uefau17.com

Sejarah Arkeolog Pertama di Indonesia Ternyata adalah Maestro Pelukis Raden Saleh - Citizen6

, Jakarta Pada zamannya, Raden Saleh dikenal sebagai seorang pelukis yang fenomenal, namun kehebatannya tidak hanya terbatas pada seni lukis. Ia juga diakui sebagai seorang pionir arkeolog di Indonesia melalui dedikasinya dalam melakukan riset di bidang arkeologi dan paleoantropologi.

Meskipun sudah lama berpulang, namanya baru-baru ini kembali mencuat dan menjadi trending di Twitter. Hal ini disebabkan oleh tayangnya film berjudul ‘Mencuri Raden Saleh’ yang merupakan karya Angga Dwimas Sasongko. Film ini berhasil menarik perhatian lebih dari 2,2 juta penonton dengan ceritanya yang mengangkat pencurian lukisan fenomenal Raden Saleh berjudul ‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’.

Lukisan ‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’ hanyalah satu dari banyak karya Raden Saleh yang memikat hati penikmat seni. Karya-karyanya tidak hanya indah secara visual, tetapi juga mengandung cerita dan makna yang mendalam. Dalam keberagaman karyanya, terlihat jelas bahwa Raden Saleh tidak hanya mengabdikan dirinya pada seni lukis, melainkan juga turut memberikan kontribusi dalam bidang arkeologi. Museum Manusia Purba Sangiran bahkan mengabadikan sosoknya dalam sebuah lukisan sebagai penghargaan atas kontribusinya di dunia arkeologi.

Menggali lebih dalam, Raden Saleh bukan sekadar seorang seniman dan arkeolog, tetapi juga menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia. Kiprahnya tidak hanya menciptakan keindahan visual, tetapi juga memperkaya pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan Indonesia. Melalui karya seni dan penelitian arkeologinya, Raden Saleh menjadi sosok yang tidak terlupakan dalam perjalanan sejarah seni dan ilmu pengetahuan di tanah air.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 13 halaman

1. Raden Saleh Diakui Sebagai Pionir Riset Fosil

Raden Saleh, meskipun bukan arkeolog, tetapi diakui sebagai pionir dalam riset fosil di Indonesia. Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Iskandar Mulia Siregar, menegaskan bahwa lukisan Raden Saleh dipamerkan di ruang pamer mereka sebagai bentuk penghargaan terhadap perannya dalam eksplorasi fosil. Meskipun detail mengenai metode penggalian yang dilakukan oleh Raden Saleh masih belum jelas, keberadaan fosil mamalia laut yang ditemukan di wilayah yang pernah dijelajahi olehnya menunjukkan kontribusinya yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Raden Saleh mungkin telah menemukan fosil gigi paus, yang memberikan wawasan baru terkait sejarah paleontologi di Indonesia.

Iskandar juga menyoroti kurangnya data dan informasi terkait penggalian Raden Saleh. Meskipun belum ada rincian tentang prosedur atau metode yang digunakan oleh Raden Saleh dalam penelitiannya, penemuan fosil tulang belakang mamalia laut pada tahun 2021 di lokasi yang pernah dijelajahinya menambahkan dimensi baru pada warisan pengetahuan yang ditinggalkan oleh pelukis terkenal ini. Tanpa SOP (Standar Operasional Prosedur) yang jelas, misteri seputar eksplorasi fosil Raden Saleh semakin menambah ketertarikan dan keunikan dalam sejarah arkeologi dan paleontologi Indonesia.

Pengakuan terhadap Raden Saleh sebagai pionir dalam riset fosil tidak hanya memperkaya kisah sejarah seni, tetapi juga menyiratkan peran luasnya dalam memahami warisan alam Indonesia. Meskipun seninya telah lama dihargai, penemuan fosil yang terus muncul di wilayah yang pernah dijelajahi olehnya menegaskan bahwa warisan ilmiah Raden Saleh terus memberikan dampak positif pada pemahaman kita tentang masa lalu bumi Indonesia.

3 dari 13 halaman

2. Minat Raden Saleh pada Paleontologi yang Tumbuh di Jerman

Raden Saleh, selain sebagai seniman ulung, juga dikenal sebagai pembelajar yang memiliki rasa ingin tahu yang kuat terhadap sejarah peradaban manusia. Ketika ia tinggal di Jerman, kehidupannya menjadi semakin kaya dengan pengetahuan ketika dianggap sebagai anak oleh pasangan suami istri Fredrich Anton dan Friedericke Serre. Keduanya, seorang ilmuwan dan pengusaha, menjalankan salon yang menjadi tempat berkumpul bagi seniman dan ahli ilmu pengetahuan alam. Di antara mereka adalah Profesor Bernhard von Cotta, seorang pakar geologi, geognosie, dan paleontologi. Dari dialog dan diskusi intens dengan Bernhard, minat Raden Saleh terhadap paleontologi tumbuh, membawa pengaruh besar pada perjalanannya dalam dunia seni dan pengetahuan.

Ketertarikan Raden Saleh terhadap paleontologi tidak berhenti di Jerman. Setelah kembali ke tanah air, ia terlibat aktif sebagai petugas Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang bertugas mencari naskah-naskah dan barang antik. Meskipun perannya utamanya berkaitan dengan seni dan warisan budaya, namun keinginannya untuk terus menggali ilmu paleontologi di Jawa tetap kuat. Ia menjalankan riset di berbagai tempat, menyebutnya sebagai perjalanan seni yang menggabungkan keindahan seni dan pengetahuan ilmiah.

Perjalanan dan eksplorasi Raden Saleh bukan hanya sekadar mencari inspirasi seni, tetapi juga merangkul keilmuan paleontologi. Inilah yang menjadikan Raden Saleh tidak hanya sebagai seniman yang brilian, tetapi juga sebagai sosok yang membawa kontribusi berharga dalam pemahaman kita terhadap sejarah alam dan peradaban manusia.

4 dari 13 halaman

3. Penggalian Fosil Pertama di Sentolo

Pada bulan Desember 1865, Raden Saleh memulai petualangan paleontologinya dengan menggali fosil pertamanya di dekat Desa Bayunganti, Sentolo. Pilihan tempat ini bukan tanpa alasan, karena ia mendengar informasi dari sumber setempat bahwa selama proses pengerjaan sawah, seringkali ditemukan objek-objek yang menyerupai tulang. Kecurigaannya akan peninggalan masa purba semakin kuat, mendorongnya untuk membayar 60 kuli guna melakukan penggalian secara masif. Langkah ini menandai awal dari eksplorasi paleontologi yang kemudian memberikan kontribusi berharga pada pemahaman kita tentang sejarah bumi Indonesia.

Dalam surat yang ditujukan kepada Ketua Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Alexander Loudon, pada tanggal 17 Desember 1865, Raden Saleh menyampaikan temuannya. Ia menuliskan bahwa telah berhasil menggali dan menemukan tulang yang membatu, memberikan bukti konkret terkait eksistensi fosil di wilayah tersebut. Surat tersebut menjadi bukti dokumenter penting yang mengabadikan momen bersejarah dalam eksplorasi paleontologi di Indonesia pada masa itu.

Inisiatif Raden Saleh dalam menggali fosil di Sentolo menunjukkan peran signifikan seniman ini dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dengan tekad dan keingintahuannya, Raden Saleh tidak hanya memberikan sumbangan besar dalam seni lukis, tetapi juga mengukir namanya dalam sejarah penelitian fosil dan paleontologi di tanah air.

5 dari 13 halaman

4. Menggambarkan Kembali Hasil Temuan Lewat Seni

Sebagian hasil temuan Raden Saleh dan timnya dalam penggalian fosil tidak dapat dibawa utuh, seperti yang terjadi pada fosil yang disinyalir sebagai ikan hiu purba. Bagian kepalanya mengalami kerusakan hingga tidak berbentuk, membuat Raden Saleh harus mengandalkan kemampuannya dalam menggambar sebagai laporan kepada Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.

Dalam upayanya untuk tetap menyampaikan temuan secara akurat, Saleh menciptakan gambar-gambar yang mencerminkan ukuran sebenarnya dari fosil-fosil tersebut. Werner Kraus menjelaskan bahwa semua gambar dan temuan tersebut kemudian dikirim oleh residen Yogyakarta ke Batavia, memberikan kontribusi berharga dalam dokumentasi dan pemahaman terhadap keberagaman fosil di Indonesia pada masa itu.

Keputusan Raden Saleh untuk menggunakan gambar sebagai laporan menunjukkan kecermatannya dalam menghadapi kendala dalam penggalian fosil. Meskipun beberapa temuan rusak, keterampilan seni lukisnya menjadi sarana yang efektif untuk mengabadikan fosil-fosil yang ditemukan. Tindakan ini bukan hanya menunjukkan dedikasinya terhadap eksplorasi ilmiah, tetapi juga memberikan dampak besar pada perkembangan pengetahuan paleontologi di Indonesia.

Melalui upaya Raden Saleh dan kolaborasinya dengan residen Yogyakarta, gambar-gambar fosil yang dihasilkan tidak hanya menjadi karya seni, tetapi juga catatan ilmiah yang berharga. Mereka tidak hanya menyajikan bukti visual tentang kekayaan fosil di Indonesia pada masa itu, tetapi juga menyumbangkan data yang membantu mengembangkan pengetahuan arkeologi dan paleontologi di negara ini.

6 dari 13 halaman

5. Pengaruh Positif Raden Saleh

Minat dan eksplorasi Raden Saleh di bidang paleontologi tidak hanya menciptakan perubahan dalam pengetahuan ilmiah di kalangan seniman, tetapi juga memotivasi individu lain untuk mengejar keberlanjutan riset ini. Salah satu yang terinspirasi adalah Raden Toemenggoeng Gondo Atmojo, putra kedua patih Yogyakarta. Gondo Atmojo dibimbing langsung oleh Raden Saleh dalam pencarian fosil, dan lokasi yang mereka pilih untuk riset ini adalah Gunung Plawangan. Meskipun Raden Saleh kemudian melanjutkan pencariannya ke Gunung Pandan pada Februari 1866, Gondo Atmojo tetap melanjutkan riset di Gunung Plawangan. Keputusan ini menunjukkan pengaruh positif dari guru dan murid dalam menyebarkan semangat eksplorasi ilmiah di kalangan elit Jawa pada masa itu.

Setelah mendapatkan panduan dari Raden Saleh, Raden Toemenggoeng Gondo Atmojo berhasil melanjutkan riset di Gunung Plawangan dengan tekad dan semangat. Pencariannya mungkin tidak hanya dipandu oleh minat pribadinya, tetapi juga terinspirasi oleh buku karya Mas Arya Candranegara V yang berjudul "Lampah-lampahipun Raden Mas Arya Purwalelana." Gunung Pandan, lokasi yang dipilih untuk dilanjutkan setelah Raden Saleh, diduga dipilih berdasarkan petunjuk atau informasi yang diambil dari karya sastra tersebut. Raden Saleh sendiri, sebelum melanjutkan ke Gunung Pandan, telah menghasilkan temuan berharga di Gunung Plawangan, termasuk tulang-tulang binatang purba, sederet gigi graham, dan sebuah gigi, yang memberikan landasan penting untuk riset selanjutnya.

Peran Raden Saleh dan pengaruhnya tidak hanya terlihat dalam temuan langsungnya, tetapi juga melalui inspirasi yang ia berikan kepada generasi penerus seperti Raden Toemenggoeng Gondo Atmojo. Melalui perpaduan semangat eksplorasi dan kolaborasi ilmiah, mereka membawa kontribusi penting dalam memahami keberagaman fosil dan sejarah alam Indonesia.

7 dari 13 halaman

6. Karya Lukis Multitafsir

 

Meskipun tidak terdapat korelasi langsung antara kegiatan perburuan fosil dengan seni lukis, Raden Saleh tetap setia menjalankan bakat seni lukisnya. Menurut Aminudin Siregar, kurator seni rupa dan kandidat doktor sejarah di Leiden Universiteit, hasil lukisan Raden Saleh tidak secara langsung terkait dengan kegiatan perburuan fosil. Sebagai contoh, lukisan-lukisannya yang menggambarkan letusan Gunung Merapi diinterpretasikan sebagai bagian dari perjalanan arkeologisnya. Meskipun tafsiran ini mungkin tidak bersifat langsung, lukisan-lukisan tersebut mencerminkan minat dan pengamatan mendalam Saleh terhadap fenomena alam yang mungkin mempengaruhi pemahaman dan interpretasinya dalam ilmu paleontologi.

Aminudin Siregar menegaskan bahwa kegiatan perburuan fosil yang dilakukan oleh Raden Saleh pada dasarnya terkait dengan pekerjaannya di Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Artinya, sementara keduanya mungkin tidak memiliki korelasi langsung, namun keterlibatan Saleh dalam perburuan fosil sebagian besar dipicu oleh tanggung jawabnya sebagai anggota organisasi ilmiah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa minat Saleh dalam seni dan ilmu pengetahuan memiliki dimensi yang saling melengkapi, menciptakan warisan yang mencakup keberagaman minat dan bakatnya.

Dalam perjalanan sejarahnya, Raden Saleh memperlihatkan bahwa seni dan ilmu pengetahuan dapat menjadi dua hal yang beriringan, meskipun tidak selalu terhubung secara langsung. Kegiatan perburuan fosilnya, kendati mungkin dipengaruhi oleh tugasnya di organisasi ilmiah, tetap mencerminkan minatnya terhadap kekayaan alam dan keinginan untuk menyelidiki sejarah bumi Indonesia melalui berbagai wujud ekspresi, termasuk seni lukisnya.

8 dari 13 halaman

7. Temuan Raden Saleh yang Dijadikan Acuan oleh Ilmuwan Terkenal Eugene Dubois

Sebelum meninggal, Raden Saleh melanjutkan eksplorasi paleontologinya dengan mengadakan penggalian di daerah Kedungbrubus, Ngawi, Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini tidak semata-mata didasarkan pada pengetahuan ilmiah, tetapi juga dipicu oleh mitos yang berkembang di sana. Legenda menceritakan bahwa wilayah tersebut pernah menjadi medan peperangan para raksasa, sehingga banyak ditemukan tulang-tulang raksasa yang dikenal sebagai balung buto. Namun, penemuan Raden Saleh membongkar mitos tersebut, mengungkap bahwa tulang-tulang tersebut sebenarnya adalah peninggalan dari manusia purba. Dengan cermat, Raden Saleh mendokumentasikan temuannya, mencatat lokasi penemuan hingga ukuran fosil dengan detail.

Hasil penemuan Raden Saleh di Kedungbrubus menjadi referensi penting bagi ilmu paleontologi pada masa berikutnya. Pada tahun 1891, ilmuwan Eugene Dubois menggunakan temuan Saleh sebagai acuan dalam penelitiannya. Dubois berhasil mempublikasikan temuan Pithecanthropus erectus dari Trinil sebagai manusia Jawa. Berlanjut dari penelitian Dubois, muncul Loius Jean Chretien van Es yang fokus meneliti lapisan-lapisan purba di Jawa. Kolaborasinya dengan Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald membawa dampak besar dalam pembuatan peta geologi, dan mereka menetapkan Sangiran Flakes Industry sebagai situs yang signifikan dalam peta sejarah perkembangan bumi.

Peninggalan ilmiah Raden Saleh di Kedungbrubus bukan hanya memberikan wawasan baru tentang sejarah manusia purba di Indonesia, tetapi juga membuka pintu bagi penelitian lanjutan yang menggiring perkembangan ilmu paleontologi di tanah air. Kolaborasi antara para ilmuwan setelahnya membuktikan betapa kontribusi Saleh memiliki dampak jangka panjang dalam pengembangan pengetahuan ilmiah di Indonesia.

9 dari 13 halaman

Kenapa Raden Saleh terkenal?

Raden Saleh adalah pelukis Indonesia yang terkenal dengan lukisan berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro.

 

10 dari 13 halaman

Lukisan Raden Saleh termasuk aliran apa?

Raden Saleh merupakan salah satu pelukis maestro Indonesia yang diakui sebagai pelukis kelas dunia dengan aliran romantisme.

 

11 dari 13 halaman

Berapa lama Raden Saleh tinggal di Eropa?

Raden Saleh tinggal di Dresden sampai dengan tahun 1844. Pada tahun 1852 ia kembali ke Indonesia. Pada perjalanan Eropanya yang kedua pada tahun 1875 sampai 1878 ia juga sempat tinggal di Coburg selama satu tahun.

 

12 dari 13 halaman

Dari mana asal Raden Saleh?

Raden Saleh asli dari Indonesia.

 

13 dari 13 halaman

Djoko Pekik aliran apa?

Sejak penangkapannya, Djoko Pekik baru mulai aktif melakukan pameran pada sekitar 1900-an. Melalui gaya melukisnya yang khas lewat aliran realis ekspresif dengan dibumbui nilai-nilai kerakyatan.

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat