uefau17.com

Tangani Masalah Stunting, Pemkab Purwakarta Gandeng Swasta - Regional

, Purwakarta - Pemkab Purwakarta, Jawa Barat, sejauh ini terus berjibaku untuk melakukan penanganan Stunting. Mengingat, saat ini angka prevalensi stunting di wilayah tersebut masih terbilang cukup tinggi. Yakni, masih di kisaran 21,8 persen.

Beruntung, dalam penanganan stunting ini banyak pihak yang terlibat. Termasuk dari perusahaan swasta. Salah satunya, dari produsen penyedian benih sayur unggulan, PT East West Seed Indonesia (Ewindo).

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Purwakarta, Norman Nugraha menuturkan, sesuai arahan dari pemerintah pusat kasus stunting di setiap daerah harus bisa ditekan hingga 14 persen di 2024 mendatang. Untuk itu, di tahun depan jajarannya harus bekerja ekstra keras dalam penanganan stunting tersebut.

"Penanganan stunting, sampai saat ini masih terus kami lakukan secara 'guyub' hingga tingkat desa. Kami juga haturkan terima kasih, untuk pihak-pihak yang selama ini turut andil dalam upaya tersebut," ujar Norman, Kamis (28/12/2023).

Menurut Norman, untuk menekan angka stunting ini pekerjaan pemerintah memang masih berat di 2024 nanti. Pravalensi stunting kita masih di angka 21,8 persen. Sedangkan target pemerintah itu di angka 14 persen.

"Dengan demikian, penurunannya harus 7 persen. Ini sangat berat, jika semua elemen tidak ikut terlibat dalam upaya penurunan stunting ini," tegas dia.

Norman menegaskan, dalam penanganan stunting itu tidak hanya jadi tanggung jawab satu dinas saja. Melainkan, harus juga melibatkan beberapa pihak dan stakeholder terkait, termasuk masyarakat. Dengan kata lain, penanganannya harus komprehensif dari mulai pusat sampai tingkat pemerintah desa, termasuk masyarakat.

"Sudah saatnya, pemerintahan menggerakkan juga masyarakat untuk melek stunting. Supaya, jika ada kasus ini ataupun kasus baru bisa segera ditangani," jelas dia.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Butuh Kolaborasi

Norman meminta, seluruh lapisan masyarakat bisa selaras dan bergandengan tangan dengan pemerintah dalam mengatasi stunting ini. Karena itu, pihaknya sangat mengapresiasi peran swasta dalam hal ini Ewindo yang turut berkontribusi dalam upaya penurunan stunting di Kabupaten Purwakarta.

"Mari kita bersama-sama merempug masalah stunting ini, karena target penurunannya cukup besar sampai 7 persen. Kalau tahun depan tak sesuai target, minimalnya angka prevalensi di kita bisa turun," ujar Norman.

Adapun prinsip pencegahan stunting ini, lanjut Norman, meliputi, pencegahan primer yakni setiap satu bulan sekali bayi dan balita ditimbang ke posyandu. Perhatikan asupan ASI/MPASI dan makanan keluarga yang berbasis protein hewani.

Kemudian, pencegahan sekunder. Jika ada balita yang stunting segera dibawa ke dokter di puskesmas. Tujuannya, mendeteksi apakah balita itu memiliki penyakit bawaan atau tidak.

"Jika sudah ke pencegahan sekunder, berarti akan diketahui apakah balita itu kategorinya kurang gizi atau gizi buruk. Di bagian ini akan disarankan untuk terapi nutrisi," jelas Norman.

Kemudian, pencegahan ketiga yakni pencegahan dokter spesialis anak di RSUD. Jika sudah masuk kategori ini, maka perlakuan terhadap bayi dan balitanya akan beerbeda. Sesuai prosedur yang berlaku.

Pihaknya berharap, dengan semua pihak bergandengan tangan dan selaras untuk sama-sama menurunkan prevalensi stunting. Serta, mencegah munculnya kasus baru.

3 dari 3 halaman

Pemenuhan Nutrisi

Sementara itu, Corporate Secretary Ewindo, Faisal Reza menuturkan, selama ini perusahaannya turun andil dalam penanganan stunting. Salah satu upayanya, dengan mendorong minat masyarakat supaya gemar mengonsumsi sayuran.

"Selain itu, kami juga turut membantu masyarakat untuk mengembangkan jenis sayuran yang mudah ditanam. Kami dukung dari sisi pendampingan, bantuan penyediaan benih, penyuluhan dan sebagai pemanduan dalam perbenihan juga terkait konsep Urban Farming," ujar Faisal.

Menurut Faisal, selama ini masyarakat Indonesia masih terlalu fokus dengan asupan karbohidrat. Padahal, kandungan nutrisi dari sayuran juga sangat diperlukan untuk asupan makanan. Untuk itu, hal ini masih perlu diperkenalkan kepada masyarakat.

"Apalagi, secara fakta tingkat konsumsi sayuran di Indonesia itu salah satu yang paling rendah di dunia. Jika negara lain itu biasanya mengkonsumsi lebih dari 50 mg perhari Indonesia itu di bawah 30 mg," jelas dia.

Dengan begitu, perusahaannya mempunyai keinginan agar konsumsi sayuran di masyarakat Indonesia ini bisa meningkat. Ini juga menjadi bagian dari ikhtiar jajarannya untuk menekan angka stunting melalui pemenuhan nutrisi yang bersumber dari sayuran.

"Upaya kami, lebih kepada mengajak masyarakat untuk kembali gemar berocok tanam. Tak perlu lahan luas, karena bisa dengan menggunakan konsep urban farming. Dan kita juga bantu edukasi bagaimana cara menanam sayuran yang murah yang mudah melalui yang kita sebut dengan Urban farming tidak membutuhkan lahan yang besar," tambah dia.

Faisal menambahkan, salah satu kerjasama yang telah dilakukan, yakni dengan pemerintahan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta. Sejauh ini, beberapa jenis sayuran telah dikembangkan di daerah tersebut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat