, Brasil - Jika Anda melakukan kejahatan, maka adalah tindakan bodoh untuk membanggakannya di di depan banyak orang. Namun, itulah yang dilakukan pasangan penambang ilegal di Brasil. Keduanya berkoar-koar di bar, mengumuman tindakan keji yang mereka lakukan dengan suku terasing yang tersisa di muka Bumi.
Jaksa penuntut umum Brasil sedang melakukan investigasi, menyusul laporan dari publik yang mengatakan, dua penambang ilegal emas di Sungai Amazon membunuh 10 hingga 20 orang anggota suku terasing. Kini kedua pelaku harus mendekam di penjara.
Baca Juga
VIDEO: Gempa Berkekuatan 7,2 Skala Richter Mengguncang Peru bagian Selatan
Gempa M 7,2 Guncang Peru Selatan, Getaran Terasa hingga Ibu Kota dan Buat Tempat Tidur Goyang
Hasil Copa America 2024: Miguel Araujo Diusir Wasit, Kanada Bungkam Perlawanan Peru
Dikutip dari The News.com.au, Selasa (12/9/2017) polisi federal dan jaksa penuntut umum kini tengah menginvestigasi pembunuhan suku terasing itu yang tinggal di perbatasan Peru dan Kolombia.
Advertisement
Penyelidikan tersebut dilakukan setelah para penambang emas membual tentang pembunuhan di sebuah bar. Para penambang tersebut dilaporkan mengacungkan dayung buatan tangan yang mereka klaim diambil dari suku pedalaman.
Leila Silvia Burger Sotto-Maior, yang bekerja untuk sebuah lembaga di Brasil untuk urusan pribumi dan merupakan koordinator departemen untuk suku-suku terasing, baru-baru ini dihubungi terkait dengan kasus ini.
Pihaknya mengajukan gugatan ke kantor kejaksaan setelah mengetahui tentang pria yang membual melakukan pembunuhan tersebut saat pesta menenggak alkohol
"Itu adalah pembicaraan di bar yang kejam," kata Sotto-Maior kepada The New York Times.
"Mereka bahkan membual tentang memotong mayat dan melemparkannya ke sungai," lanjutnya.
Pembantaian tersebut diduga terjadi bulan lalu. "Para penambang tersebut mengklaim, mereka harus membunuh orang-orang suku terasing itu atau dibunuh," jelas Sotto-Maior.
Penyidik mengatakan, jasad anggota suku itu dimutilasi lalu dibuang di sungai. "Ada banyak petunjuk, tapi masih perlu dibuktikan," tambahnya lagi.
Penambang liar merupakan salah satu ancaman paling mendesak bagi masyarakat yang tidak terkontaminasi di Amazon dan telah dipersalahkan karena mengenalkan penyakit baru serta mencemari sungai dan hutan.
Tahun lalu pemerintah Peru mengumumkan sebuah keadaan darurat karena kontaminasi merkuri yang disebabkan oleh penambangan emas ilegal di Amazon.
Fiona Watson, Direktur Kampanye di Survival International, sebuah kelompok hak ulayat global yang didedikasikan untuk melindungi hak-hak masyarakat adat suku tertutup mengatakan, butuh perlindungan bagi suku-suku itu.
"Belum lama ini, banyak yang menolak adanya suku-suku yang tidak terkontaminasi dan mengklaim bahwa mereka dapat mengklaim tanah mereka dengan kekebalan hukum," kata Fiona Watson, Direktur Kampanye di Survival International, kepada News.com.au pada Desember lalu.
"Kami memberi masyarakat suku asli keterampilan menggunakan sarana untuk berbicara dengan dunia, dan meningkatkan kesadaran akan krisis kemanusiaan yang mendesak dan mengerikan ini," lanjut Watson yang organisasinya bergerak untuk melindungi hak ulayat masyarakat adat.
Menurut Survival International, mengingat suku Amazon yang tidak terkontaminasi itu berjumlah kecil, insiden pembunuhan tersebut bisa mengakhiri sejarah kelompok etnis terpencil yang nyaris musnah itu.
"Jika 10 suku asli dikonfirmasi terbunuh, itu bisa mewakili 20 persen populasi suku tersebut."
Presiden Brasil Diduga Juga Membantai Suku Pedalaman
Tak hanya para penambang ilegal yang harus berhadapan dengan hukum, Presiden Brasil Michel Temer pun demikian.
Presiden yang kini mendapat sorotan atas tuduhan korupsi mendapat kecaman atas dugaan pembantaian dan laporan pembunuhan pribumi lainnya di Brasil tahun ini.
Jaksa juga menyelidiki keluhan lain tentang dugaan pembunuhan penduduk asli dari suku Warikama Djapar yang terisolasi. Serangan tersebut diduga terjadi di bulan Mei namun belum dikonfirmasi.
"Jika laporan ini dikonfirmasi, Presiden Temer dan pemerintahnya menanggung tanggung jawab besar atas serangan genosida ini," kata Direktur Internasional Survival Stephen Corry dalam sebuah pernyataan.
"Semua suku ini seharusnya memiliki tanah mereka, diakui dan dilindungi dengan benar. Dukungan pemerintah agar mereka membuka wilayah adat benar-benar memalukan," lanjut Corry.
Pemerintahan Presiden Temer telah menghadapi kritik internasional setelah mengabaikan isu lingkungan dan hak-hak masyarakat adat di tengah krisis ekonomi. Beberapa kelompok pemerintah yang bertugas melindungi wilayah pribumi yang tidak terkontaminasi akhir-akhir ini mengeluh karena dana mereka yang dipotong oleh pemerintah Brasil. Bahkan beberapa lembaga terkait hak ulayat harus ditutup.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Penampakan 'Suku Tak Terjamah' di Pedalaman Amazon
Pada November 2016, foto-foto dari udara di atas Amazon menemukan hal yang menarik. Tim foto melihat penampakan pertama suku terpencil yang masih belum 'terjamah'.
Gambar tersebut menguak adanya peradaban penduduk asli di wilayah terpencil di utara Brasil, Yanomami, yang menurut ahli bisa 'punah' kapan saja. Desa yang diperkirakan dihuni oleh 100 penduduk itu berada tak jauh dari perbatasan Venezuela. Mereka digambarkan memiliki adat yang terlihat seperti suku 'yano' Yanomami.
Menurut kelompok advokasi suku, Survival International, mereka membangun rumah membentuk lingkaran. Setiap sisi persegi bangunan tempat tinggal dihuni keluarga yang berbeda.
Mereka digambarkan bergelayut di hammock, membuat api unggun dan menyimpan bahan makanan.
Organisasi itu memperingatkan, bahwa suku pedalaman tersebut berada dalam bahaya, akibat 5.000 penambang emas liar yang berada di wilayah tersebut.
"Penambang menyebarkan penyakit seperti malaria di wilayah tersebut dan mengotori sumber makanan dan air Yanomami dengan air raksa. Hal ini bisa menimbulkan masalah kesehatan yang serius," kata Survival International melalui keterangan tertulisnya.
Penyakit yang dibawa dari luar seperti flu dan campak juga bisa sangat berbahaya bagi penduduk asli yang tinggal di wilayah terpencil itu.
Suku pedalaman Amazon tersebut memiliki pengetahuan mengenai tumbuh-tumbuhan yang sangat luas. Mereka menggunakan sekitar 500 tanaman sebagai bahan makanan, obat-obatan, dan membangun rumah.
Anggota suku terpencil tersebut menghidupi keluarganya dengan cara berburu, mengumpulkan makanan, dan memancing.
Tidak hanya itu, mereka juga bercocok tanam seperti menumbuhkan ubi kayu dan pisang, yang ditanam di dalam kebun hutan yang bersih.
"Gambar menakjubkan ini merupakan bukti lebih lanjut mengenai keberadaan suku terasing dari peradaban modern. Mereka tidak brutal tapi lebih kompleks dan merupakan bagian dari masyarakat kontemporer yang haknya harus dihormati," kata Direktur Survival International, Stephen Corry melalui keterangan tertulisnya.
Corry juga menyatakan bahwa komunitas itu dapat hidup dengan baik tanpa adanya 'kemajuan' dan 'perkembangan'.Menurut Survival International, penemuan suku terpencil tersebut memberitahukan bahwa mereka tak ingin diganggu dan 'sengaja' mengasingkan diri dari Yanomami lainnya.
Sekitar 22 ribu Yanomami hidup di daerah perbatasan Brasil dengan Venezuela, dan setidaknya 3 kelompok belum terjamah dengan 'dunia luar'.
"Kami memperkirakan ada sekitar 100 suku terasing di seluruh dunia, kebanyakan dari mereka berasal di Amerika Selatan, Amazon," ujar juru bicara Survival International.
Terkini Lainnya
VIDEO: Gempa Berkekuatan 7,2 Skala Richter Mengguncang Peru bagian Selatan
Gempa M 7,2 Guncang Peru Selatan, Getaran Terasa hingga Ibu Kota dan Buat Tempat Tidur Goyang
Hasil Copa America 2024: Miguel Araujo Diusir Wasit, Kanada Bungkam Perlawanan Peru
Penampakan 'Suku Tak Terjamah' di Pedalaman Amazon
Brasil
Suku Terasing
Sungai Amazon
peru
Rekomendasi
Gempa M 7,2 Guncang Peru Selatan, Getaran Terasa hingga Ibu Kota dan Buat Tempat Tidur Goyang
Hasil Copa America 2024: Miguel Araujo Diusir Wasit, Kanada Bungkam Perlawanan Peru
Ini Bahasa Paling Langka di Dunia, Hanya Satu Penutur yang Masih Mahir
Hasil Copa Amerika 2024: Peru dan Chile Bermain Imbang
Hasil Copa America 2024: Lini Depan Mandek, Duel Peru vs Cile Berakhir Tanpa Gol
Listrik Padam Bandara Lima Peru Bikin Ribuan Penumpang Terdampar
Perundingan Perdana Indonesia-Peru CEPA Dimulai, Target Selesai November 2024
Tabrakan Bus dan Kereta Kargo di Peru Tewaskan 4 Orang, 30 Lainnya Terluka
Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal Lengkap Pertandingan 8 Besar Euro 2024
Terkesan Penampilannya di Euro 2024, Real Madrid Ingin Datangkan Rekan Setim Jude Bellingham
Top 3: Pola Makan Nabati Bisa Perlambat Perkembangan Kanker Prostat
Top 3 Berita Bola: Timnas Belanda Lolos ke Perempat Final Euro 2024, Ronald Koeman Malah Menyesal
Copa America 2024
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador di Vidio
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Jadwal Siaran Langsung Argentina vs Ekuador di Perempat Final Copa America 2024 di Vidio
Prediksi Copa America 2024 Argentina vs Ekuador: Semuanya Memihak Tim Tango
Timnas Ekuador Siap Berjuang Mati-matian di Perempat Final Copa America 2024
Copa America 2024 Argentina Vs Ekuador: Tim Tanggo Didukung Rekor Apik
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Demokrat Rekomendasikan Dukungan ke 3 Paslon Ini untuk Pilkada Papua Barat, Babel, dan Jambi
Coklit Pilkada 2024 Sudah Sasar 16,6 Juta Pemilih di Jatim, Target Tuntas di Hari ke-20
Kata Sekjen PKS soal Kaesang Disodorkan Jokowi untuk Maju di Pilkada Jakarta 2024
Survei Warna Research Center: Tingkat Elektabilitas Hendy Siswanto dan Faida Tinggi Jelang Pilkada Jember 2024
Respons Jokowi soal Kabar Kaesang Maju Pilkada Jakarta 2024, Benarkah Sodorkan ke Parpol?
Ridwan Kamil Dianggap Masih Kuat di Pilkada Jawa Barat, Bawa Untung Buat Golkar
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
5 Juli 2019: Gempa Bumi M6,9 di California, Bangunan Bergoyang dan Terjadi Kebakaran
Populer
33 Negara Ikut International Mayors' Forum 2024 di Jakarta, Diskusi Pemerintah Kota untuk Percepat Pembangunan Berkelanjutan
Dino Patti Djalal Launching Buku Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia
Letnan Jenderal Jennie Carignan Jadi Wanita Pertama Pimpin Militer Kanada, Ibu 4 Anak
Klarifikasi Kemlu RI: Anggota PPLN Den Haag dalam Kasus Asusila Ketua KPU Hasyim Asy'ari Bukan Seorang Diplomat
Joe Biden: Abaikan Perubahan Iklim adalah Tindakan Mematikan dan Tak Bertanggung Jawab
Mengulas Kisah Gayton McKenzie, Mantan Gangster yang Kini Jadi Menteri Afrika Selatan
Ngeri, Ekstremis di Mali Serang Pesta Pernikahan dan Tewaskan 21 Orang
Kondisi Pilu Anak-anak Gaza: Alami Penyakit Kulit Akibat Minim Air Bersih dan Sanitasi
5 Juli 2019: Gempa Bumi M6,9 di California, Bangunan Bergoyang dan Terjadi Kebakaran
Beredar Kabar Pesawat Israel Ditolak Isi Bahan Bakar di Turki, Begini Kronologinya
Ketua KPU
Skandal Asusila eks-Ketua KPU, Apakah Dosa Zina Bisa Diampuni Allah? Buya Yahya Bilang Begini
HEADLINE: Skandal Asusila Ketua KPU Hasyim Asy'ari yang Dipecat DKPP, Berujung Proses Pidana?
7 Respons Berbagai Pihak Mulai Parpol, KPU, hingga Jokowi Usai DKPP RI Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari
Jokowi Sebut Keppres Pemberhentian Hasyim Asy'ari dari Ketua KPU Masih Diproses
DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari, Jokowi Pastikan Pilkada 2024 Jujur dan Adil
Berita Terkini
Pasar Tablet Ramai Bikin Poco Tergiur Boyong Poco Pad ke Indonesia
Top 3: Upah Minimum UMP dan UMK Berbeda Bikin Penasaran
Ini Alasan KY Pantau Sidang Pra Peradilan Pegi Setiawan
Top 3 Islami: Kisah Karomah Mbah Kholil Bangkalan yang Bikin Takjub Gurunya, Doa Syaikh Abdul Qadir al-Jilani Bikin Iblis Terbakar
Asal-usul Pecel Lele, Makanan Favorit Naufal Hafidz Si Jenius dari ITB
Gunung Ibu Masih Terus Erupsi hingga Jumat Pagi 5 Juli 2024, Kolom Abu Capai 3.000 Meter
Cuaca Hari Ini Jumat 5 Juli 2024: Hujan Guyur Jabodetabek Siang Nanti
Kasus Korupsi BTS 4G, Mantan Komisaris Ini Divonis Hukuman 5 Tahun Penjara
Pertamina Klaim Bisa Produksi Biodiesel B100, Tapi Harganya Belum Murah
Respons BEI Terkait Saham Emiten Baru Banyak yang Loyo
Mengintip Pesona Sanghyang Heuleut, Wisata Alam Indah di Bandung Barat
Wali Kota Depok Sudah Serahkan Rancangan Perda Pertanggungjawaban APBD 2023
Perusahaan Kripto di AS Wajib Lapor Pajak pada 2026
Sudah Ditaksir Manchester United 2 Tahun, Bintang Euro 2024 Malah Lebih Tertarik Gabung Real Madrid
Bukan Cuma Perawatan Medis, Anak dengan Kanker Perlu Dapat Dukungan Psikososial