New Delhi - Kasus infeksi COVID-19 di India pernah mencapai 100 ribu per hari. Langkah uji massal Virus Corona jenis baru itu pun akhirnya diterapkan, demi menjegal laju penyebarannya.
Bagaimana cara kerja laboratorium tes COVID-19 di India yang menguji dengan jumlah banyak?
Baca Juga
Adalah virolog, atau pakar virus Prasad Deshpande yang bekerja di salah satu laboratorium pengetesan COVID-19 di India yang menceritakannya. Setiap hari dia mengawasi proses sampel di saat India masih berusaha memerangi pandemi, dengan kasus pernah mencapai 100 ribu per hari.
Advertisement
Ketika situasi berkenaan dengan Corona jenis baru mulai meningkat di India, hanya ada beberapa institusi di seluruh negeri yang bisa melakukan tes COVID-19.
Mereka sudah melakukan tes ribuan sampel setiap hari namun ini masih belum mencukupi untuk bisa menangani kasus yang meningkat dari hari ke hari.
Karena itu diperlukan pusat pengetesan baru, namun tidak ada infrastruktur dan orang-orang yang terlatih untuk melakukannya.
"Saya sebelumnya bekerja di bidang TBC dan HIV di laboratorium saya di Pune, tidak jauh dari Mumbai."
"Saya utamanya melakukan penelitian mengenai mengapa beberapa orang lebih cepat bergerak ke AIDS dari HIV."
"Pemerintah mendekati saya meminta laboratorium saya juga melakukan tes karena kami sudah memiliki beberapa infrastruktur."
Prosesnya tidaklah semua seperti pengetesan lain. Diperlukan pelatihan selama beberapa tahun, namun kami hanya punya waktu dua hari sebelum mulai bekerja.
"Kami memulai dengan melakukan pengetesan terhadap 100 orang sehari."
Perlahan kami mulai mempekerjakan lebih banyak orang, dan meningkatkan kapasitas menjadi 300 orang per hari, dan kemudian 500.
Sebentar lagi kami akan bisa memeriksa dua ribu sampel per hari.
Apa yang Kami Lakukan?
Prioritas kami adalah mengetes pasien yang sudah masuk ke rumah sakit dan kontak yang dilakukan oleh pasien.
Inilah sebagian besar yang kami lakukan tetapi kami juga melakukan tes terhadap yang sudah meninggal.
Di India, massa akan berkumpul kalau ada yang meninggal, semua orang harus mendekati jenazah, mereka akan menyentuh kakinya.
Warga ini melihat jenazah dan membawanya ke tempat pembakaran, dan mereka merasa itu kewajiban yang harus dilakukan.
Namun kalau yang meninggal itu positif Corona COVID-19, maka ada kemungkinan virus masih bisa menyebar.
Rumah sakit tidak akan memberikan jenazah untuk dikremasi, sampai ada hasil COVID-19.
Seringkali laporan itu sudah ditunggu-tunggu sehingga tekanan untuk mengetahui hasilnya secepatnya mungkin sangat mendesak.
Setiap hari saya rata-rata bekerja 10 jam. Di awal-awal, waktu kerja lebih lama lagi, karena semua baru, virusnya baru, alat tesnya juga baru.
Ketika masuk ke lab, hal pertama yang kami lakukan adalah menggunakan hand sanitizer.
Setelah itu ada ruangan khusus di mana kami mengenakan APD (alat pelindung diri).
Di luar ruangan udaranya panas sekali dan bahkan di ruangan ber-AC, kita akan kepanasan dan berkeringat kalau mengenakan APD.
Kami harus mengenakannya paling kurang enam jam sehari.
Kami akan makan banyak di pagi hari, karena kalau kami sudah mengenakan APD, susah sekali untuk membukanya lagi untuk urusan lain.
Kami harus bekerja selama enam jam dan setelah itu baru bisa melepaskan APD, keluar dari lab, makan sesuatu sebelum kembali lagi bekerja.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Ini:
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Semuanya Harus Sempurna
Laboratorium kami dibagi dalam empat bagian.
Yang pertama tempat kami menerima sampel. Ini adalah tempat yang paling kritis bagi kemungkinan penyebaran virus, dan karenanya harus benar-benar steril.
Kami biasanya melakukan tes dalam kelompok 20 atau 24. Kami mengambil sampel kecil untuk dites ke dalam tube kecil dan sisanya ditaruh di lemari es.
Kemudian proses selanjutnya dilakukan untuk mendapatkan apakah sampel itu berisi virus corona,istilah yang dikenal dengan nama RNA.
Sekarang dalam proses menggunakan mesin, kami bisa mendapat RNA dalam waktu 90 menit.
Kemudian ada ruangan kedua, ruangan yang bersih, sehingga orang yang memisahkan RNA tidak masuk ke sana.
Staf di ruangan ini mempersiapkan berbagai bahan kimia, yang kemudian dibawa ke ruangan ketiga untuk memasukkan bahan kimia itu dengan RNA.
Proses ini memerlukan waktu dua jam.
Dari situ kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan parameter yang sudah yang disebut CT.
Perbandingan itulah yang menentukan apakah seseorang negatif atau positif.
Jadi misalnya nilai CT adalah 35, sampel yang nilainya di bawah 35 adalah positif, dan kalau di atas 35 artinya negatif.
Kami tidak melakukan testing random di jalanan, namun sampel diambil dari warga yang sudah memiliki resiko tinggi, jadi tingkat positifnya di atas 40 persen.
Proses ini harus dilakukan dengan sempurna, karena biayanya mahal, dan kadang bila terjadi sesuatu kami harus mulai dari awal lagi.
Kalau hasilnya sudah ada, kami harus memberi tahu dokter dan pemerintahan lokal, sehingga mereka bisa melacak dimana pasien tinggal, siapa keluarga terdekat, apakah mereka tinggal di pemukiman kumuh, sehingga tetangga juga perlu dilacak.
Kami harus memberikan data ini kepada pemerintahan lokal dalam waktu 24 jam.
Teman dan Keluarga Khawatir Tapi Saya Harus Melakukannya
Teman-teman selalu mengkhawatirkan saya.
"Kamu berada di garda terdepan, hati-hati, jangan sampai terkena," kata mereka.
Bulan April di India diterapkan lockdown, dan hampir semua teman-teman saya bekerja dari rumah.
Mereka kadang menelpon dan bertanya "OK, kami mendengar sesuatu di berita, tetapi kami ingin informasi lebih lanjut."
Keluarga saya juga awalnya khawatir.
Saya tinggal bersama ibu saya di rumah, dia berusia 75 tahun dan memiliki diabetesm selain istri dan anak saya berusia dua tahun.
"Mengapa kamu harus pergi? Semua orang kerja dari rumah," kata mereka.
Tetapi saya mengatakan kepada mereka "Saya harus melakukannya, ini adalah tugas saya."
Kami harus memakai APD terus menerus, dan kemudian harus membersihkan diri ketika meninggalkan lab.
Ketika sampai di rumah, kami harus mandi dulu sebelum bisa bertemu dengan orang lain, dan baju kami juga disimpan terpisah.
Keluarga saya harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru ini.
Sekarang anak saya tahu bahwa dia tidak bisa langsung memeluk saya ketika saya sampai di rumah.
Dia harus menunggu sampai saya selesai mandi, sebelum dia boleh mendekat.
Saya merasa sudah menyumbangkan peran saya dalam memerangi virus ini dan saya bangga melakukannya.
Advertisement
Infografis Meredam Kepanikan Wabah Virus Corona COVID-19
Terkini Lainnya
Hujan Picu Banjir India-Bangladesh, 9 Orang Tewas dan 3 Juta Warga Terdampak
Pengamat Hukum UI: Proses Pembangunan Gedung Kedubes India di Jakarta Tak Salahi Aturan
Minyak Sawit Dihadang Kampanye Hitam Lagi, Kini dari Seleb dan Anak Muda India
Saksikan Juga Video Ini:
Semuanya Harus Sempurna
Infografis Meredam Kepanikan Wabah Virus Corona COVID-19
India
Corona
COVID-19
ABC Australia
virus corona
Corona India
Rekomendasi
Pengamat Hukum UI: Proses Pembangunan Gedung Kedubes India di Jakarta Tak Salahi Aturan
Minyak Sawit Dihadang Kampanye Hitam Lagi, Kini dari Seleb dan Anak Muda India
Tampilan Nita Ambani di Acara Kawin Massal Jelang Pernikahan Putra Bungsunya
India Makin Dekat dengan Target Ekspor Jasa Senilai 1 Triliun Dolar AS di Tahun 2030
Korban Tewas Insiden Terinjak-injak di Acara Keagamaan India Bertambah Jadi 116 Orang
Petaka Pertemuan Keagamaan di India, 87 Orang Tewas Terinjak Akibat Berdesakan
6 Destinasi Unik di India Ini Bisa Dikunjungi saat Liburan Musim Hujan, Jelajahi Alam
1 Juli 2023: Bus Pariwisata Hangus Terbakar Usai Tabrak Pembatas Jalan di Maharashtra India, 25 Orang Tewas
7 Fakta Gelombang Panas di India, Prediksi Suhu Ekstrem di Tahun 2024
Euro 2024
Spanyol Vs Jerman: Der Panzer Manfaatkan Status Tuan Rumah
Timnas Spanyol Percaya Diri Jelang Duel Perempat Final Euro
Prediksi Euro 2024 Spanyol vs Jerman: Duel Kelas Berat di Stuttgart
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal Lengkap Pertandingan 8 Besar Euro 2024
Copa America 2024
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador, Baru Dimulai
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador di Vidio
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Jadwal Siaran Langsung Argentina vs Ekuador di Perempat Final Copa America 2024 di Vidio
Prediksi Copa America 2024 Argentina vs Ekuador: Semuanya Memihak Tim Tango
Timnas Ekuador Siap Berjuang Mati-matian di Perempat Final Copa America 2024
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Demokrat Rekomendasikan Dukungan ke 3 Paslon Ini untuk Pilkada Papua Barat, Babel, dan Jambi
Coklit Pilkada 2024 Sudah Sasar 16,6 Juta Pemilih di Jatim, Target Tuntas di Hari ke-20
Kata Sekjen PKS soal Kaesang Disodorkan Jokowi untuk Maju di Pilkada Jakarta 2024
Survei Warna Research Center: Tingkat Elektabilitas Hendy Siswanto dan Faida Tinggi Jelang Pilkada Jember 2024
Respons Jokowi soal Kabar Kaesang Maju Pilkada Jakarta 2024, Benarkah Sodorkan ke Parpol?
Ridwan Kamil Dianggap Masih Kuat di Pilkada Jawa Barat, Bawa Untung Buat Golkar
TOPIK POPULER
Live Streaming
Skandal Asusila Ketua KPU Hasyim Asy'ari Berujung Dipecat
TODAY IN HISTORY
4 Juli 1940: Bom Teroris Meledak di New York World’s Fair, Beruntung Hanya 2 Orang Tewas
Populer
Kapal Terbalik di Laut Mauritania, 89 Migran Hendak ke Eropa Tewas, 72 Orang Dinyatakan Hilang
Studi: Jalan Kaki Terbukti Bisa Bantu Atasi Masalah Nyeri Punggung
33 Negara Ikut International Mayors' Forum 2024 di Jakarta, Diskusi Pemerintah Kota untuk Percepat Pembangunan Berkelanjutan
Mengenal Asteroid Ryugu, Lebih Tua dari Matahari
Pangeran Harry Disebut Tak Beri Dukungan ke Kate Middleton yang Berjuang Melawan Kanker
5 Juli 2019: Gempa Bumi M6,9 di California, Bangunan Bergoyang dan Terjadi Kebakaran
Biro Komite Palestina PBB Apresiasi Dedikasi Indonesia Hentikan Genosida di Jalur Gaza
Menlu Retno Marsudi Kunjungi Sejumlah Negara di Eropa untuk Menggalang Dukungan bagi Palestina
Joe Biden: Abaikan Perubahan Iklim adalah Tindakan Mematikan dan Tak Bertanggung Jawab
Seberapa Buruknya Perang Nuklir, Ancaman Nyata Kiamat?
Ketua KPU
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Skandal Asusila eks-Ketua KPU, Apakah Dosa Zina Bisa Diampuni Allah? Buya Yahya Bilang Begini
HEADLINE: Skandal Asusila Ketua KPU Hasyim Asy'ari yang Dipecat DKPP, Berujung Proses Pidana?
7 Respons Berbagai Pihak Mulai Parpol, KPU, hingga Jokowi Usai DKPP RI Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari
Berita Terkini
Didesain Didit Hediprasetyo Anak Prabowo, Jersey Kontingen Indonesia di Olimpiade Paris 2024 Bikin Warganet Malaysia Iri
Google Pixel 9 Tinggalkan Sensor Lama, Beralih ke Sensor Sidik Jari Canggih ala Galaxy S24 Ultra!
Harga Emas Antam Hari Ini 1 Gram Berapa? Cek Rinciannya
Joki Strava yang Viral di Medsos, Jadi Bukti Teknologi Bisa Dimanipulasi
IHSG Dibuka Menguat Pagi Ini Sentuh 7.248
Jodoh Sudah Ditentukan, kalau Belum Bertemu Bagaimana? Lakukan Ini Kata Ustadz Adi Hidayat
Ayah Angger Dimas Kecewa Berat Tak Diberi Info Sidang Kasus Kematian Dante Cucunya
Wapres Ma’ruf: Pemerintah Komitmen Evaluasi dan Tingkatkan Pendanaan Industri Siber
7 Potret Julia Prastini Lahiran Anak Ketiga, Ditemani Na Dae Hoon dan Buah Hati
Hujan Picu Banjir India-Bangladesh, 9 Orang Tewas dan 3 Juta Warga Terdampak
Spanyol Vs Jerman: Der Panzer Manfaatkan Status Tuan Rumah
Emotional Intimacy atau Physical Intimacy: Kenapa Anda Membutuhkan Keduanya dalam Pernikahan
5 Destinasi Wisata di Lamongan yang Menarik Dikunjungi Saat Liburan Sekolah
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Ini 3 Rekomendasi Blush On yang Cocok untuk Kulit Orang Indonesia