uefau17.com

4 Cara Mengatasi Konflik dalam Hubungan Menurut Sains - Citizen6

, Jakarta - Menghadapi konflik dalam sebuah hubungan bisa jadi seperti menaklukkan medan yang sulit. Seperti cara setiap individu mengungkapkan cinta dengan keunikan masing-masing, begitu pula mereka memiliki pendekatan yang berbeda dalam menangani perselisihan.

Untuk mengatasi tantangan ini, ada beberapa metode yang didukung oleh sains untuk membantu Anda mengelola konflik dengan efektif dalam hubunganmu.

Strategi-strategi ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman, empati, dan komunikasi yang membangun, memperkuat ikatan antara pasanganmu. Penasaran apa saja? Ini dia, seperti melansir dari Times of India, Sabtu (9/6/2024).

1. Menerapkan aturan 24 jam

Menerapkan aturan 24 jam adalah langkah cerdas dalam mengelola konflik di dalam hubungan. Dalam strategi ini, pasangan secara sengaja menunda diskusi mengenai isu-isu yang sangat memicu kontroversi sampai mereka merasa tenang secara emosional.

Waktu yang diberikan memberi mereka kesempatan untuk merenungkan dan memproses perasaan mereka sebelum terjun ke dalam perdebatan. Menerapkan aturan ini dapat mencegah eskalasi konflik dan meminimalkan ketegangan yang terjadi.

Riset dan penelitian telah membuktikan bahwa memberikan jeda ini dapat menghasilkan percakapan yang lebih produktif, bermakna, dan memberikan hasil yang lebih memuaskan.

Pendekatan ini membantu kedua pasangan untuk mendekati permasalahan dengan pikiran yang lebih jernih dan pemahaman yang lebih baik, sehingga mengurangi intensitas dari sisi emosional. Pada akhirnya, langkah ini berkontribusi pada terwujudnya hubungan yang lebih sehat dan penuh kebahagiaan.     

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Terlibat dalam sentuhan fisik

Terlibat dalam kontak fisik selama konflik dapat menjadi langkah yang sangat membangun dalam hubungan, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian.

Tindakan sederhana seperti menyentuh atau memeluk pasangan selama masa ketegangan dapat secara signifikan meningkatkan perasaan keamanan, kenyamanan, dan keterhubungan.

Sentuhan lembut ini merangsang pelepasan oksitosin, yang dikenal sebagai "hormon pengikat," yang memainkan peran penting dalam mengurangi tingkat stres dan memperkuat ikatan emosional, bahkan ketika terjadi konflik.

Ini memberikan jaminan dan secara langsung mengurangi ketegangan yang ada. Tindakan intim ini juga merupakan cara untuk menyampaikan empati dan pengertian, mengingatkan pasangan bahwa mereka dihargai dan didengar, meskipun sedang menghadapi konflik.

3 dari 4 halaman

3. Membuat kata yang aman

Membuat pesan atau sinyal aman yang khusus dengan pasanganmu bisa jadi langkah penting dalam mengelola konflik secara efektif. Ini memberikan komunikasi yang jelas dan menghargai saat salah satu dari Anda merasa terlalu tertekan atau membutuhkan waktu untuk menenangkan diri dari perdebatan.

Dengan cara ini, kalian berdua dapat mundur sejenak, mengambil napas dalam-dalam, dan kemudian melihat kembali situasi dengan pikiran yang lebih tenang dan jernih.

Mengadopsi pendekatan ini dapat memperkuat rasa hormat dan pemahaman satu sama lain dalam hubungan dengan mengakui serta menghormati kebutuhan emosional masing-masing saat menghadapi masa-masa sulit.

4 dari 4 halaman

4. Menggunakan pernyataan "Saya"

Mendorong penggunaan pernyataan "Saya" daripada "Anda" selama konflik memiliki dampak positif yang signifikan, menurut penelitian. Ini membantu membangun pola komunikasi yang lebih positif, tenang, dan diplomatis, kunci dalam penanganan konflik dengan baik.

Dengan merangkai pernyataan dalam konteks perasaan dan pengalaman pribadi daripada menyalahkan pasangan dengan menggunakan "Anda," kita dapat menciptakan pemahaman dan empati yang lebih besar.

Pendekatan ini juga membantu mencegah pasangan dari merasa diserang atau defensif. Sebagai contoh, mengungkapkan "Saya merasa frustasi ketika hal ini terjadi" daripada "Anda selalu membuat saya marah" mengalihkan fokus dari menyalahkan pasangan ke ungkapan perasaan diri sendiri.

Dengan demikian, pendekatan ini menciptakan lingkungan kolaboratif untuk menyelesaikan masalah di mana kedua pasangan merasa didengarkan dan dihormati, yang pada akhirnya memperkuat ikatan antara mereka.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat