, Jakarta Penyebab hepatitis akut yang belum diketahui di Indonesia terkait Adenovirus atau bukan, rupanya masih terus diteliti. Hingga per 15 Mei 2022, data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat, jumlah kasus ada 18 dugaan pasien kasus hepatitis akut dengan klasifikasi 2 probabel, 16 pending classification, dan nol kasus epi-linked.
Menurut dokter spesialis anak konsultan gastro hepatologi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Hanifah Oswari, penyebab kasus hepatitis misterius dari dua probable dan yang pending classification masih diperiksa. Kasus-kasus ini masih terus diteliti.
Baca Juga
"Yang pending classification itu maksudnya kita masih perlu melengkapi pemeriksaan, terutama untuk anti hepatitis E-nya untuk menentukan, apakah ini hepatitis E atau bukan dan juga mengumpulkan bukti-bukti, bahwa ini bukan penyakit yang bisa kita ketahui penyebabnya," jelas Hanifah saat konferensi pers di Gedung RSCM, Jakarta pada Selasa, 17 Mei 2022.
Advertisement
"Sebab, kalau ada hal tersebut (bukti), maka yang tadi pending akan kita keluarkan yang disebut discarded--kasus yang disingkirkan karena tidak memenuhi kriteria hepatitis akut misterius."
Dalam hal ini, kasus hepatitis akut misterius yang pending classification masih diinvestigasi terus menerus. RSCM juga melakukan koordinasi dan pembaruan data mengenai data genom.
"Sampai dengan tadi pagi pun kami terus rapat bersama tim yang membantu, pihak Kemenkes. Dari satu yang diperiksa (probable) itu, yang sudah diperiksa lebih lanjut ada pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS), tapi hasilnya masih belum bisa kita simpulkan karena baru satu saja (yang diperiksa)," terang Hanifah.
"Jadi, kita masih menunggu sampel-sampel lain (dugaan hepatitis akut misterius) itu dikeluarkan hasilnya, baru kita bisa analisis lebih lanjut. Karena kalau dari satu saja (kasus yang diperiksa), bisa salah kita analisisnya."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Antisipasi hepatitis misterius dilakukan sejumlah daerah
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Pemeriksaan Lebih Lanjut Kasus Pending Classification
![Ilustrasi bayi menangis.](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/72cmA-DclZwwChGmXcWC3Q2j34w=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3011574/original/034045100_1578024202-baby-215303_960_720.jpg)
Direktur Utama RSCM Lies Dina Liastuti menambahkan, apabila ingin memahami penyebab hepatitis akut misterius ada beberapa pertimbangan. Selama ini, penyebab hepatitis akut berasal dari virus Hepatitis A, B, C, D, dan E.
Namun, pada kasus hepatitis misterius, tidak ada salah satu di antara virus Hepatitis yang menjadi penyebabnya.
"Jadi, kita bilang (hepatitis) misterius atau belum diketahui sebabnya karena yang kita teliti (virus hepatitis A sampai E) tuh enggak ada. Kalo soal Adenovirus-nya juga begitu ya. Tidak ada satupun Adenovirus dari kasus yang kita temui saat ini, ya maksudnya, belum ada yang ketemu (Adenovirus) di antara semuanya itu," beber Lies.
"Nah, untuk bisa mengetahui kenapa bisa ada pending classification, karena ada yang mau kita cek lagi. Ini demi memastikan betul penyebabnya apa. Yang jelas, pasien dateng, lalu sampel dikirim itu dengan gejala yang mengarah ke hepatitis akut."
Ada juga pasien yang mengalami kuning, dikirim atau dirujuk karena curiga mengarah ke hepatitis akut misterius.
"Nah, belum tentu bayi kuning itu hepatitis akut misterius. Banyak yang sekali kasus-kasus yang kita singkirkan, oh ini bukan (hepatitis misterius), ini bukan," pungkas Lies.
Advertisement
Kejar Pemeriksaan Genom
![ilustrasi laboratorium/credit pixabay/fernandozhiminaicela](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/QozO1jn8l0OGYLmDIsb0OUx3YVM=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3086697/original/098408900_1585283856-microscope-3184432.jpg)
Pemeriksaan sampel untuk mengetahui hepatitis akut misterius atau bukan, lanjut Lies Dina Liastuti juga dikejar melihat dari gejala yang dialami pasien. Salah satunya, pemeriksaan lab ketika pasien mengalami mual dan muntah.
"Begitu pula dengan gejala. Kadang-kadang anak yang masuknya (ke rumah sakit) dengan mual, muntah, (tadinya) enggak curiga nih ke arah sana (gejala hepatitis akut misterius). Tapi begitu kita lihat (hasil) laboratoriumnya, ternyata kerusakan hatinya berat," jelasnya.
"Nah, ini kita juga curiga untuk masuk ke dalam kriteria hepatitis (akut) ini, sehingga ditelusuri lagi. Jadi, bukan apa-apa, kasus yang masih pending ya karena pemeriksaannya banyak yang harus dilakukan, termasuk pemeriksaan genome sequencing. Itu yang kita kejar."
Sebelumnya, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril mengatakan, keseluruhan dugaan kasus hepatitis akut tidak ditemukan berkaitan dengan positif COVID-19.
“Saya ulangi ada 18 kasus yang bergejala yang disebut dengan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya,” ujar Syahril saat konferensi pers, Jumat (13/5/2022).
“Dari laporan 18 kasus itu, tidak ada yang berkaitan atau tidak ada yang ditemukan positif COVID-19, tidak ada."
Sebaran Kasus Hepatitis Akut
![Ilustrasi Demam](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/FPUxIu4-wV0z5RkHK7t5iFetGRk=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3092677/original/080386400_1585882280-disease-4392136_1280.jpg)
Persebaran 18 kasus dugaan hepatitis akut misterius di beberapa provinsi meliputi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Sebaran terbanyak dari kasus hepatitis akut misterius sejauh ini ada di DKI Jakarta, yakni 12 orang.
“Dari 18 kasus hepatitis akut ni ada 9 laki-laki dan 8 perempuan, satu lagi dalam proses verifikasi," ungkap Mohammad Syahril.
Rincian jumlah kasus di masing-masing klasifikasi usia, sebagai berikut:
- Usia 0-4 ada 4 kasus
- Usia 5-9 ada 6 kasus
- Usia 10-14 ada 4 kasus
- Usia 15-20 ada 4 kasus
Dengan demikian, kasus paling banyak terjadi pada klasifikasi usia 5-9 tahun sebanyak 6 orang. Dari 18 kasus ini ada pula pasien yang meninggal dunia. Sejauh ini, pasien yang meninggal akibat hepatitis akut ada 7 orang.
“Dari 18 ini pasien ada yang meninggal 7 orang dan hidup 11 orang,” lanjut Syahril.
Penyebab pasien-pasien tersebut bisa sampai meninggal, salah satunya akibat keterlambatan dalam penanganan. Pasien dirujuk ke rumah sakit saat sudah dalam keadaan berat. Sedangkan, terkait fasilitas di rumah sakit, sudah memadai bagi pasien-pasien hepatitis akut.
“Terkait keterbatasan ICU, saya rasa di rumah sakit-rumah sakit rujukan di Indonesia ini cukup ya untuk menangani kasus ini. Kalau datang ke rumah sakit tidak dalam keadaan berat, masih sangat mungkin untuk dilakukan pertolongan," imbuh Syahril.
![infografis journal](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/YxE9hnoq--s81o6mPL6tyzK-3Qg=/640x640/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4021986/original/096670100_1652438022-HL.jpg)
Terkini Lainnya
Gejala Awal Hepatitis pada Anak Sering Disepelekan, Apa Saja?
Hepatitis pada Anak, Ini Penyebab dan Pencegahan yang Orangtua Wajib Tahu
Pemeriksaan Lebih Lanjut Kasus Pending Classification
Kejar Pemeriksaan Genom
Sebaran Kasus Hepatitis Akut
Hepatitis Akut
adenovirus
hepatitis akut misterius
Hepatitis Misterius
Rekomendasi
Hepatitis pada Anak, Ini Penyebab dan Pencegahan yang Orangtua Wajib Tahu
Copa America 2024
Reaksi Lionel Messi Gagal Penalti di Duel Argentina Vs Ekuador
Hasil Copa America 2024: Argentina Susah Payah Tundukkan Ekuador Lewat Adu Penalti
Hasil Copa America 2024: Lionel Messi Gagal Cetak Gol, Argentina Lolos ke Semifinal Lewat Adu Penalti Singkirkan Ekuador
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador, Baru Dimulai
Ketua KPU
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Skandal Asusila eks-Ketua KPU, Apakah Dosa Zina Bisa Diampuni Allah? Buya Yahya Bilang Begini
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Peluang PDIP Usung Bobby Nasution di Pilgub Sumut, Puan: Belum Ada Keputusan, Tapi Bisa Jadi
Pengamat Nilai Sinyal Dukungan Gerindra Perkuat Posisi Eman Suherman Maju Pilkada Majalengka 2024
Organisasi Sayap Gerindra PP Satria Dukung Marshel Widianto Jadi Calon Wakil Wali Kota Tangsel 2024
Puan Respons Wacana Duet Anies-Andika di Pilkada Jakarta 2024: Menarik
TOPIK POPULER
Populer
Transformasi Kesehatan Wanita, Kadin dan Brawijaya Hospital Bersatu Lawan Kanker Payudara dan Serviks
Proses Pengobatan Panjang, Anak dengan Kanker Rentan Alami Masalah Psikososial
Terbangun Tengah Malam dengan Kondisi Lapar, Ini 8 Makanan yang Bisa Dikonsumsi Tanpa Khawatir Berat Badan Naik
Keajaiban Tak Terduga Pecel Lele di Balik IPK Sempurna 4.0 Naufal Clash of Champions
Dokter Ini Ungkap Rahasia untuk Jaga Stamina Pria Dewasa
Bukan Cuma Perawatan Medis, Anak dengan Kanker Perlu Dapat Dukungan Psikososial
Bagaimana Cara Membayar Utang Jika yang Diutangi Sudah Meninggal atau Sulit Ditemui? Simak di Sini!
Ancaman Serius yang Perlu Diwaspadai, Bagaimana Cara Mendeteksi Kanker Paru-paru?
2 Ciri Kamu Tak Bisa Jadikan Mantan Sebagai Teman, Salah Satunya Masih Cinta
Kondisi Mata Bisa Jadi Indikator Kesehatan Secara Menyeluruh, Dokter: Periksa Rutin
Euro 2024
Prancis Vs Portugal 8 Besar Euro 2024: Les Bleus Siap Tampil Garang
Prediksi Euro 2024 Portugal vs Prancis: Adu Ketajaman Cristiano Ronaldo dan Kylian Mbappe
Putusan Jude Bellingham Terungkap, Inggris Pertimbangkan Perubahan Radikal di Perempat Final Euro 2024
Spanyol Vs Jerman: Der Panzer Manfaatkan Status Tuan Rumah
Timnas Spanyol Percaya Diri Jelang Duel Perempat Final Euro
Berita Terkini
Megawati Sebut Politik saat Ini Pragmatis, Lupakan Suara Hati demi Ambisi Kekuasaan
10 Aplikasi Jogging Populer, Cocok untuk Pelari Pemula Maupun Profesional
Harga Bitcoin Turun Terus Usai Debat Trump dan Biden
Hebat, Infrastruktur Mutu Indonesia Terbaik di ASEAN
Parlemen Eropa Dorong Bahan Bakar Alternatif untuk Selamatkan Mobil ICE
Memilih Perlengkapan Outdoor di Indofest 2024
Warga Sinjai Meninggal Dunia Saat Menanti Kunjungan Jokowi, Istana Sampaikan Duka Cita
Simak Rekayasa Lalin di Jalan Tanjung Karang-Jalan Kota Bumi Jakpus Imbas Pembangunan MRT Tunnel
Berbasis MicroPET/CT, BRIN Kembangkan Radiofarmaka Baru untuk Deteksi Dini Kanker
Hands-On Oppo A79 5G: Smartphone Ringan dengan Layar Besar dan Kamera 50MP
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Manchester United Dapat Titik Terang untuk Jual Pemain Tak Berguna, Ada Klub Prancis yang Mau Tawar Mahal
Menu yang Dikonsumsi Prilly Latuconsina hingga Berat Badan Turun 12 Kilogram
8 Potret Hewan Tersembunyi Ini Bikin Geleng Kepala, Uji Kejelian Mata