uefau17.com

Mengapa Nominal Uang Angpau Imlek Selalu Genap? Begini Penjelasannya - Surabaya

, Surabaya - Merayakan tahun baru Imlek rasanya kurang sempurna kalau tidak ada angpau. Hadiah yang biasanya berisi uang ini sangat ditunggu-tunggu. Meski pun memberikan angpau dapat dilakukan kapan pun, namun tradisi Tionghoa ini biasanya makin sering dibincangkan saat Imlek.

Menurut kamus besar bahasa Mandarin, angpau didefinisikan sebagai uang yang dibungkus dalam kemasan merah sebagai hadiah, bonus bayaran, uang bonus yang diberikan kepada pembeli, dan juga bisa diartikan sebagai uang sogokan.

Angpau sering muncul pada momen kebersamaan di tengah masyarakat atau keluarga. Seperti pada acara pernikahan, ulang tahun, merayakan rumah atau barang baru, bisa juga diberikan kepada pemain barongsai sebagai saweran, beramal kepada guru religius atau diberikan pada saat momen perayaan Imlek.

Pada momen pernikahan, biasanya pasangan yang menikah mendapatkan angpau dari kerabat yang lebih tua. Angpau juga terkadang diberikan kepada mempelai oleh tamu undangan sebagai bentuk selamat.

Dalam tradisi Tionghoa, angpau berarti lambang kegembiraan dan semangat yang dapat membawa hoki di kemudian hari. Warna merah pada bungkus angpau punya arti sebagai ungkapan semoga beruntung dan mengusir energi negatif.

Tak heran bila angpau tidak diberikan saat momen kesedihan atau belasungkawa. Itu karena bisa diartikan sebagai bersuka cita atas musibah dan kesedihan orang yang diberi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penerima Angpau

Umumnya yang menerima angpau adalah anak-anak kecil. Meskipun bisa juga diberikan kepada orang yang derajatnya di bawah orang yang memberi. Biasanya sang pemberi angpau adalah orang yang sudah menikah.

Angpau biasanya diberikan dalam uang pecahan lebih kecil, bahkan bisa juga diberikan dalam bentuk uang receh. Ini bertujuan agar penerima angpau tidak bisa menebak jumlah pastinya.

Biasanya anak-anak yang menerima angpau tidak diizinkan membuka amplop secara langsung, apa lagi di depan si pemberi. Itu dimaksudkan agar tidak terjadi rasa canggung di antara para pemberi angpau.

Ini karena isi amplop angpau biasanya tidak sama, tergantung pada kondisi ekonomi si pemberi. Untuk itu, anak-anak yang menerima angpau diharapkan untuk membukanya saat sudah di rumah.

 

3 dari 4 halaman

Besaran Uang Angpau

Besaran uang angpau tidak bisa dipastikan, itu sangat tergantung pada momen dan kemampuan si pemberi dan kondisi si penerima. Namun, umumnya angpau yang diberikan pada momen suka-cita berisi uang dengan nominal genap.

Pada momen pernikahan, uang angpau biasanya diberikan dalam nominal 8. Angka ini dipercaya membawa berkah tersendiri dan memiliki arti kekayaan. Dengan angka itu, pengantin baru diharapkan mendapat hidup kaya dan berkecukupan.

 

4 dari 4 halaman

Angpau dalam Islam

Angpau memang berasal dari tradisi Tionghoa yang mayoritas memeluk agama Buda. Namun, warga muslim di Indonesia, Malaysia, dan Brunei mengadopsi tradisi ini dengan memberikan hadiah pada momen Idul Fitri dan pernikahan.

Tradisi ini kemudian dimodifikasi sedikit, yaitu dengan mengubah warna amplop yang tadinya merah menjadi berwarna hijau. Warna hijau merupakan warna tradisional yang digunakan oleh Islam dan adaptasi tersebut didasarkan pada tradisi sedekah.

Tradisi memberikan angpau dalam Islam lebih mirip dengan sedekah. Yaitu bentuk tidak formalnya zakat. Ini lebih pada seperti beramal kepada orang yang dianggap membutuhkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat