uefau17.com

Bursa Saham Asia Lesu Ikuti Wall Street, Investor Menanti Data Ekonomi India - Saham

, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Rabu (3/1/2024). Hal ini mengikuti wall street yang lesu dengan indeks Nasdaq dan indeks S&P 500 turun pada hari pertama perdagangan 2024.

Dikutip dari CNBC, investor di Asia menanti data aktivitas pabrik India dari S&P Global pada Desember 2023. Sementara itu, harga minyak juga menjadi perhatian setelah serangan Iran menyebar ke Laut Merah yang telah meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 1 persen setelah mendekati level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Selasa, 2 Januari 2024. Sedangkan indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong berada di posisi 16.687, dan lebih lemah dari penutupan perdagangan terakhir di kisaran 16.788,55.

Di Korea Selatan, indeks Kospi melemah 1,36 persen, sedangkan indeks Kosdaq susut 1 persen.

Adapun bursa saham Jepang tutup hingga Kamis pekan ini. Di sisi lain, pesawat Japan Airlines bertabrakan dengan pesawat penjaga pantai di Bandara Haneda, Tokyo pada Selasa, 2 Januari 2024 sehingga menyebabkan lima orang meninggal dunia.

Pesawat penjaga pantau itu menuju ke prefektur Niigata untuk memberikan bantuan terhadap korban gempa bumi pada 1 Januari 2024 yang melanda Jepang.

Sementara itu, di wall street, indeks Nasdaq turun 1,63 persen dan indeks S&P 500 tergelincir 0,57 persen. Saham Apple turun lebih dari 3 persen setelah Barclays menurunkan peringkat menjadi underweight.

Sedangkan indeks Dow Jones menguat didukung penguatan saham Johnson&Johnson dan Merck.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia pada 2 Januari 2024

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan pertama 2024, tepatnya Selasa (2/1/2024). Bursa saham di China melemah, sedangkan di Australia hampir mencapai penutupan tertinggi sepanjang masa.

Dikutip dari CNBC, data resmi menunjukkan PMI manufaktur China alami kontraksi lebih lanjut pada Desember 2023 yang merupakan tanda lebih banyak dukungan kebijakan mungkin diperlukan untuk kembali hidupkan perekonomiannya.

Namun, survei Caixin menunjukkan aktivitas manufaktur di China meningkat pada Desember 2023. PMI manufaktur berada pada angka 50,8 pada Desember, naik dari 50,7 pada November 2023.

Indeks CSI 300 melemah 1,3 persen ke posisi 3.386,35. Indeks Hang Seng Hong Kong susut 1,62 persen. Dua indeks saham itu termasuk mencatat kinerja terburuk pada 2023.

Indeks ASX Australia naik 0,49 persen ditutup ke posisi 7.627,8, hanya sekitar 1 poin dari level tertinggi sepanjang masa di 7.628,8 yang akan dicapai pada 13 Agustus 2021.

Jepang sedang prediksi kerusakan akibat gempa bumi dahsyat yang melanda wilayah tengah pada tahun baru. Sekitar delapan orang meninggal karena gempa berkekuatan 7,6 magnitudo. Bursa saham di Jepang tutup hingga 4 Januari 2024. Adapun, indeks Nikkei 225 ditutup naik lebih dari 28 persen pada 2023 dan mencatatkan pasar dengan kinerja terbaik di Asia.

Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,55 persen ke posisi 2.669,81, menandai kenaikan hari keempat berturut-turut. Sedangkan indeks saham Kosdaq bertambah 1,43 persen dan berakhir ke level tertinggi hampir 4 bulan di 878,93.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 2 Januari 2024

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Selasa, 2 Januari 2023. Indeks S&P 500 melemah pada hari perdagangan pertama 2024. Hal ini seiring imbal hasil obligasi menguat dan investor merealisasikan keuntungan setelah indeks saham catat kinerja yang kuat pada 2023.

Dikutip dari CNBC, Rabu (3/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 merosot 0,57 persen ke posisi 4.742,83. Indeks Nasdaq susut 1,63 persen menjadi 14.765,94, dan mencatat kinerja terburuk sejak Oktober 2023. Indeks Dow Jones bertambah 25,50 poin atau 0,07 persen ke posisi 37.715,04.

Di sisi lain, saham Apple melemah lebih dari 3 persen setelah Barclays menurunkan peringkat saham Apple menjadi underweight. Hal ini berarti analis prediksi harga saham akan cenderung turun dalam 6-12 bulan dibandingkan dengan saham lain pada sektor yang sama.

Sementara itu, saham Johnson&Johnson dan Merck yang menguat mengangkat indeks Dow Jones.

Wall street menutup 2023 dengan kinerja positif. Indeks S&P 500 menguat dalam sembilan minggu berturut-turut, dan mencatat kinerja mingguan terbaik sejak 2004.

Aset risiko menikmati reli seiring ekonomi tetap tangguh dan inflasi mereda. Sementara itu, the Federal Reserve (the Fed) mengisyaratkan akhir dari kenaikan suku bunga. Pasar juga alami krisis perbankan regional dan peran di Ukraina serta Timur Tengah.

Saham teknologi terutama saham teknologi kapitalisasi besar memimpin kenaikan pada 2023. Saham Apple melonjak 48 persen, saham Microsoft menanjak hampir 57 persen, dan saham Nvidia meroket 239 persen. Indeks Nasdaq melonjak 43,4 persen, dan catat kinerja terbaik sejak 2020.

4 dari 4 halaman

Saham Teknologi Merosot

Indeks Dow Jones membukukan kenaikan 13,7 persen, dan mencatat rekor baru pada 2023. Reli tersebut juga dibantu sentimen suku bunga. Selain itu, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun yang telah menakuti investor naik di atas 5 persen pada Oktober. Imbal hasil obligasi ditutup lebih rendah dari 3,9 persen. Namun, pada perdagangan Selasa, 2 Januari 2024, imbal hasil obligasi naik 8 basis poin, mendekati 4 persen.

Pada perdagangan Selasa pekan ini, saham teknologi kapitalisasi besar menurun. Saham Apple turun setelah penurunan peringkat dari Barclays. Perusahaan itu mengatakan, Apple bisa turun 17 persen pada 2024 karena penjualan iPhone yang kurang bergairah. Saham Microsoft dan Nvidia juga melemah.

CEO Infrastructure Capital Management, Jay Hatfield menuturkan, pembalikan ini cukup umum pada hari pertama perdagangan.

“Ini sangat normal, aktivitas yang agak diharapkan. Ini adalah pola musiman yang normal kalau Anda memiliki kerugian pajak pada periode sebelum akhir tahun, dan kemudian Anda mendapatkan hasil panen pada periode setelah, dan saya katakan titik pemicu adalah peringkat Apple ini,” tutur dia.

Terlepas dari sedikit koreksi, Hatfield masih bullish pada saham pada 2024. Ia berharap saham dapat kembali menguat setelah musim laporan keuangan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat