uefau17.com

Menlu AS Antony Blinken Minta China-Taiwan Minimalisir Konflik dan Menahan Diri - Global

, Beijing - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dijadwalkan tiba di China pada Rabu (24/4/2024).

Kunjungan ini dilakukan ketika AS meningkatkan tekanan terhadap saingan utamanya tersebut.

Di China, Blinken akan bertemu dengan petinggi Tiongkok. Di mana ia diprediksi akan meminta agar Taiwan dan China bisa menahan diri, jelang pelantikan presiden taiwan.

Blinken juga diharapkan bisa menstabilkan hubungan Amerika Serikat dengan Beijing, dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (24/4/2024).

Sebelumnya, pada pertemuan puncak di California, Presiden Tiongkok Xi Jinping menyetujui daftar keinginan AS termasuk memulihkan kontak antar militer dan menindak bahan kimia prekursor fentanil, obat penghilang rasa sakit di balik epidemi kecanduan di Amerika Serikat.

Blinken juga akan melakukan kunjungannya ke Shanghai. Di sana ia akan bertemu dengan mahasiswa dan pemimpin bisnis sebagai upaya untuk menyoroti hubungan hangat antara masyarakat AS dan China.

Menurut pengakuan seorang pejabat senior AS yang mengulas perjalanan Blinken mengatakan bahwa Amerika Serikat dan China berada di situasi yang berbeda dibandingkan tahun lalu.

“Kami juga percaya, dan kami juga telah menunjukkan dengan jelas, bahwa mengelola persaingan usaha secara bertanggung jawab tidak berarti kami akan menarik kembali langkah-langkah untuk melindungi kepentingan nasional AS,” ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

AS: China Berikan Dukungan Signifikan bagi Industri Pertahanan Rusia

China membantu Rusia meningkatkan basis industri pertahanannya dalam skala besar, sehingga Rusia kini melakukan ekspansi paling ambisius dalam manufaktur militer sejak era Uni Soviet saat perang Ukraina berlanjut. Demikian menurut sejumlah pejabat senior Amerika Serikat (AS).

Dukungan yang diberikan China mencakup sejumlah besar peralatan mesin, mesin drone dan turbojet serta teknologi untuk rudal jelajah, mikroelektronik, dan nitroselulosa, yang digunakan Rusia untuk membuat propelan senjata.

"Perusahaan China dan Rusia juga telah bekerja sama untuk memproduksi drone di Rusia," ujar salah satu pejabat AS tersebut seperti dilansir CNN.

Dukungan dari China disebut mempunyai dampak yang signifikan terhadap kemampuan Rusia untuk melanjutkan serangannya terhadap Ukraina, sementara militer Ukraina dilanda kekurangan peralatan dan senjata. Tantangan bagi Ukraina diperburuk oleh Partai Republik di Kongres AS yang terus menghalangi pemungutan suara mengenai paket bantuan militer baru ke Kyiv.

"Salah satu langkah paling mengubah keadaan yang tersedia bagi kami saat ini untuk mendukung Ukraina adalah dengan membujuk China agar berhenti membantu Rusia membangun kembali basis industri militernya. Rusia akan kesulitan mempertahankan upaya perangnya tanpa masukan dari China," kata seorang pejabat senior pemerintahan AS, seraya menambahkan bahwa material dari China mengisi kesenjangan kritis dalam siklus produksi pertahanan Rusia.

3 dari 3 halaman

Kemitraan China-Rusia Semakin Dalam

Baru minggu ini Jenderal Chris Cavoli, komandan Komando Eropa AS, mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Rusia cukup berhasil dalam membangun kembali militernya sejak menginvasi Ukraina lebih dari 2 tahun yang lalu, dan kapasitasnya sebagian besar telah "berkembang kembali" ke tingkat yang sama sebelum perang. Para pejabat AS kini memperjelas bahwa China bertanggung jawab atas peningkatan pesat tersebut.

"Sebagai bukti semakin dalamnya kemitraan China-Rusia, pada tahun 2023, 90 persen impor mikro-elektronik Rusia berasal dari China, yang digunakan Rusia untuk memproduksi rudal, tank, dan pesawat terbang," kata salah seorang pejabat AS.

Produksi peluru artileri Rusia yang meningkat pesat, ungkap pejabat AS, sebagian besar disebabkan oleh nitroselulosa yang berasal dari China.

Di luar perangkat keras pertahanan, China disebut membantu Rusia meningkatkan kemampuan satelit dan ruang angkasa lainnya untuk digunakan di Ukraina.

Dukungan dari China merupakan kompensasi atas kemunduran signifikan yang dialami industri pertahanan Rusia pada awal perang Ukraina akibat sanksi AS dan kontrol ekspor.

Presiden Joe Biden sudah menyampaikan kekhawatiran mengenai dukungan China terhadap basis industri pertahanan Rusia melalui panggilan telepon dengan Presiden Xi Jinping pada awal bulan ini, setelah pejabat lain berulang kali menyampaikan kekhawatiran tersebut kepada rekan-rekan mereka dari China. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga mengangkat masalah ini dengan sekutu AS selama kunjungannya ke Eropa baru-baru ini.

Bagaimanapun, China dinilai masih terus menghindari pemberian persenjataan mematikan kepada Rusia, sebagaimana telah diperingatkan oleh AS sejak awal perang Ukraina.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat