.
- Merendahkan diri: Mereka berbicara atau berpikir negatif tentang diri mereka sendiri, seperti "Saya tidak pernah bisa melakukan apa pun dengan benar," "Saya bodoh sekali," atau "Semua selalu salah saya."
Advertisement
Memahami Stress Language Kamu dan Pasangan
Tanpa bantuan ahli, kamu juga bisa memahami Stress Language kamu dan pasangan.
Perhatikan bagaimana kamu dan pasangan merespon saat stres, apakah kamu cenderung diam, marah, menyangkal, bertindak impulsif, atau menyalahkan diri sendiri. Tanyakan pendapat pasangan tentang cara kamu mengatasi stres, mereka mungkin melihat hal yang tidak kamu sadari.
Setelah memahami bahasa stres masing-masing, bicarakan secara terbuka dengan pasangan. Sadarilah bahwa orang bisa memiliki campuran Stress Language, seperti bahasa cinta.
Advertisement
Situasi berbeda bisa memicu respons stres yang berbeda. Komunikasi terbuka akan membantu kamu memahami satu sama lain dan tumbuh sebagai pasangan.
Stress Language bukan untuk mengkritik atau menghakimi, melainkan untuk memberi pemahaman. Berusahalah bersama untuk lebih sadar terhadap reaksi masing-masing terhadap stres.
Hal ini akan membantu memahami tanda-tanda peringatan dan apa yang harus dilakukan saat stres melanda, sehingga kamu dan pasangan bisa mengambil jeda dan pemecahan masalah sebelum terlambat.
Terkini Lainnya
Dampak Stres Pada Hubungan
1. The Fixer
2. The Denier
3. The Numb-er
4. The Exploders
5. The Imploder
Memahami Stress Language Kamu dan Pasangan
kesehatan mental
kesulitan dalam berkomunikasi
stress language
membangun hubungan yang lebih kuat
jenis Stress Language
Timnas Indonesia U-23
Gelar Nobar Piala Asia U-23 Serentak di 25 Kecamatan, Ipuk Gerakkan Ekonomi UMKM di Banyuwangi
Kesuksesan Timnas Indonesia di Piala Asia U-23 2024 Harus Jadi Pijakan untuk Siapkan Kompetisi Berjenjang
Jokowi: Kalau Feeling Saya, Timnas Masuk Olimpiade Paris 2024
Kalah Lawan Uzbekistan, Jokowi Optimis Timnas U-23 Lolos Olimpiade Paris 2024
Jokowi Beri Semangat ke Timnas U-23: Masih Ada Harapan Juara 3 dan Masuk Olimpiade
Gempa Garut
Kerugian Gempa Garut Magnitudo 6,5 Capai Rp5,8 Miliar
Top 3 Islami: Gempa Garut dan Hadis Lindu sebagai Tanda Kiamat dalam Hadis
Kisah Rasulullah Tenangkan Gunung Uhud yang Bergetar karena Gempa Bumi
Gempa Garut: Sains dan Perspektif Islam, Benarkah Tanda Kiamat Sudah Dekat?
Dampak Gempa Magnitudo 6,2 di Garut: 113 Rumah Rusak dan Enam Korban Luka-Luka
Thomas Cup
Lolos ke 8 Besar, Indonesia Bidik Juara Grup Piala Thomas dan Uber 2024
3 Kolektor Trofi Piala Thomas Terbanyak Sepanjang Sejarah: Indonesia Urutan Berapa?
Hasil Piala Thomas 2024: Fajar/Rian Tersandung, Indonesia Tetap Hajar Thailand
Hasil Piala Thomas 2024: Hanya Kehilangan 1 Gim, Tim Putra Indonesia Sikat Inggris
Jadwal dan Link Siaran Langsung BWF Thomas & Uber Cup 2024 di Vidio
BRI Liga 1
Klasemen Akhir BRI Liga 1 2023/2024: Borneo FC Juara Musim Reguler, Rans Nusantara Degradasi
Hasil BRI Liga 1: Dihajar Persija, PSIS Gagal Rebut Tiket Championship Series dari Madura United
Klub Milik Raffi Ahmad Rans Nusantara FC Terdegradasi dari BRI Liga 1, Arema FC Selamat
Happy Ending Akhiri Kompetisi Kalahkan Persik, Persebaya Siapkan Kerangka Tim untuk Musim Depan
Timnas Indonesia Tembus Semifinal Piala Asia U-23 2024, PT LIB Susun 3 Opsi Jadwal Championship Series BRI Liga 1
Paul Munster Ingin Persebaya Akhiri Musim Kompetisi dengan Kebanggaan Menang Lawan Persik
TOPIK POPULER
Populer
Bukan Cuma Anak, Vaksinasi Juga Penting untuk Orang Dewasa
Khawatir Vertigo Kambuh? Kenali Faktor Pemicunya agar Bisa Dicegah
Rekomendasi Vaksin untuk Orang Dewasa Ada 23, Baiknya Mulai dari Mana?
Mengenal Kandungan Nutrisi Susu Almond dan Oat, Mana yang Lebih Sehat?
7 Alasan Sering Terbangun Tengah Malam dan Tips Jitu Mengatasinya
Jangan Pakai Standar Orang Lain, Bisa Hambat Kebahagiaanmu
PAPDI Umumkan Rekomendasi Terbaru Vaksinasi Dewasa, Termasuk Tambahkan Vaksin PCV15
Pneumonia Masuk 10 Kasus Rawat Inap Terbanyak, Kenali Lebih Dalam Penyakit Radang Paru Ini
Mengenal Senyawa Bromat yang Sempat Heboh di Masyarakat, Ini Penjelasannya
Sengaja Dekatkan Anak pada Pasien Campak agar Tertular, Dokter: Lebih Baik Imunisasi Ketimbang Kena Infeksi
Piala Asia U-23 2024
Jadi Imam Salat Sebelum Bertanding, Rizky Ridho Disebut Pantas Jadi Kapten Timnas Indonesia di Piala Asia U-23
Kesuksesan Timnas Indonesia di Piala Asia U-23 2024 Harus Jadi Pijakan untuk Siapkan Kompetisi Berjenjang
Potret Istri Shin Tae Yong, Cha Young Joo yang Awet Muda dan Suka Tampil Modis
Ibnu Jamil Akui Pemain Timnas Indonesia U-23 Masih Kalah Kualitas saat Lawan Uzbekistan, Tak Gelap Mata Salahkan Wasit Semata
Profil Sivakorn Pu-udom, Wasit VAR yang Rugikan Timnas Indonesia U-23 di Semifinal Piala Asia U-23 2024
Berita Terkini
Mengenal Keunikan 12 Corak Batik Kabupaten Serang
Awasi Distribusi Komoditas Gula di Jawa Timur, Satgas Pangan Polri Lakukan Ini
Amplop Penumpang Berisi Uang Rp50 Juta Tertinggal di Kereta Cepat Whoosh, Petugas Kembalikan di Hari yang Sama
Ingin Dijauhkan dari Rasa Malas Beribadah? Baca Doa Ini
120 Quotes Bijak Lucu tapi Penuh Makna, Pelajaran Berharga yang Menghibur
Segera Tayang Desember 2024, Disney Rilis Teaser Trailer Film Mufasa: The Lion King
Polisi Tangkap Manajer yang Gelapkan Uang di Restoran Hotman Paris, Ambil Langsung dari Brankas
Jadi Imam Salat Sebelum Bertanding, Rizky Ridho Disebut Pantas Jadi Kapten Timnas Indonesia di Piala Asia U-23
Kisah Pemuda Murid Nabi Ibrahim yang Ditunda Kematiannya, Ternyata Ini Amalannya
Buka Peluang Usung Wali Kota Depok di Pilkada Jabar, Bisa Bersaing dengan Presiden PKS
Acungkan Senpi hingga Tabrak Pemotor, Polisi Tangkap 2 Orang Ugal-ugalan di Kawasan Banceuy Bandung
3 Klub yang Bisa Dituju Thomas Tuchel usai Pisah dari Bayern Munchen: Semuanya di Liga Inggris
Adipati Dolken Tobat Main Gim Setelah Punya Anak, Sadar Bahaya Kecanduan Gawai
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Rabu 1 Mei 2024
Antisipasi Terjangkit DBD, Kenali 7 Obat Nyamuk Alami yang Aman Digunakan