, Banjarmasin - Hidup di atas air rawa, dari generasi ke generasi, beradaptasi dengan alam yang kemudian menciptakan adat dan kebudayaan yang menyatu dalam Ekosistem Rawa Gambut (ERG) Nagara.
Sebuah ekosistem yang menjadi penjamin kelangsungan hidup bagi puluhan ribu warga yang menetap di tiga kecamatan dalam areal Distrik Nagara di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.
Mereka adalah orang-orang Nagara dari Suku Banjar yang mendiami Kecamatan Daha Utara, Daha Barat dan Daha Selatan. Mereka hidup begitu menyatu dengan rawa gambut yang pasang-surut di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Mereka menjadi petani atau nelayan pencari ikan (maiwak), tergantung musim yang menghampiri wilayah ekosistem ini.
Misalnya, pada minggu kedua di bulan pertama 2017, musim hujan sedang berlangsung di distrik yang di masa lampau menurut Hikayat Banjar dan Kotawatingin merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Nagara Daha ini.
Mereka menyebutnya sebagai musim dalam, di mana air rawa meninggi dan lahan gambut yang biasanya bisa ditanami semangka, ubi nagara atau bisa disebut gumbili, labu, kacang nagara hingga padi tenggelam di banyak bagian.
Saat itu pula masyarakat setempat di sana untuk sementara waktu beralih profesi menjadi nelayan dengan menangkap ikan di rawa gambut.
Baca Juga
Seperti dikutip dari Antara, Selasa, 17 Januari 2017, Darpini, salah seorang warga Desa Baruh Jaya melakoni hal itu. Pada Selasa sore pekan lalu, teras samping rumah panggungnya tampak penuh dengan tumpukan tempirai yang terbuat dari kawat dan lukah yang terbuat dari bambu Semua sengaja disiapkan untuk menangkap ikan Haruan atau Gabus, Seluang, hingga Sepat di rawa gambut.
Kalau musim dalam seperti sekarang ini, sekali angkat satu lukah atau tempirai dalam sehari bisa dapat seperempat hingga satu kilogram (kg). Padahal dalam satu hari, satu nelayan yang hidup di atas rawa gambut Nagara ini bisa menempatkan hingga 50 tempirai dan atau lukah di sana.
Hasilnya pun bisa dikatakan lebih dari lumayan, karena harga ikan Haruan segar sekarang ini bisa mencapai Rp 22.000 per kg, sedangkan Seluang bisa mencapai Rp 30.000 hingga Rp 60.000 per kg. Berbeda dengan ukuran Seluang yang kecil-kecil layaknya ikan wader di Jawa, ukuran Haruan di rawa gambut Nagara cukup besar, bisa lebih dari satu kg per ekornya.
Harga ikan-ikan ini menjadi semakin tinggi ketika para ibu di sana mengolahnya menjadi ikan asin. Harga Haruan asin mencapai Rp 100.000 per kg, sedangkan Seluang atau Sepat asin bisa mencapai Rp 80.000 per kg Semuanya menjadi oleh-oleh yang paling dicari dari Nagara, selain semangka dan ubinya yang juga berukuran besar.
Musim dalam, menurut Darpini, bisa berlangsung dari bulan 10 hingga bulan satu di tahun berikutnya. Meski jumlah ikannya tidak sebanyak ketika perkebunan sawit belum dibuka di kecamatan tersebut, ikan tetap menjadi sumber penghidupan yang penting bagi mereka hingga saat ini.
Ketika hujan tidak lagi turun, air rawa mulai surut dan permukaan lahan gambut mulai tampak, anggota Kelompok Tani Ray 10 dari Desa Baruh Jaya lainnya, Bakri (35) mengatakan, masyarakat di Baruh Jaya mulai 'menyimpan' lukah dan tempirai. Mereka muelai beralih menjadi petani dan menyemai bibit semangka, gumbili, dan palawija.
Dalam waktu 67 hari, biasanya semangka sudah siap dipanen dan siap 'membanjiri' Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Bahkan ada juga yang dikirim hingga Jakarta dan diekspor ke Singapura.
Dengan perawatan yang bagus, seribu pohon semangka di lahan seluas satu hektare (ha), menurut dia, bisa menghasilkan 10 hingga 20 ton semangka.
"Coba ke sini pas panen, wah itu puluhan jukung berisi penuh semangka ditarik Ces (jukung/perahu kelotok) terlihat di mana-mana," ujar dia.
Keluarga Bakri punya lahan gambut cukup luas yang mencapai 11 ha. Sejauh mata memandang yang terlihat pucuk-pucuk tumbuhan air, semak bekas terbakar, belukar, eceng gondok, teratai, sedikit purun menyembul dari dalam air rawa.
"Memang kalau seperti sekarang ini terlihat seperti lahan tidur, tapi sebenarnya enggak, karena kami justru cari ikan di sini," ujar Bakri.
Ketua Persatuan Tani Nagara, Lamsun yang tinggal di Desa Banua Hanyar saat ditemui sedang beristirahat di lahan gambutnya yang berlokasi di Desa Samuda, Kecamatan Daha Selatan, mengatakan harga semangka saat ini lumayan bagus karena memang belum 'banjir'.
Biasanya pengumpul semangka Nagara memberi harga terendah Rp 600 per kg, sedangkan yang tertinggi bisa mencapai Rp 5000 per kg. Hal itu dianggap cukup baik karena dengan harga segitu banyak masyarakat di Distrik Nagara ini yang bisa menunaikan ibadah haji atau umrah.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Imbas Negatif Pengaruh Sawit
![Jelang Ramadan, Permintaan Buah Segar Meningkat 100 Persen](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/EeinWUPejvoCXvXgVw77b8FSnvs=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/896981/original/073603900_1433863206-Semangka-dan-Blewah-6.jpg)
Saat menyusuri rawa gambut Distrik Nagara dengan menggunakan Ces, sempat tampak pula ranting belukar tinggi yang legam seperti habis terbakar menyembul dari dalam air. Bakri membenarkan jika area lahan gambut yang sekarang tergenang itu sempat ikut terbakar di 2015.
Menurut Bakri, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit milik PT Subur Agro Makmur (SAM) yang mulai beroperasi pada 2009 dengan memegang izin pembukaan lahan Nomor 55/315/pml/hutbun dari Pemda setempat seluas 14.000 ha memberikan dampak signifikan bagi masyarakat setempat.
Persoalannya bukan saja membuat masyarakat jadi rutin merasakan kabut asap saat kemarau atau jumlah ikan yang semakin menurun karena kadar air rawa yang semakin masam, tapi juga hilangnya lahan sebagai modal masyarakat hidup dan berkembang di sana.
Pembentukan kanal atau drainase di sana membuat lahan menjadi kering saat musim panas atau kemarau, akibatnya menjadi mudah terbakar.
"Bukan pohon sawitnya sebenarnya yang membuat lahan gambut menjadi kering, tapi kanal-kanal yang dibuat yang membuat air gambut keluar dalam jumlah banyak dan kemudian mengering," kata ahli kimia tanah yang juga merupakan guru besar Universitas Lambung Mangkurat Prof Ir H Fadly Hairannoor Yusran.
Ia menjelaskan bagaimana kondisi lahan di Kalimantan, di mana terdapat lapisan gambut dengan beragam kedalaman, lahan kering karena gambut dibuat kanal dan batu bara dangkal yang saat musim kemarau menjadi sangat kering.
Sehingga dengan gesekan semak pun memungkinkan memunculkan api, sedangkan saat musim hujan air masuk hingga ke lapisan batu bara tapi kadang tidak mampu menjangkau dan memadamkan api.
Kondisi di atas, menurut dia, sangat berbeda dengan lahan gambut yang memang kondisinya masih baik, di mana satu gram gambut kering bisa "mengikat" paling tidak satu kg air. Saat curah hujan tinggi dan perubahan iklim terjadi tidak akan ada dampak lingkungan yang timbul jika sejak awal lahan gambut tidak di ganggu.
Perkataan Darpini soal mulai berkurangnya tangkapan ikan dan perkataan Bakri dan Lamsun yang menyebut butuh lebih banyak lagi pupuk untuk bisa mengembangkan semangka hingga gumbili di lahan gambut di sana setelah adanya perkebunan sawit tidak pula salah. Karena Fadly menyebutkan bagaimana intervensi manusia mengeringkan gambut sehingga mempercepat proses oksidasi bahan organik yang terkena udara di lahan tersebut membuat reaksi kimia yang memunculkan berbagai macam asam organik.
"Itu lah yang menyebabkan masam. Plus jika bawah gambut tersebut ada lapisan sulfida sempat naik ke permukaan teroksidasi dengan udara dia akan menjadi asam sulfat, kalau sudah seperti itu tidak ada yang bisa hidup di sana," ujar dia.
Terkait begitu hebatnya hasil panen semangka dan gumbili Nagara yang ditanam di lahan gambut, Fadly mengatakan pada dasarnya masyarakat lokal memiliki kearifannya sendiri. Ada sistem-sistem bercocok tanam di lahan gambut yang sudah termodifikasi, karena sebenarnya mereka tidak mananamnya 100 persen di lahan gambut, sehingga tidak terjadi proses oksidasi yang menimbulkan keasaman.
"Ada riwayat mereka kenal seperti di Thailand juga ada sebutan semacam tanah ambul yang saat musim hujan tanah itu mengapung karena ditanami vegetasi khusus rumput minyak dan bisa ditanami dengan tumbuhan seperti cabai, sama di Nagara juga seperti itu. Dan ketika surut, tanah ini lah yang sebenarnya ditanami dengan ubi jalar dan lain-lainnya," ujar dia.
Tidak heran jika semangka, gumbili, kerbau kalang bahkan itik alabio bisa hidup di ekosistem rawa gambut tersebut jika kondisinya tanah dan airnya tidak masam, lanjut Fadly.
Atas alasan itu masyarakat petani dan nelayan di Distrik Nagara berteriak menolak hadirnya perusahaan perkebunan kelapa sawit. Kekhawatiran mereka terganggunya mata pencarian bahkan hingga kehilangan lahan begitu besar.
"Sekitar 20 hari lalu saya baru rugi Rp 45 juta karena gagal panen semangka gara-gara banjir. Tapi paling tidak saya tidak tertekan dua kali karena saya masih punya lahan untuk bertani lagi setelah ini, sementara warga desa lain yang terlanjur jual lahannya kini hanya jadi buruh (perkebunan sawit)," ujar Lamsun setelah juga sebelumnya menceritakan lahan 2.000 ha milik warga desanya yang kini hanya tersisa 180 ha saja.
Lamsun, Darpini dan Bakrie hanya beberapa dari ribuan bahkan puluhan ribu warga desa dari Distrik Nagara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, yang memiliki asa hidup di atas ekosistem rawa gambut. Jika memang lahan gambut tersebut merupakan lahan tidur yang tidak bermanfaat yang kemudian dianggap pantas dikelola satu perusahaan saja ketimbang puluhan ribu orang yang hidup di atasnya, tidak mungkin mereka mampu menunaikan haji dan umrah beberapa kali.
Direktur Walhi Kalimantan Selatan Kisworo Dwi Cahyono sebelumnya mengatakan, jika di Kalimantan Selatan hal yang dihadapi untuk menyelesaikan persoalan gambut sangat politis, mengingat saat ini perizinan yang semakin banyak diberikan justru mengarah ke lahan gambut. Sebagai informasi, 50 persen luas lahan Kalimantan Selatan sudah dikuasai pertambangan hingga perkebunan sawit.
Karena itu dirinya juga sempat meminta kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk memperhatikan tata kelola perhutanan sosial, termasuk di lahan gambut, mengingat terkadang kehadiran masyarakat di satu lokasi sudah ada bahkan sebelum masa kemerdekaan. Sehingga yang perlu dilakukan adalah mendukung masyarakat bahkan hingga memberi pasar dari hasil budidaya di lahan gambut tersebut.
Terkini Lainnya
Rasa Tak Biasa Kopi Liberika dari Lahan Gambut
Penyebab Perempuan Asal Sukabumi Nekat Bugil Kendarai Motor
Ini Keputusan Polisi untuk Pemuda Berkaus Palu Arit
Imbas Negatif Pengaruh Sawit
Banjarmasin
Petani
ibadah haji
nelayan
Suku Banjar
Kalimantan selatan
semangka
gambut
Sawit
Rekomendasi
Minyak Sawit Dihadang Kampanye Hitam Lagi, Kini dari Seleb dan Anak Muda India
Anak Kurang Mampu di Wilayah Perkebunan Sawit Dapat Beasiswa
Bos Surveyor Indonesia Sebut Aturan Anti-deforestasi Eropa Sering Berubah, Apa Solusinya?
Marak Penjarahan di Kebun Sawit, Pengamanan Langsung Diperketat
Pemerintah Siapkan Roadmap Sawit Indonesia Emas 2045
PalmCo Cetak Rekor Tanam Ulang Kelapa Sawit Tercepat Nasional
BUMN Ini Bisa Loloskan Sawit RI dari Kebijakan Anti-Deforestasi Uni Eropa, Gimana Caranya?
Peran Vital Industri Sawit, Mampu Menghidupi Puluhan Juta Warga Indonesia
Copa America 2024
Reaksi Lionel Messi Gagal Penalti di Duel Argentina Vs Ekuador
Hasil Copa America 2024: Argentina Susah Payah Tundukkan Ekuador Lewat Adu Penalti
Hasil Copa America 2024: Lionel Messi Gagal Cetak Gol, Argentina Lolos ke Semifinal Lewat Adu Penalti Singkirkan Ekuador
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador, Baru Dimulai
Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Skandal Asusila eks-Ketua KPU, Apakah Dosa Zina Bisa Diampuni Allah? Buya Yahya Bilang Begini
HEADLINE: Skandal Asusila Ketua KPU Hasyim Asy'ari yang Dipecat DKPP, Berujung Proses Pidana?
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Pengamat Nilai Sinyal Dukungan Gerindra Perkuat Posisi Eman Suherman Maju Pilkada Majalengka 2024
Organisasi Sayap Gerindra PP Satria Dukung Marshel Widianto Jadi Calon Wakil Wali Kota Tangsel 2024
Puan Respons Wacana Duet Anies-Andika di Pilkada Jakarta 2024: Menarik
Survei WRC Pilkada Sulut 2024: Elektabilitas Jan Maringka 27,3%, Disusul Elly Lasut 27,1%
TOPIK POPULER
Populer
50 Anggota DPRD Makassar Bakal Diberi Pin Emas, Total Harga Capai Rp2 Miliar
Peksiminas 2024, Tiga Mahasiswi UBL Bakal Bawa Nama Lampung
Refleksi Perjalanan Wakil Ketua DPRD Blora Siswanto dalam Buku Jurnalis Liputan6.com
Promosikan Situs Judi Online, Polisi Tangkap Konten Kreator di Sulawesi Selatan
Jakarta BIN vs Pertamina Enduro Mengawali Empat Besar PLN Mobile Proliga 2024
Gempa Magnitudo 4,8 Terasa di Sinabang Aceh
Beraksi Puluhan Kali, Sindikat Pencuri AC di Bandar Lampung Akhirnya Mati Kutu
Gunung Ibu Meletus Lagi Kamis Malam 4 Juli 2024, Semburkan Abu Vulkanik 3.000 Meter
Guru Besar ITB: Warga Indonesia Telan 52 Juta Partikel Mikroplastik per Bulan
Cerita Inspiratif Rahmawati Menyulap ‘Gudang Buku’ Jadi Perpustakaan Keren di Aceh
Euro 2024
Prancis Vs Portugal 8 Besar Euro 2024: Les Bleus Siap Tampil Garang
Prediksi Euro 2024 Portugal vs Prancis: Adu Ketajaman Cristiano Ronaldo dan Kylian Mbappe
Putusan Jude Bellingham Terungkap, Inggris Pertimbangkan Perubahan Radikal di Perempat Final Euro 2024
Spanyol Vs Jerman: Der Panzer Manfaatkan Status Tuan Rumah
Timnas Spanyol Percaya Diri Jelang Duel Perempat Final Euro
Berita Terkini
Megawati Sebut Nama Jokowi di Hadapan Kader PDIP
Jangan Lewatkan Mega Series Magic 5, di Indosiar Jumat 5 Juli 2024, via Live Streaming Pukul 18.00 WIB
Ini Daftar Penyakit Kardiovaskular yang Dijamin BPJS Kesehatan
Erick Thohir Angkat Megy Sismandany Jadi Direktur PTDI
5 Trik Ini Bantu Gula yang Menggumpal Saat Disimpan Kembali Masir dan Bisa Digunakan
Cara Daftar Prakerja Lewat HP, Ketahui Persyaratan dan Tahapannya yang Benar
Mengulik Kelengkapan Tipe Terendah Yamaha NMax Gen 3
Potret Cerita Kurikulum Merdeka: Orang Tua dengan Anak Berkebutuhan Khusus Sebut Guru Lebih Kreatif
Sierra Leone Resmi Larang Perkawinan Anak, Penjara 15 Tahun dan Denda Rp65 Juta Menanti Pelanggar
Pengamat Nilai Sinyal Dukungan Gerindra Perkuat Posisi Eman Suherman Maju Pilkada Majalengka 2024
Nasib Djakarta Lloyd Ditentukan Pekan Depan, Janjikan Bisnis Positif Usai PKPU
Nintendo Tutup Layanan Perbaikan Konsol Game Wii U, Ini Alasannya
6 Mitos dan Larangan Malam 1 Suro Menurut Adat Jawa, Bisa Membawa Sial
Ancaman Serius yang Perlu Diwaspadai, Bagaimana Cara Mendeteksi Kanker Paru-paru?