uefau17.com

Melihat Prospek Saham INCO di Tengah Sentimen Divestasi hingga Kendaraan Listrik - Saham

, Jakarta - Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dinilai punya prospek positif seiring fundamental perseroan stabil. Sedangkan sentimen divestasi saham dinilai tidak terlalu pengaruhi harga saham INCO.

Pengamat pasar modal Desmond Wira menuturkan, fundamental Vale Indonesia cenderung stabil. Sentimen yang mendukung INCO yakni kenaikan permintaan mobil listrik yang dapat meningkatkan permintaan produk Vale Indonesia.

“Sentimen lain yang perlu dilihat adalah potensi turunnya harga komoditas lebih lanjut bila the Fed menurunkan tingkat suku bunga pada tahun depan,” ujar Desmond saat dihubungi , Sabtu (29/7/2023).

Sedangkan sentimen divestasi saham INCO, menurut Desmond tidak akan terlalu pengaruhi pergerakan harga saham INCO dan operasional perseroan.

“Divestasi INCO cuma 11 persen dengan kepemilikan pemerintah yang saat ini 20 persen tidak cukup untuk menjadikan mayoritas. Jadi operasional INCO jalan seperti biasa. Tidak ada perubahan strategi operasional,” kata dia.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pemegang saham Vale Indonesia antara lain PT Mineral Industri Indonesia (persero) sebesar 20 persen, Vale Canada Limited sebesar 43,79 persen, Sumitomo Metal Mining Co Ltd sebesar 15,03 persen, dan publik sebesar 21,18 persen.

Mengutip berbagai sumber, divestasi kepemilikan saham diputuskan menyusul masa operasi dan kontrak Vale Indonesia akan berakhir pada 28 Desember 2025. Divestasi saham INCO ini juga merupakan amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020

Divestasi yang bakal dilakukan Vale untuk memenuhi syarat izin usaha pertambangan khusus (IUPK) adalah sebesar 11 persen. Sehingga kepemilikan pemegang saham antara lain 31 persen milik Pemerintah Indonesia melalui MIND ID, 20,7 persen publik dan sisanya dimiliki Vale Canada dan Sumitomo Metal Mining.

Wajib Divestasi

Analis Central Capital Futures, Wahyu Tri Laksono menuturkan memang perjuangan berat agar pemerintah Indonesia mayoritas memegang saham INCO. Namun, ia menegaskan, kepemilikan saham 51 persen memang wajib dimiliki oleh Indonesia.

Hal ini mengingat posisi pemegang saham pengendali masih dipegang oleh Vale Canada Limited, sehingga menurut dia nilai aset dan cadangan INCO masih tercatat di Kanada. Dengan demikian, menurut dia harta nasional yang “dikuasai” investor asing.

“Saya setuju sikap Menko Luhut, pencatatan wajib di Indonesia, dan saham wajib 51 persen oleh kita (Indonesia-red). Mayoritas bahkan hampir semua hasil produksi dari Vale Indonesia diekspor ke luar negeri dengan pembeli adalah induk usaha maupun investor lainnya yakni Sumitomo Metal Mining Co Ltd,” ujar dia.

Wahyu menuturkan, barang tambang strategis vital termasuk nikel yang menjadi masa depan kendaraan listrik. “Nikel jelas secara fundamental merupakan komoditas penting. Bahkan sangat penting bagi industri 4.0, technology EV utamanya,” ujar dia.

Terkait divestasi Vale Base Metals Limited ke Manara Mineral, menurut dia tidak terlalu banyak pengaruh ke kepentingan Indonesia.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Prospek Saham INCO

Sedangkan untuk harga saham INCO, Wahyu melihat harga saham INCO masih menjanjikan baik menengah dan jangka panjang. "Belakangan INCO rebound signifikan naik terus sejak pekan terakhir Juni lalu.Tidak ada alasan untuk tidak koleksi INCO,” ujar dia.

Wahyu prediksi, dalam jangka pendek, harga saham INCO dapat mengejar di posisi 6.900-7.000, sedangkan jangka menengah bisa di 7.500-7.600. Dalam jangka panjang, harga saham INCO dapat di 7.800-8.200.

"Koreksi terdekat bisa ke 6.500-6.400. Di dekat 6.000 atau ke bawah hingga 5.300. Buy on weakness,” ujar dia.

Sementara itu, Desmond menuturkan, harga saham INCO cenderung uptrend. Bagi investor dapat akumulasi beli bila ada koreksi. “Untuk investor yang sudah punya, simpan saja. Fundamental masih cenderung stabil,” kata dia.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 28 Juli 2023, saham INCO menguat 2,63 persen ke posisi Rp 6.825 per saham. Saham INCO dibuka stagnan di posisi Rp 6.650. Saham INCO berada di level tertinggi Rp 6.825 dan terendah Rp 6.600 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 2.488 kali dengan volume perdagangan 49.990 lot saham. Nilai transaksi Rp 33,8 miliar.

 

3 dari 4 halaman

Vale Indonesia Kantongi Laba Setara Rp 2,54 Triliun pada Semester I 2023

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023. Pada periode tersebut, Vale Indonesia membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (28/7/2023), perseroan membukukan pendapatan USD 658,97 juta atau sekitar Rp 9,93 triliun (kurs Rp 15.067,50 per USD).

BACA JUGA:Emiten Blibli Kantongi Pendapatan Rp 7,7 Triliun pada Semester I 2023

Pendapatan itu naik 16,73 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 564,54 juta. Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi USD 438,49 juta dari USD 356,31 juta pada Juni 2022. Meski begitu, laba kotor perseroan masih tumbuh 5,88 persen menjadi USD 220,47 juta pada semester I 2023, dibanding semester I 2022 yang tercatat sebesar USD 208,22 juta.

"Pendapatan Grup meningkat 17 persen pada semester I 2023, terutama karena volume pengiriman yang lebih tinggi sebesar 6.208 t pada periode ini. Namun demikian, Beban Pokok Pendapatan Grup juga meningkat dari USD 356,3 juta pada semester I 2022 menjadi USD 438,4 juta pada semester I 2023, terutama disebabkan oleh konsumsi bahan bakar dan harga diesel yang lebih tinggi," ujar CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy.

 

  

4 dari 4 halaman

Aset Perseroan

Pada paruh pertama tahun ini, perseroan membukukan laba usaha USD 198,59 juta atau naik 1,57 persen dibandingkan posisi Juni 2022 sebesar USD 195,52 juta. Setelah dikurangi biaya keuangan dan beban pajak penghasilan, perseroan mengukuhkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 168,52 juta atau sekitar Rp 2,54 triliun.

Laba ini naik 12 persen dibandingkan laba periode yang sama tahun lalu sebesar USD 150,46 juta. ”Kami berhasil mempertahankan laba positif berkat kelancaran pelaksanaan operasi kami,” imbuh Febriany.

Dari sisi aset perseroan hingga 30 Juni 2023 tercatat sebesar USD 2,81 miliar, naik dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar USD 2,66 miliar. Liabilitas ikut naik menjadi USD 345,85 juta dari USD 303,34 juta pada Desember 2022. Bersamaan dengan itu, ekuitas hingga 30 Juni 2023 naik menjadi USD 2,43 miliar dari USD 2,35 miliar per akhir tahun lalu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat