uefau17.com

BI Bakal Tahan Suku Bunga demi Jaga Rupiah, Saham-Saham Apa yang Menarik Dicermati? - Saham

, Jakarta - Ketidakstabilan geopolitik di Timur Tengah berimbas terhadap pasar di Indonesia. Kondisi itu diperburuk oleh potensi dampak kenaikan harga minyak hingga USD 100 per barel, arus keluar modal, dan depresiasi Rupiah.

Head Of Fixed Income Research PT Sinarmas Sekuritas (SimInvest), Aryo Perbongso, mencermati Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) saat ini menghadapi dilema dalam memilih antara kebijakan pro-pertumbuhan dan menstabilkan biaya fiskal untuk mengelola nilai Rupiah.

Dia menilai, mempertahankan BI rate di tengah tantangan-tantangan ini dapat memberikan sinyal dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi tetapi dapat menyebabkan peningkatan biaya fiskal.

Koordinasi komprehensif antara BI dan pemerintah sangat penting untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah dan menerapkan kebijakan yang berorientasi pada pertumbuhan yang bersifat preemptive.

"Penilaian kami, dengan melihat nilai tukar saat ini, kemungkinan besar BI rate masih dapat dipertahankan pada April 2024, mengingat siklus pembayaran dividen yang masih berjalan. Oleh karena itu, terdapat kekhawatiran bahwa kenaikan BI rate pada saat ini mungkin tidak akan memberikan efektivitas yang signifikan," kata dia dalam webinar SimInvest, Selasa, 23 April 2024 dkutip, Rabu (24/4/2024).

Skenario yang memungkinkan bagi BI dan pemerintah untuk menstabilkan nilai Rupiah adalah dengan mempertahankan BI rate dan meningkatkan imbal hasil Surat Utang Negara (SBN).

"Dengan dipertahankannya BI rate berarti mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan dengan menaikkan suku bunga, meskipun hal ini dapat menyebabkan peningkatan biaya fiskal APBN karena imbal hasil SBN yang lebih tinggi,” kata Aryo.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Konflik di Timur Tengah Tak Terlalu Berpengaruh

Secara spesifik, Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy memprediksi dampak eskalasi konflik Timur Tengah tidak begitu berpengaruh secara langsung terhadap bursa saham Indonesia.

Dia menuturkan, penurunan IHSG yang terjadi pada perdagangan hari pertama pasca libur lebaran semata untuk memfaktorkan penurunan bursa saham AS sepanjang pekan libur lebaran.

"Kami melihat ini hanya menjadi trend bearish sementara bagi IHSG, Dan justru sebaiknya merupakan peluang untuk masuk pada emiten-emiten berfundamental bagus," kata Isfhan.

Pada kondisi ini, menjagokan Indofood CBP Tbk (ICBP) dengan rekomendasi BUY, TP Rp 12.750, 26% potensi kenaikan. BUY pada Sumber Alfaria Tbk (AMRT) dengan TP Rp 3.250, 16% potensi kenaikan. BUY pada Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan TP Rp 2.820, 21% potensi kenaikan.

"Untuk sektor perbankan kami menyukai Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), TP Rp 8.150, 22% potensi kenaikan. Dan Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) BUY, TP Rp 6,475, 22% potensi kenaikan,” pungkas Isfhan.

Sinarmas Sekuritas juga melihat potensi reversal di Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dikarenakan valuasi sudah menyentuh level 2 st. Deviasi di bawah rata-rata P/E 5-tahun di 11.7x. Sinarmas Sekuritas merekomendasikan BUY untuk TLKM dengan TP Rp 4.200, 30% potensi kenaikan. Perlu dicatat, investor agar tetap tenang dan memanfaatkan penurunan harga saham saat ini sebagai entry point dengan harga yang terdiskon. 

 

 

3 dari 5 halaman

Penutupan IHSG pada 23 April 2024

Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada perdagangan saham Selasa (23/4/2024) usai putusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa Pilpres 2024 pada Senin, 22 April 2024. IHSG menguat di tengah aksi jual saham oleh investor asing dan mayoritas sektor saham menghijau.

Mengutip data RTI, IHSG menguat 0,52 persen ke posisi 7.110 pada penutupan perdagangan Selasa pekan ini. Indeks LQ45 naik 0,67 persen ke posisi 927,63. Sebagian besar sektor saham menghijau.

Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.165,95 dan terendah 7.099,84. Sebanyak 270 saham menguat dan 288 saham melemah. 225 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.104.683 kali dengan volume perdagangan 19,4 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 12,2 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.215. Investor asing menjual saham sebesar Rp 127,91 miliar. Sepanjang 2024, investor asing beli saham Rp 11,07 triliun.

Mayoritas sektor saham (IDX-IC) menghijau. Sektor saham energi pimpin penguatan dengan melonjak 1,26 persen. Sementara itu, sektor saham siklikal naik 1,12 persen dan sektor saham teknologi bertambah 0,87 persen.

Selanjutnya sektor saham industri naik 0,10 persen, sektor saham nonsiklikal menguat 0,04 persen, sektor saham keuangan bertambah 0,57 persen. Kemudian sektor saham properti melesat 0,48 persen, sektor saham teknologi naik 0,87 persen dan sektor saham infrastruktur menguat 0,48 persen.

Sementara itu, sektor saham basic melemah 0,39 persen, sektor saham kesehatan tergelincir 0,23 persen, sektor saham transportasi susut 0,49 persen.

 

 

 

4 dari 5 halaman

Sektor Saham

Pada perdagangan Selasa pekan ini, saham SMDR merosot 1,3 persen ke posisi Rp 304 per saham. Saham SMDR dibuka stagnan Rp 308 per saham. Saham SMDR berada di level tertinggi Rp 310 dan terendah Rp 302 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.259 kali dengan volume perdagangan 83.382 saham. Nilai transaksi Rp 2,5 miliar.

Harga saham SSIA naik 1,38 persen ke posisi Rp 1.100 per saham. Harga saham SSIA dibuka stagnan di posisi Rp 1.085 per saham. Harga saham SSIA berada di level tertinggi Rp 1.110 dan terendah Rp 1.075 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.369 kali dengan volume perdagangan 216.401 saham. Nilai transaksi Rp 22 miliar.

Ekonom BCA menuturkan, putusan MK memberikan legitimasi kepastian hukum terhadap pemilihan umum (Pemilu) 2024. “Harapannya belanja modal akan meningkat dan pelaku usaha tidak lagi wait and see untuk lakukan investasi,” ujar dia saat dihubungi .

Sedangkan pergerakan rupiah, menurut David, lebih terkait perkembangan eksternal. Hal ini terkait harapan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve masih akan menahan suku bunga acuannya dan ketegangan geopolitik akhir-akhir ini. “(Rupiah-red) tidak terkait dengan sidang MK,” kata dia.

 

5 dari 5 halaman

Data Ekonomi AS

Dikutip dari Antara, berdasarkan kajian riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas, Bursa Asia didominasi penguatan seiring dengan mulai meredanya tensi geopolitik di Timur Tengah.

“Namun, risiko pelemahan yang terjadi di pasar modal masih menghantui, hal ini tidak lepas dari inflasi yang lebih tinggi di Amerika Serikat (AS), sehingga kami memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed baru terjadi pada September ataupun Desember 2024," demikian disebutkan Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya.

Dari mancanegara, pada pekan ini, adanya pengumuman Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal I- 2024, Jobless Claims, Core PCE, Personal Income, dan Personal Spending AS menjadi pedoman bagaimana langkah The Fed selanjutnya. Selain itu, pekan ini inflasi Australia, Interest Rate Jepang, dan Interest Rate Indonesia menjadi pedoman bagi para pelaku pasar untuk melihat bagaimana kondisi perekonomian dunia saat kondisi geopolitik sedang tidak baik-baik saja.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat