uefau17.com

3 Episode Perubahan Suasana Hati yang Dialami Penyandang Bipolar - Disabilitas

, Jakarta Bipolar atau manik depresif termasuk salah satu jenis disabilitas mental. Ini merupakan suatu kondisi yang memengaruhi suasana hati atau mood seseorang. Mood dapat berubah secara drastis dan terlihat sangat signifikan dalam waktu yang singkat.

Menurut tim medis dari Klikdokter, dr. Rio Aditya, terdapat tiga jenis perubahan mood pada penyandang bipolar. Yaitu episode manik, episode hipomanik, dan episode depresif.

Pada episode manik, mood penyandang bipolar akan menjadi sangat tinggi dan rasa euforia yang luar biasa. Mereka akan mengalami luapan emosi atau perasaan senang, semangat, ide-ide yang luar biasa sehingga sering kali merasa dapat menaklukkan dunia.

Pada episode hipomanik, luapan emosi yang ada tidak seperti pada episode manik. Jika pada episode manik kondisi ini dapat mengganggu fungsi sosial penyandangnya (contohnya di pekerjaan, sekolah, atau kehidupan sehari-hari). Maka pada episode hipomanik tidak sampai mengganggu fungsi sosialnya.

Perubahan mood lainnya yang terjadi adalah episode depresif. Sesuai dengan namanya, saat penyandang bipolar mengalami episode depresif, mereka akan mengalami suatu kesedihan yang luar biasa. Ini disertai rasa putus asa, ingin bunuh diri, perasaan bersalah berlebihan, menjadi lelah, kehilangan gairah, dan semangat hidup.

Pada keadaan ini, penyandang bipolar harus diberikan pengawasan yang ketat karena bisa memicu tindakan bunuh diri atau tindakan lainnya yang membahayakan keselamatan.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bikin Badan Lemas

Episode bipolar dapat berpengaruh pada kondisi fisik. Menurut Rio, bipolar berkaitan pula dengan tubuh lemas.

Ada beberapa kemungkinan yang bisa menyebabkan kondisi tersebut. Pertama, saat berada dalam episode manik, penyandang bipolar akan cenderung menjadi sangat aktif. Karena muncul ide-ide, semangat, idealisme yang sangat tinggi. Hal ini bisa membuat penyandang bipolar menjadi lupa tidur selama berhari-hari dan terus beraktivitas tanpa henti.

Pada saat episode tersebut berakhir, yang akan dialami penyandang bipolar adalah menjadi sangat lelah karena terlalu banyak beraktivitas dan bahkan tidak tidur sama sekali.

Kedua, pada saat seseorang mengalami episode depresif, hal ini bisa menyebabkan rasa lelah walaupun penyandang bipolar tidak melakukan aktivitas apa pun.

“Mengapa demikian? Salah satu hal yang sering ditemukan pada penderita depresi atau episode depresif adalah insomnia. Jika seseorang selama berhari-hari sulit untuk tidur atau tidak mendapatkan kualitas tidur yang baik, maka dapat menimbulkan rasa lelah,” kata Rio mengutip Klikdokter, Kamis (15/12/2022).

3 dari 4 halaman

90 Persen Orang Depresi Mengalami Lelah

Sebuah studi menunjukkan bahwa hampir 90 persen orang yang memiliki depresi mengalami rasa lelah yang sangat mengganggu.

Selain itu, akibat dari ketidakseimbangan hormon yang disebabkan oleh depresi juga berkontribusi dalam munculnya gejala lelah atau badan terasa sangat lelah.

Gangguan bipolar merupakan suatu kondisi yang bisa diobati dan juga bisa dikontrol kekambuhannya. Dengan pengobatan yang tepat serta dukungan dari orang-orang terdekat, penyandang bipolar memiliki kesempatan untuk dapat menjalani kehidupan dengan seutuhnya.

Berbagai obat-obatan seperti antidepresan dan psikostimulan dapat membantu penyandang bipolar untuk mengatasi efek samping yang ditimbulkan dari gangguan bipolar ini. Namun, obat-obatan yang diberikan harus sesuai dengan rekomendasi dari dokter karena penggunaannya perlu pengawasan yang ketat agar tidak disalahgunakan.

4 dari 4 halaman

Jika Tidak Ada Gejala Bipolar

Rio mengingatkan bahwa jika tidak ada gejala-gejala bipolar yang timbul, maka badan lemas tersebut bisa disebabkan oleh hal lainnya.

“Mulai dari jam tidur yang tidak benar, jarang berolahraga, hingga adanya penyakit metabolik (misalnya, diabetes mellitus). Jika badan lemas yang Anda alami tersebut terus berlanjut, segera periksakan diri ke dokter, untuk mendapatkan penanganan yang tepat,” kata Rio.

Sebelumnya, pihak Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengutip (Hooley M Jill et al., 2018), menjelaskan dua tipe bipolar.

Pasien bipolar tipe 1 memiliki fase mania yang berkembang penuh (full blown) dan periode depresi.

Kemudian pada pasien bipolar tipe 2 memiliki fase hipomania dengan periode suasana depresi yang memenuhi kriteria depresi mayor. Gangguan mental seperti bipolar harus mendapat penanganan dengan konsumsi obat dan konseling psikologis. Jika tidak, maka komplikasi gangguan mental bipolar berisiko terjadi.

Melansir Medical News Today, komplikasi bipolar di antaranya meningkatkan risiko penggunaan obat terlarang dan alkohol. Mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan kecemasan, hingga gangguan perhatian-defisit hiperaktif (ADHD).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat