, Beijing - Sebuah laporan hasil studi gabungan berskala internasional menyebut pada Rabu 22 Mei, bahwa emisi gas CFC yang merusakan lapisan ozon, banyak berasal dari wilayah China Timur.
Temuan ini mengkonfirmasi kecurigaan banyak ilmuwan, kelompok lingkungan dan pembuat kebijakan pasca-studi awal tahun lalu, yang melaporkan emisi gas global baru, CFC-11, ditemukan sebagian besar sumbernya dari Asia Timur.
Dikutip dari The Straits Times pada Kamis (23/5/2019), hasil studi baru tersebut akan menambah tekanan internasional pada pemerintah China, untuk mengurangi pemggunaan CFC-11 secara ilegal.
Advertisement
Baca Juga
Laporan ini juga mengkonfirmasi hasil beberapa penelitian, termasuk salah satunya oleh The New York Times, yang menemukan bukti bahwa pabrik-pabrik di Shandong, salah satu provinsi yang disebut dalam studi terkait, masih menggunakan CFC-11 untuk membuat insulasi busa.
CFC-11 adalah salah satu golongan senyawa klorofluorokarbon yang merusak ozon atmosfer. Gas ini juga dituding sebagai pemicu terbesar efek rumah kaca, di mana memicu pemanasan global.
Klorofluorokarbon dilarang untuk hampir semua penggunaan oleh Protokol Montreal, yakni pakta internasional yang dinegosiasikan beberapa dekade lalu, untuk menjaga lapisan ozon tidak menipis, sehingga mampu menghalangi radiasi ultraviolet dari matahari.
Jumlah berlebihan dari beberapa jenis radiasi UV dapat menyebabkan kanker kulit dan kerusakan mata pada orang, serta berbahaya bagi tanaman dan tumbuh-tumbuhan lainnya.
Setelah studi awal tahun lalu, China menyangkal bahwa ada pelanggaran serius terhadap larangan bahan kimia, tetapi juga berjanji untuk menghapuskan produksi dan penggunaannya secara ilegal.
Kementerian Ekologi dan Lingkungan China mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya sedang mempersiapkan jawaban atas pertanyaan tentang temuan baru yang dikirim The Times pekan lalu.
Dalam sebuah pernyataan, Joyce Msuya, penjabat direktur eksekutif Program Lingkungan PBB, yang mengelola Protokol Montreal, mengatakan bahwa tindakan terhadap CFC-11 "sedang dilakukan oleh semua pihak di tingkat internasional dan oleh China di dalam negeri".
"Semua pihak menghargai urgensi untuk memastikan perlindungan berkelanjutan lapisan ozon," tambahnya.
Penurunan emisi klorofluorokarbon di bawah Protokol Montreal diharapkan akan menghasilkan pemulihan penuh lapisan ozon pada pertengahan abad ini. Emisi baru dapat menunda pemulihan itu selama satu dekade atau lebih, kata para ilmuwan.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Emisi Berbahaya Berasal dari Provinsi Shandong dan Hebei
![Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/ZPYC6WQjB5uOAIP5DR6wQFvbhCo=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2704247/original/044238300_1547530681-Bendera_China.jpg)
Studi baru, yang diterbitkan dalam jurnal Nature, menggunakan data dari situs pemantauan di Korea Selatan dan Jepang, yang menganalisis sampel udara setiap beberapa jam. Data dimasukkan ke dalam simulasi komputer yang memodelkan bagaimana atmosfer menyebarkan polutan.
Empat model independen digunakan, kata Dr Park Sunyoung, seorang peneliti di Kyungpook National University di Daegu, Korea Selatan, dan penulis utama makalah ini.
"Semua hasilnya konsisten," katanya. "Ini sangat meyakinkan."
Selain Shandong, studi tersebut mengutip provinsi Hebei sebagai sumber utama emisi CFC-11.
Dr Matt Rigby, seorang ilmuwan atmosfer di University of Bristol di Inggris dan penulis utama lainnya, mengatakan studi itu mendapat manfaat darim penggunaan data situs yang relatif dekat dengan China.
Kedua stasiun pemantauan berada di pulau-pulau yang hanya berjarak beberaoa ratus kilometer dari pesisisr China.
Dalam studi yang dilakukan pada 2018 itu, data terdekat dikumpulkan di Hawaii, sekitar 8.047 kilometer jauhnya.
Setelah temuan awal tahun lalu, beberapa ahli mwnduga beberapa CFC-11 dapat berasal dari Korea Utara. Tetapi studi terbaru secara efektif mengesampingkan dugaan tersebut, kata Dr Rigby.
"Kami tidak dapat menemukan peningkatan emisi yang signifikan secara statistik," katanya.
Tetapi penelitian ini tidak menjelaskan asal-usul semua emisi baru CFC-11, yang diperkirakan antara 11.000 dan 17.000 metrik ton per tahun. Beberapa mungkin datang dari lokasi yang jauh dari stasiun pemantauan, seperti wilayah di Amerika Selatan atau Afrika, atau bahkan bagian lain dari China.
"Tempat lain, negara lain, bisa berkontribusi," kata Dr Park. "Tapi kita tidak punya data."
Advertisement
Kebijakan Bercabang China
![Presiden China Tiba di Hong Kong](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/fVRMnri9uRITnoGcK2_kS88TjwA=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1635545/original/044255100_1542713170-xia.jpg)
Otoritas China berpegang pada kebijakan bercabang mereka, yakni mengabaikan masalah di lapangan, namun juga menjanjikan kontrol pembatasan.
Dalam upaya keras yang dimulai pada paruh kedua tahun 2018, para pejabat China memeriksa 1.172 unit bisnis dan hanya menemukan 10 entitas yang menggunakan CFC-11, kata Liu Youbin, juru bicara Kementerian Lingkungan Hidup dan Ekologi setempat, pada konferensi pers Oktober.
Baru-baru ini, pejabat lingkungan China terus meyakinkan bahwa produksi CFC-11 ilegal tidak tersebar luas di Tiongkok,
"Pemerintah Tiongkok selalu mengambil sikap tanpa toleransi terhadap kegiatan ilegal terkait bahan perusak ozon," kata Guo Jing, kepala departemen kerja sama internasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Ekologi China, pada bulan Maret, mengutip kantor berita resmi China. Xinhua.
Klaim Guo Jing diamini oleh Avipsa Mahapatra, pemimpin kampanye iklim di Badan Investigasi Lingkungan, yang mengatakan bahwa pemerintah China telah menangani masalah CFC-11 dengan sangat serius.
"Mereka telah bergabung dengan kami dan komunitas internasional dengan cara yang sangat konstruktif, untuk memastikan bahwa mereka tidak hanya bertindak dengan menekan pabrik-pabrik nakal, tapi juga berushaa mengatasinya secara sistemik," jelas Mahapatra.
Sementara itu, stasiun pemantauan di Jepang dan Korea Selatan adalah bagian dari jaringan sekitar belasan situs, yang berjuluk Eksperimen Gas Atmosfer Global Berkelanjutan, di mana secara keseluruhan telah mengukur 50 gas.
Terkini Lainnya
Presiden China Ucapkan Selamat Atas Kemenangan Jokowi di Pilpres 2019
Episode Terakhir Game of Thrones Telat Tayang di China, Fans Marah
Tuding AS Halangi Operasional Huawei, China Ancam Akan Balas Dendam
Emisi Berbahaya Berasal dari Provinsi Shandong dan Hebei
Kebijakan Bercabang China
China
Lingkungan
Rekomendasi
Bersama Musisi, IKLIM Terus Tingkatkan Kesadaran Masyarakat soal Krisis Iklim
Di Norwegia, Menteri LHK Tekankan Peran Kritis Hutan Tropis
Ecokurban di DLH Kota Palu, Tas Berbahan Daun Kelapa Gantikan Plastik sebagai Kemasan Daging Kurban
Datangi Markas Unilever, Aktivis Greenpeace Indonesia Gelar Aksi "Kembali ke Pengirim"
Jurus MHU Jaga Lingkungan Sekitar Tambang
Pemkot Bandung Teken 17 Komitmen Bersama soal Lingkungan, Apa Isinya?
Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024, BRI Life Ajak Nasabah Ikut Tanam Pohon
Asuransi Simas Jiwa Komitmen Dukung Keberlanjutan Lingkungan
Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Para Arsitek Sampaikan Ini
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Copa America 2024: Laga Brasil Melawan Kolombia Berakhir Tanpa Pemenang
Hasil Copa America 2024: Kolombia Jadi Juara Grup Usai Tahan Imbang Brasil, Kosta Rika Tekuk Paraguay
Link Live Streaming Copa America 2024 Brasil vs Kolombia, Sesaat Lagi Tanding di Vidio
Link Live Streaming Copa America 2024 Brasil vs Kolombia, Rabu 3 Juli Pukul 08.00 WIB di Indosiar dan Vidio
Prediksi Copa America 2024 Brasil vs Kolombia: Misi Hindari Uruguay
Timnas Indonesia U-16
Timnas U-16 Indonesia Vs Vietnam: Nova Arianto Yakin Garuda Muda Bisa Bangkit
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Rabu 3 Juli Pukul 15.00 WIB di Indosiar dan Vidio
Rekor Pertemuan Indonesia vs Vietnam di Piala AFF U-16, Kembali Adu Penalti?
Prediksi Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia: Penghiburan Medali Perunggu
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Link Siaran Langsung Vietnam vs Indonesia di Vidio: Perebutan Peringkat 3 AFF U-16 2024
Judi Online
Sidak Ponsel Personel Polisi di Ponorogo Antisipasi Judi Online, Apa Hasilnya?
5 Ciri Jika Kamu Sudah Kecanduan Judi Online, Segera Tangani
Pimpinan MPR Sayangkan PPATK Belum Serahkan Nama Anggota DPR Terlibat Judi Online
Gawat! 82 Persen Pengguna Internet Terpapar Iklan Judi Online
Menko PMK Pastikan Pelaku Judi Online Dihukum Berat dan Tak Dapat Bansos
Puan Minta MKD Buka Daftar Anggota DPR yang Diduga Terlibat Judi Online
Pilkada 2024
Pilkada 2024, Burhanuddin Didukung Maju Jadi Cabup Bombana
PKPU soal Syarat Eks Napi Koruptor Maju Pilkada Harus dengan Catatan
PKB Serahkan 4 Rekomendasi ke Bakal Calon di Pilkada 2024, Simak Daftarnya
Menanti Langkah PDIP Menentukan Pilihan Sosok untuk Maju di Pilkada Jakarta
Survei: Elektabilitas Helldy Agustian Tertinggi di Pilwalkot Cilegon
KPU RI Resmi Terbitkan Peraturan Anyar soal Batasan Usia Kepala Daerah, Ini Isinya
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
2 Juli 1881: Penembakan Tragis Presiden ke-20 Amerika Serikat James A. Garfield di Hadapan Anaknya
Populer
14 Negara Keluarkan Imbauan, Minta Warga Hindari Lebanon Imbas Tensi Tinggi Konflik Israel-Hizbullah
Hujan Badai di China Picu 242.000 Orang Dievakuasi, Ketinggian Air Sungai Yangtze Kian Mengkhawatirkan
3 Juli 2022: Tragedi Longsor Gletser Gunung Marmolada di Pegunungan Alpen Italia, 10 Pendaki Tewas
Ratusan Pendemo Turun ke Jalanan Kota Mexico City, Advokasikan Hak-hak Hewan
Kecelakaan Pesawat Jet Militer Subsonik Su-25 Georgia Saat Latihan, Pilot Tewas
PM Lebanon Sebut Negaranya Sedang Berperang, Buntut Konflik Israel Vs Hamas Meluas ke Hizbullah
Hizbullah Serang Israel Utara dengan Puluhan Roket Katyusha, Balas Kematian Warga Sipil
Istri Presiden Pertama RI Ratna Sari Dewi Sukarno ke Lokasi Gempa Hualien Taiwan, Beri Donasi Rp1 Miliar
7 Fenomena Astronomi Juli 2024, Ada 2 Hujan Meteor
Mengapa Negara-negara Eropa Timur Banyak yang Jago IT? Ini Alasannya
Euro 2024
Di Istanbul, Suporter Sambut Meriah Kemenangan Turki atas Austria
Dua Gol Merih Demiral Antar Turki Melaju ke Perempat Final Euro 2024
Bungkam Rumania 0-3, Belanda Raih Tiket Perempat Final Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Berita Terkini
Platform Online Asing Boleh Punya Usaha Logistik, Karyawan Tiki Dkk Terancam PHK
Ratusan Buruh Berunjuk Rasa di Kawasan Patung Kuda Jakarta
Aulia Rachman Siap Maju Pilwalkot Medan: Insya Allah, Siap Juga 'Ganti Baju'
8 Potret Melody Prima saat Asuh Anak, Umumkan Kehamilan Ketiga
Ketetapan KPU soal Batas Usia Kepala Daerah Dihitung Sejak 1 Januari 2025 Dinilai Tidak Sah
Potret Carissa Puteri Nonton Euro Bareng Anak di Esprit Arena Dusseldorf, Seru Dukung Prancis
Yunani Tambah Jam Kerja Karyawan Jadi 6 Hari Kerja Sepekan
Jumlah Penonton Ipar Adalah Maut 3,8 Juta, Resmi Kalahkan Ayat-ayat Cinta dan Sekuelnya
Mau Selamat saat Dihisab di Hari Kiamat? Ini Kuncinya dari Buya Yahya
6 Resep Daging Kambing Bumbu Kecap Pedas Manis, Bikin Keluarga Ketagihan
Berapa Gaji Parkir Pesawat? Segini Nominal dan Tugasnya
Sempat Diretas, Bagaimana Nasib Data Penumpang KAI Commuter?
Gunung Ibu Meletus Dahsyat Lagi, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 3.000 Meter