uefau17.com

Indonesia Kecam Israel di Pertemuan Badan Atom Internasional - Global

, Wina - Indonesia kembali mengecam serangan Israel ke Palestina yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa.

Indonesia menyampaikan keprihatinan atas situasi yang semakin memburuk di Gaza dan Rafah. Situasi ini semakin diperparah dengan adanya ancaman penggunaan senjata nuklir oleh Israel.

"Pernyataan yang sangat tidak wajar seperti ini, disampaikan di tengah agresi militer yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Sangatlah tidak bertanggung jawab. Indonesia meyakini bahwa ancaman penggunaan senjata nuklir dalam kondisi apapun bertentangan dengan hukum internasional dan tidak dapat diterima," kata Alfiano Tamala, Wakil Duta Besar Indonesia untuk Austria, merangkap Slovenia dan Organisasi Internasional di Wina, dalam pertemuan Dewan Gubernur (Board of Governors) Badan Atom Internasional (International Atomic Energy Agency) di Wina, pada Jumat (7/6/2024).

Indonesia juga menyampaikan bahwa pernyataan ini justru menambah kecurigaan masyarakat internasional terhadap program nuklir Israel yang damai dan keraguan terhadap komitmen Israel terhadap perlucutan senjata nuklir, demikian disampaikan dalam rilis yang diterima dari PTRI Wina, Sabtu (8/6).

Atas dasar ini, Indonesia mendorong Direktur Jenderal IAEA untuk mendesak Israel untuk mengaksesi Traktat Non-Proliferasi (Non-Proliferation Treaty/NPT), dan menyerahkan seluruh fasilitas nuklirnya di bawah pengawasan IAEA sebagaimana disebut dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB 487 dan resolusi-resolusi terkait lainnya di IAEA. 

"Sejalan dengan komitmen dan dukungan Indonesia terhadap Palestina, Indonesia mendesak Israel untuk tunduk pada hukum internasional, dan mendorong Dirjen IAEA untuk mendesak Israel agar segera mengaksesi Traktat Non-Proliferasi dan menyerahkan seluruh fasilitas nuklirnya di bawah pengawasan IAEA", kata Alfiano Tamala.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

UNRWA: 80.000 Warga Gaza Mengungsi dari Rafah Usai Diserang Israel

Sementara itu, berdasarkan laporan dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan pengungsi UNRWA, Kamis (9/5) mengatakan bahwa sekitar 80 ribu orang telah melarikan diri dari Rafah.

Mereka mengungsi sejak Senin (6/5) sewaktu Israel meningkatkan operasinya di Rafah, bagian selatan Gaza.

"Apa yang dialami warga Gaza sangat sulit. Tidak ada tempat yang aman," tulis UNRWA di X.

Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz pada Kamis (9/5) mengatakan bahwa militer negaranya akan terus memerangi Hamas hingga kalah.

Pernyataannya disampaikan sehari setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut bahwa AS tidak akan memberikan senjata ofensif kepada Israel.

Lantaran khawatir senjata tersebut bisa digunakan dalam menguasai Rafah.

Langkah itu diambil setelah para pejabat AS berpekan-pekan menyatakan tentangan terhadap rencana Israel melakukan ofensif di Rafah.

Sementara itu para pejabat Israel mengatakan, perlunya melakukan operasi di kota itu untuk mencapai targetnya mengalahkan Hamas serta memastikan pembebasan para sandera yang ditawan di Gaza.

Para saksi mata melaporkan bahwa Israel pada Kamis (9/5) menggempur Rafah, sementara militer Israel melaporkan pihaknya menyerang posisi-posisi Hamas di Gaza Tengah.

Para pejabat PBB menyatakan kekhawatiran mengenai pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, termasuk bahan bakar, di tengah-tengah serangan Israel di kawasan Rafah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat