, Florida - Satu pot kecil tanah dari Bulan telah memberikan satu lompatan raksasa untuk pengetahuan manusia tentang pertanian luar angkasa. Ya, para ilmuwan untuk pertama kalinya menanam tanaman di tanah Bulan yang dibawa kembali oleh astronaut dalam program Apollo.
Eksperimen terobosan, yang dirinci dalam jurnal Communications Biology pada Kamis 12 Mei 2022, telah memberi para peneliti harapan bahwa suatu hari nanti mungkin menanam tanaman langsung di Bulan.
Baca Juga
Itu akan menghemat banyak kerumitan dan biaya misi luar angkasa di masa depan, memfasilitasi perjalanan yang lebih lama dan lebih jauh. Namun, menurut penulis studi dari University of Florida, masih banyak yang harus dipelajari tentang topik ini, dan mereka berniat untuk tidak meninggalkan kebutuhan bisnis yang terlewat.
Advertisement
"Penelitian ini sangat penting untuk tujuan eksplorasi manusia jangka panjang NASA," kata Bill Nelson, kepala badan antariksa AS seperti dikutip dari AFP, Jumat (13/5/2022).
"Kita perlu menggunakan sumber daya yang ditemukan di Bulan dan Mars untuk mengembangkan sumber makanan bagi astronaut masa depan yang tinggal dan beroperasi di luar angkasa."
Kronologi Percobaan
Untuk percobaan mereka, para peneliti hanya menggunakan 12 gram (beberapa sendok teh) tanah Bulan yang dikumpulkan dari berbagai tempat di Bulan selama misi Apollo 11, 12, dan 17.
Dalam pot berukuran kecil, mereka menempatkan sekitar satu gram tanah (disebut "regolit") dan menambahkan air, lalu benih. Mereka juga memberi tanaman larutan nutrisi setiap hari.
Para peneliti memilih menanam arabidopsis thaliana, kerabat sawi, karena mudah tumbuh dan yang terpenting telah dipelajari secara ekstensif. Kode genetik dan responsnya terhadap lingkungan yang tidak bersahabat -- bahkan di luar angkasa -- sudah dikenal luas.
Sebagai kelompok kontrol, benih juga ditanam di tanah dari Bumi serta sampel yang meniru tanah bulan dan Mars.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Bagaimana Hasilnya?
Hasilnya: setelah dua hari, semuanya tumbuh, termasuk sampel bulan.
"Setiap tanaman - baik dalam sampel Bulan atau kelompok kontrol - tampak sama sampai sekitar hari keenam," Anna-Lisa Paul, penulis utama makalah tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Namun setelah itu, perbedaan mulai terlihat: tanaman dalam sampel bulan tumbuh lebih lambat dan memiliki akar yang kerdil.
Setelah 20 hari, para ilmuwan memanen semua tanaman, dan menjalankan studi tentang DNA mereka.
Analisis mereka menunjukkan bahwa tanaman bulan bereaksi serupa dengan yang tumbuh di lingkungan yang tidak bersahabat, seperti tanah dengan terlalu banyak garam, atau logam berat.
Di masa depan, para ilmuwan ingin memahami bagaimana lingkungan ini dapat dibuat lebih ramah.
NASA sedang bersiap untuk kembali ke Bulan sebagai bagian dari program Artemis, dengan tujuan jangka panjang untuk membangun kehadiran manusia yang langgeng di permukaannya.
Advertisement
Misi 4 'Astronot' China Sukses Tumbuhkan 25 Tanaman
Sementara itu, pemerintah China mengirimkan 4 awak ke 'angkasa luar' selama enam bulan. Para 'astronaut' itu tinggal dalam kapsul kecil selama 180 hari.
Setelah 180 hari, mereka kembali ke 'Bumi' tanpa cedera dari eksperimen angkasa luar itu. Beberapa hal yang dipikirkan Wu Shiyun, salah satu awak adalah sangat ingin mandi air panas dan menyantap makanan laut.
Shiyun adalah salah satu dari empat orang yang terpilih untuk tinggal di dalam kapsul yang dirancang untuk meniru suasana di planet lain. Percobaan itu dilakukan guna melihat bagaimana makanan dan udara dapat digunakan dan dipertahankan dalam kondisi yang terkendali.
Menggunakan teknologi terinspirasi dari pesawat ruang angkasa China, Shenzhou. Tiga pria dan seorang wanita selaku 'astronaut', sukses menumbuhkan 25 jenis tanaman -- termasuk gandum dan stroberi.
Empat orang yang terpilih dari seleksi 2.000 lebih kandidat, hidup bersama dalam ruang tidak lebih besar dari lapangan olahraga net ball -- permainan bola dua tim yang dimainkan masing-masing 7 orang per tim.
Dalam percobaan itu, mereka juga harus menyesuaikan diri dengan "waktu Mars", yang 39 menit lebih lama dari hari di Bumi.
Tapi mereka mengaku menemukan satu cara yang sangat efektif untuk bersantai: Tai Chi.
"Menurut mereka yang tinggal di dalam kapsul, hal itu membantu dalam menenangkan emosi. Tapi analisis statistik rinci lebih lanjut diperlukan sebelum kita mencapai kesimpulan tertentu," kata Tong Feizhou, relawan lainnya.
Peneliti Kembangkan Cara Tumbuhkan Tanaman di Mars dengan Urine
Hampir seluruh makanan untuk para astronaut yang berada di Stasiun Antariksa Internasional (ISS) dibawa dari Bumi dengan menggunakan kargo. Namun dalam misi yang membutuhkan waktu lebih lama, seperti ke Mars, astronaut membutuhkan pasokan makanan mandiri.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, ilmuwan di Jerman berupaya menemukan cara agar urine dan keringat dapat membantu astronaut menumbuhkan makanan di Mars.
Seorang ahli fisiologi tanaman di German Aerospace Center (DLR), Jens Hauslage, meneliti cara menumbuhkan makanan di angkasa luar. Ia sedang melakukan uji coba yang melibatkan tank urine dan tanaman tomat.
"Bumi merupakan sistem biologi tertutup dengan tanaman yang memproduksi oksigen dan makanan; lalu kita memiliki hewan dan mikroba untuk memproses degardasi di tanah," ujar Hauslage kepada BBC.
"Tanpa sistem ini, tidak ada sistem jangka panjang pendukung kehidupan berkelanjutan," imbuh dia.
Dengan menggunakan bahan sintetis dan urine manusia, Hauslage melakukan eksperimen untuk membentuk kembali siklus tersebut yang bermanfaat bagi astronaut.
Misalnya, para ilmuwan mengisi kolom urin dengan batu apung. Di dalam lubang batu apung terdapat koloni bakteri pemakan urine yang mengonversi amonia dalam urine menjadi nitrit dan garam nitrat.
Dikutip dari Live Science, Minggu (19/3/2017), sebagian besar urine, keringat, dan air limbah di Stasiun Antariksa Internasional, didaur ulang kembali. Penelitian Hauslage menyelidiki penggunaan lain air tersebut untuk menumbuhkan makanan di angkasa luar.
Penelitian Hauslage akan diluncurkan ke angkasa luar pada tahun ini melalui misi Euglena and Combined Regenerative Organic-food Production in Space (Eu: CROPIS), yakni sebuah satelit berisi dua miniatur rumah kaca.
Satelit tersebut akan melakukan simulasi gravitasi Bulan selama enam bulan pertama untuk menguji potensi tumbuhnya sayuran di satelit alami Bumi itu. Setelah itu, satelit tersebut akan menyimulasikan gravitasi Mars.
Selama satelit mengorbit, akan ada 16 kamera yang mendokumentasikan pertumbuhan tomat. Sama seperti percobaan laboratorium, uji coba itu akan menggunakan bakteri terhadap urine sintetis yang dapat berfungsi sebagai pupuk tanaman tomat.
"Pada akhirnya, kami menyimulasikan dan menguji rumah kaca yang bisa dirakit di dalam habitat Bulan atau Mars untuk menyediakan astronaut makanan segar," ujar Hauslage.
Terkini Lainnya
Eksklusif, Debu Meteroit Langka Dipakai untuk Membuat Balok Lego
Bulan Menjauh dari Bumi 3,8 Sentimeter setiap Tahun
China Umumkan Calon Astronaut Pertama dari Hong Kong dan Macau
Bagaimana Hasilnya?
Misi 4 'Astronot' China Sukses Tumbuhkan 25 Tanaman
Peneliti Kembangkan Cara Tumbuhkan Tanaman di Mars dengan Urine
Bulan
tanaman
astronot
Astronaut
Tanah Bulan
Apollo
Berita Terkini
Rekomendasi
Bulan Menjauh dari Bumi 3,8 Sentimeter setiap Tahun
China Umumkan Calon Astronaut Pertama dari Hong Kong dan Macau
Mengenal Ledakan Pasir di Bulan, Bahaya yang Mengancam Nyawa Para Astronot
Apa Kabar 7 Astronot Apollo yang Masih Hidup? Ini Kisah Mereka Usai Misi ke Bulan
Setahun Menikahkan Dua Anak, Apakah Salah? Bagaimana Pandangan Islam?
Fakta-Fakta Proyek DearMoon Gagal Terbang ke Bulan
China Kibarkan Bendera Nasionalnya di Sisi Jauh Bulan
Mengenal Rashid Rover, Misi Bulan Pertama Negara Arab
Teori-Teori Pembentukan Bulan, Satelit Bumi yang Menyusut
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Copa America 2024: Laga Brasil Melawan Kolombia Berakhir Tanpa Pemenang
Hasil Copa America 2024: Kolombia Jadi Juara Grup Usai Tahan Imbang Brasil, Kosta Rika Tekuk Paraguay
Link Live Streaming Copa America 2024 Brasil vs Kolombia, Sesaat Lagi Tanding di Vidio
Link Live Streaming Copa America 2024 Brasil vs Kolombia, Rabu 3 Juli Pukul 08.00 WIB di Indosiar dan Vidio
Prediksi Copa America 2024 Brasil vs Kolombia: Misi Hindari Uruguay
Timnas Indonesia U-16
Timnas U-16 Indonesia Vs Vietnam: Nova Arianto Yakin Garuda Muda Bisa Bangkit
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Rabu 3 Juli Pukul 03.00 WIB di Indosiar dan Vidio
Rekor Pertemuan Indonesia vs Vietnam di Piala AFF U-16, Kembali Adu Penalti?
Prediksi Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia: Penghiburan Medali Perunggu
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Link Siaran Langsung Vietnam vs Indonesia di Vidio: Perebutan Peringkat 3 AFF U-16 2024
Judi Online
Sidak Ponsel Personel Polisi di Ponorogo Antisipasi Judi Online, Apa Hasilnya?
5 Ciri Jika Kamu Sudah Kecanduan Judi Online, Segera Tangani
Pimpinan MPR Sayangkan PPATK Belum Serahkan Nama Anggota DPR Terlibat Judi Online
Gawat! 82 Persen Pengguna Internet Terpapar Iklan Judi Online
Menko PMK Pastikan Pelaku Judi Online Dihukum Berat dan Tak Dapat Bansos
Puan Minta MKD Buka Daftar Anggota DPR yang Diduga Terlibat Judi Online
Pilkada 2024
Pilkada 2024, Burhanuddin Didukung Maju Jadi Cabup Bombana
PKPU soal Syarat Eks Napi Koruptor Maju Pilkada Harus dengan Catatan
PKB Serahkan 4 Rekomendasi ke Bakal Calon di Pilkada 2024, Simak Daftarnya
Menanti Langkah PDIP Menentukan Pilihan Sosok untuk Maju di Pilkada Jakarta
Survei: Elektabilitas Helldy Agustian Tertinggi di Pilwalkot Cilegon
KPU RI Resmi Terbitkan Peraturan Anyar soal Batasan Usia Kepala Daerah, Ini Isinya
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
2 Juli 1881: Penembakan Tragis Presiden ke-20 Amerika Serikat James A. Garfield di Hadapan Anaknya
Populer
Kisah Izumo Kotanya Para Jagoan IT di Jepang, Mayoritas dari Eropa Timur
Rusia Klaim Hancurkan 5 Jet Militer Ukraina di Pangkalan Udara, Kemampuan Kyiv Jaga Pesawat Bantuan Diragukan
Hong Kong Bersiap Sambut 2 Panda dari China
Kecelakaan Pesawat Jet Militer Subsonik Su-25 Georgia Saat Latihan, Pilot Tewas
Polisi Australia Tangkap Remaja 14 Tahun Pelaku Penusukan di Universitas Sydney
Istri Presiden Pertama RI Ratna Sari Dewi Sukarno ke Lokasi Gempa Hualien Taiwan, Beri Donasi Rp1 Miliar
Korban Tewas Insiden Terinjak-injak di Acara Keagamaan India Bertambah Jadi 116 Orang
Jutaan Nyamuk Wolbachia Dilepas di Hawaii, Demi Selamatkan Spesies Burung dari Kepunahan
Petaka Pertemuan Keagamaan di India, 87 Orang Tewas Terinjak Akibat Berdesakan
Euro 2024
Di Istanbul, Suporter Sambut Meriah Kemenangan Turki atas Austria
Dua Gol Merih Demiral Antar Turki Melaju ke Perempat Final Euro 2024
Bungkam Rumania 0-3, Belanda Raih Tiket Perempat Final Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Berita Terkini
Yunani Tambah Jam Kerja Karyawan Jadi 6 Hari Kerja Sepekan
Jumlah Penonton Ipar Adalah Maut 3,8 Juta, Resmi Kalahkan Ayat-ayat Cinta dan Sekuelnya
Mau Selamat saat Dihisab di Hari Kiamat? Ini Kuncinya dari Buya Yahya
6 Resep Daging Kambing Bumbu Kecap Pedas Manis, Bikin Keluarga Ketagihan
VIDEO: Di-PHK Sepihak, Massa Buruh Duduki Pabrik Tekstil di Pekalongan Tuntut Gaji dan Pesangon
Berapa Gaji Parkir Pesawat? Segini Nominal dan Tugasnya
Sempat Diretas, Bagaimana Nasib Data Penumpang KAI Commuter?
Gunung Ibu Meletus Dahsyat Lagi, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 3.000 Meter
Jalan Kaki 10 Menit Habis Makan Siang Bikin Kurus, Begini Tips dan Triknya
Driver Ojol Lapor Polisi Usai Dapat Orderan Paket Berisi Narkoba di Cengkareng
4 Resep Sop Kambing Betawi yang Enak dan Tidak Prengus, Mudah Dipraktikkan
Matthijs de Ligt Beri Lampu Hijau untuk Kepindahan ke Manchester United, Berapa Harga Pasarnya?
Gunung Lewotobi Laki-Laki Meletus Lagi, Kolom Abu Letusan Capai 800 Meter
Bukan Minyak dan Air, PKS dan PDIP Sudah Sering Koalisi di Pilkada
Hizbullah Serang Israel Utara dengan Puluhan Roket Katyusha, Balas Kematian Warga Sipil