uefau17.com

Mencari Akar Masalah Kecilnya Partisipasi Perempuan di Industri Pertambangan - Saham

, Jakarta - Industri mining atau pertambangan, identik dengan pekerjaan berat yang umumnya banyak diisi oleh pekerja dengan gender laki-laki. Meskipun begitu ternyata ada banyak perempuan yang menggeluti di industri pertambangan.

Berdasarkan data yang dibagikan oleh PT Delta Dunia Makmur Tbk (Delta Dunia Group, IDX: DOID) menunjukkan perempuan mewakili sekitar 8 hingga 17 persen dari tenaga kerja pertambangan global.

Menjelang peringatan Women in Mining Day yang jatuh pada 15 Juni 2024, Direktur Delta Dunia Group, Dian Andyasuri membagikan pengalamannya bekerja pada industri yang identik didominasi oleh laki-laki.

“Saya bekerja dari dulu selalu di bidang yang maskulin, saya bekerja di lokasi yang cukup menantang. Setiap saya pindah saya memastikan cita-cita menjadi inspirasi buat teman-teman perempuan biar bisa maju,” kata Dian dalam Diskusi Woman in Mining Day, Kamis (13/6/2024).

Dian menjelaskan, partisipasi perempuan di industri pertambangan terus meningkat meskipun porsinya masih kecil di Indonesia. Jika dibandingkan dengan Australia, pekerja perempuan di industri pertambangan lebih besar dan mengisi berbagai posisi.

“Kalau di Australia beda, mulai dari direktur hingga operator sudah ada perempuannya, jadi kalau kita ke pertambangan, isinya tuh loader atau truck yang besar dikendarai oleh perempuan, kalau kita di Indonesia belum, tetapi kita di Delta Dunia Group sudah punya 1 mekanik perempuan, itu sudah terasa pencapain,” jelas Dian,

Di Di Delta Dunia Group sendiri Dian menuturkan, keragaman, kesetaraan, dan inklusi (diversity, equality and inclusion) adalah fondasi yang memperkuat bisnis dan mendorong kesuksesan.

Dengan 50% karyawan perempuan di tingkat manajerial dan 33% komposisi direktur perempuan di jajaran direksi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Faktor Penyebab Partisipasi Perempuan Masih Kecil di Indonesia

Dian menambahkan ada beberapa faktor yang menyebabkan partisipasi perempuan di industri pertambangan masih belum sebesar di Australia yaitu seperti lokasi kerja yang jauh hingga jam kerja.

“Jika dibandingkan dengan Australia, lokasi tambang cenderung lebih dekat dengan perkotaan, sekitar 2 hingga 4 jam. Sedangkan dibandingkan Indonesia, jarak ke tambang ada yang mencapai 10 jam,” jelas Dian.

Selain itu, Dian menjelaskan secara regulasi di Australia terkait kesetaraan ini lebih maju sehingga ini turut mendorong industri pertambangan di Australia. Meskipun begitu, Dian percaya partisipasi perempuan di industri mining di Indonesia akan terus tumbuh, Dirinya yakin banyak talenta perempuan di Indonesia yang mumpuni di bidang ini.

 

3 dari 3 halaman

Jam Kerja

Selanjutnya, jam kerja serta penjadwalan kerja atau Roster turut menjadi faktor mengapa partisipasi perempuan di industri pertambangan masih kecil di Indonesia. Jika dibandingkan Australia, ada Roster yang disesuaikan khusus perempuan, sehingga perempuan bisa melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga baru bekerja di site pertambangan.

“Australia itu mereka ada sita yang bahkan ada roster khusus untuk perempuan gitu jadi roster ini mulai ketika jam sekolah mulai, roster nya selesai ketika jam sekolah udah mau selesai. Jadi mereka bisa mengurus anak-anak mereka. Mereka juga bisa menjemput anak mereka dari sekolah karena jarak lokasi tambang yang tidak terlalu jauh,” pungkas Dian.

Dian berharap partisipasi perempuan di industri mining Indonesia terus meningkat karena menurutnya industri tambang adalah pekerjaan bagi siapapun.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat