uefau17.com

Berbagi Hampers Lebaran 2023 yang Ramah Lingkungan, Ada Seruan untuk Berbuat Kebaikan - Lifestyle

, Jakarta - Berbagi hampers Lebaran 2023 menjadi satu tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Di antara beragam pilihan, hampers ramah lingkungan turut ambil bagian dalam daftar hantaran yang dapat diberikan kepada orang-orang terdekat.

Begitu pula hampers ramah lingkungan yang dihadirkan oleh brand kecantikan berkelanjutan, The Body Shop. PR and Advocacy Manager The Body Shop Indonesia Ridha Ichsani mengungkapkan keinginan brandnya menjadi sebuah ultimate gift destination dengan berbagai opsi hampers.

"Di bulan Ramadhan ini kita sudah siap dengan berbagai pilihan gift mulai dari bodycare, skincare, fragrance juga banyak sekali pilihannya. Karena kita sustainable beauty brand, kita memiliki gift-gift yang sudah sustainable jadi enggak cuma packaging-nya saja yang bisa di reuse, tapi juga dari sisi produknya sudah bisa di recycle juga," kata Ridha dalam acara yang digelar daring, Selasa (4/4/2023).

Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, di 2023 The Body Shop menyuguhkan banyak pilihan yang dikemas dalam bundle. Konsumen dapat memilih sendiri hampers yang diinginkan, mulai dari bentuk dan isi hampers.

"Range harga dari Rp300 ribu sampai Rp700 ribu. Semua produk The Body Shop tidak hanya bisa membuat kalian feel good, tapi juga bisa membuat kalian do good," tambahnya.

Pihaknya juga bekerja sama dengan Ramahija, usaha sosial yang memberdayakan masyarakat adat di Pulau Timor. Sinergi ini berupa semacam keranjang yang dibuat dari daun dengan motif anyam khas Pulau Timor.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kolaborasi dengan Ramahija

"Dibuat oleh mama-mama mereka adalah perajin perempuan di Timor dan ini menjadi partner kami untuk sustainable gift, ini bisa create sendiri, produknya apa, bentuknya seperti apa, dan ini bisa kita reuse lagi bisa jadi tempat buah juga skincare," terang Ridha.

Ridha juga menyebut bahwa produk kolaborasi ini juga menghadirkan kantong jala yang terbuat dari 95 persen katun yang ramah lingkungan. Sinergi kedua pihak guna mendorong masyarakat menyadari nilai mereka serta mempertahankan budayanya melalui praktik bisnis yang berkelanjutan.

Corporate Values Manager The Body Shop Indonesia Dita Agustia juga menyampaikan terkait Bring Back Our Bottles. Ini adalah program yang telah dijalankan pihaknya sejak 2008 lalu.

"Sudah lebih dari 11 juta kemasan yang kembali ke kita dari costumer dan kami sudah mengelola, mendaur ulang, dan menjadikan produk yang cantik dan sangat bermanfaat bagi masyarakat luas," kata Dita.

Di Ramadhan tahun ini, pihaknya ingin dapat memberi dampak lebih luas lagi. Tak hanya ke customer The Body Shop, tetapi juga bermanfaat bagi orang banyak karena melihat sampah kemasan dari produk Body Shop dapat menjadikan sebuah berbagi kebaikan bagi sesama.

3 dari 4 halaman

Gandeng WeCare.id dan Yayasan Kaki Kita Sukasada

Maka dari itu, The Body Shop turut menggandeng Yayasan Kaki Kita Sukasada atau YKKS. Yayasan yang berbasis di Bali tersebut membuat kaki palsu plastik dari sampah-sampah kemasan plastik.

"Kami sudah menjadikan kemasan PET dan PP sebuah furnitur yang sudah ada di perpustakaan di tiga kota di Indonesia. Selanjutnya kami ingin mencoba dengan jenis kemasan lainnya seperti ada LDPE, HDPE, dan PP, di sini lah teman-teman YKKS memberikan jawabannya dengan membuatkan kaki palsu plastik," kata Dita.

Ia menjelaskan bahwa kaki palsu plastik tersebut akan sangat bermanfaat bagi penerima manfaat. Juga, memberikan jangka yang panjang bagi penerima kaki palsu tersebut

"Tidak hanya sekali dan tidak hanya sementara tetapi ini akan digunakan terus menerus dan memberikan optimisme ke disabilitas tersebut untuk lebih produktif," jelasnya.

Pihaknya juga menggandeng WeCare.id, portal penggalangan dana tapi berfokus pada kebutuhan-kebutuhan medis. Co-Founder and Executive Director WeCare.id Gigih Septianto menyebut pihaknya menjembatani para donatur untuk membantu pasien dan program kesehatan di seluruh Indonesia.

"Kita upayakan memobilisasi resource dan salurkan kepada masyarakat yang membutuhkan," kata Gigih.

4 dari 4 halaman

Cerita Founder Yayasan Kaki Kita Sukasada

Founder Yayasan Kaki Kita Sukasada I Made Aditiasthana menyampaikan dari 2016, ia dan tim merawat pasien dengan luka diabetes tanpa tarif. Ia berkisah salah seorang pasiennya yang menjadi latar belakang berdirinya YKKS.

"Kisah ini sekitar 2017, saya ditelepon oleh pasien dengan luka diabetes, tentunya dia tanya biayanya, saya jawab Rp150 ribu. Lalu, dia tawar, pada kondisi ini sangat susah menjawabnya, yang bisa saya jawab harga pokoknya sekian," kata Adit.

Ia lantas menyambangi rumah pasien tersebut karena mengetahui luka diabetes pasien itu cukup besar. Ia dan tim masuk ke rumah dan dirawat, namun luka pasien tersebut sudah terlambat untuk ditangani.

"Saya langsung jelaskan luka ini harus segera dibawa ke rumah sakit dan harus segera mendapat perawatan yang tepat, dan mungkin harus diamputasi," katanya.

Adit menyebut pasien merasa sedih dan menolak. Namun dalam kondisi, ia minta tetap untuk dirawat.

"Akhirnya pasien tetap mencoba selama 1--2 minggu, setelah rawat dia sodorkan uang ke saya Rp100 ribu. Melihat kondisi rumah dan keluarga saya kembalikan dan saya bilang simpan untuk kebutuhan lain," tambahnya.

Seminggu kemudian pasien sudah tidak kuat dan akhirnya dibawa ke rumah sakit. Dokter pun menyatakan bahwa ia harus diamputasi. Namun ketika akan dioperasi, kondisi tubuh pasien tidak memungkinkan hingga operasi ditunda.

"Saya mengunjungi pasien saya, dia bertanya soal luka diamputasi dan saya jawab iya, dan ekspresi sedih dan menangis. Saya langsung jawab dengan cepat, tenang pak nanti kita buatkan kaki palsu. Ekspresi berubah drastis, ekspresi kebahagiaan, suatu harapan mulai muncul dan pasien mengatakan siap diamputasi," terangnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat