, Aceh - Setelah mempertontonkan keberingasan terhadap pengungsi yang didominasi oleh anak-anak dan perempuan, gerombolan mahasiswa Aceh merayakan kemenangan dengan berjoget ria sembari mendengarkan musik yang diputar keras-keras di halaman kantor Kemenkumham Aceh, tempat di mana para pengungsi Rohingya yang baru saja mereka usir berada.
Mahasiswa yang diperkirakan berjumlah ratusan sebelumnya melancarkan aksi demonstrasi ke kantor Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Para mahasiswa mengatasnamakan BEM Nusantara itu berasal dari sejumlah almamater seperti Abulyatama, Bina Bangsa Getsempena, Muhammadiyah, dan Al-Washliyah.
Di pelataran gedung dewan, mahasiswa bergerak menenteng spanduk berisi kalimat "Tolak Rohingya" sembari mengumandangkan yel-yel perjuangan. Orasi dilantangkan ke udara bersamaan dengan kepulan asap yang menghitam, berasal dari ban yang baru saja dibakar. Hari yang terik, panas yang berasal dari karet terbakar, membuat siapa saja yang mendekat berpeluh keringat.
Advertisement
Apa yang para mahasiswa lakukan masih berada di dalam koridor yang dapat dimaklumi sebagai bentuk kebebasan berekspresi sampai mereka menuju ke Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA) di mana seratus lebih pengungsi Rohingya ditempatkan. Di tempat itulah lakon memalukan yang menampilkan kemerosotan gerakan mahasiswa dipentaskan dengan jemawa.
Setelah menembus barikade keamanan, mahasiswa yang sebelumnya tertahan di mulut basemen BMA kini mulai berlarian dengan berangasan sehingga hiruk pikuk teriakan dan suara gaduh langkah kaki memenuhi seisi basemen. Padahal, yang ada di depan mereka waktu itu hanyalah sejumlah laki-laki yang tengah menunaikan ibadah salat zuhur berjemaah.
Mahasiswa kemudian mulai mempertontokan adegan kekerasan terhadap kumpulan pengungsi perempuan dan anak-anak yang saat itu hanya bisa menangis histeris dan pasrah. Sejumlah barang milik pengungsi yang ditendang oleh mahasiswa saling terbang di udara—tendangan-tendangan penuh kemarahan itu dilakukan tepat di depan muka para pengungsi perempuan dan anak-anak yang tampak putus asa.
Lagu-lagu perjuangan mahasiswa yang dilantunkan pada permulaan aksi telah kehilangan sakralitasnya, ternyata tak lagi disenandungkan sebagai suplemen moral sewaktu berhadapan dengan rezim otoriter atau alat-alat kekuasaan. Libido pergerakan mahasiswa malah mencapai puncaknya dan kian menjadi-jadi sewaktu digunakan sebagai alat peraga kekuatan di hadapan pengungsi.
Corak "show force" atau aksi memamerkan kekuatan ini persis sama dengan apa yang dilakukan alat-alat kekuasaan seperti polisi selama menjadi tameng keamanan dalam membendung gerakan mahasiswa yakni mempertontonkan adegan penuh kekerasan. Bagaimana ceritanya kebiasaan patologis ini malah diderita oleh mahasiswa?
Demonstrasi oleh mahasiswa di Balee Meuseuraya Aceh (BMA) sama sekali tidak layak untuk dimasukkan ke dalam diskografi gerakan mahasiswa. Bukan saja tidak cukup syarat karena tujuan dan motif yang sama sekali jauh dari akarnya, tetapi juga karena mahasiswa-mahasiswa ini teralienasi dari hakikatnya sebagai generasi pemikir kritis.
Yakinlah bahwa sebagian besar peserta aksi bergerak atas dasar kejumudan bukan karena adanya dorongan berpikir kritis dalam membaca situasi. Isu mengenai keberadaan pengungsi Rohingya di Aceh kini menjadi jebakan hasutan kebencian yang dengan amat mudah dapat menjerat siapa saja untuk ikut-ikutan membenci.
Misinformasi dan disinformasi seputar pengungsi Rohingya menjadi jaring laba-laba yang memerlukan serangkaian usaha untuk melewatinya. Ini akibat membanjirnya narasi negatif terkait pengungsi Rohingya di Aceh yang sudah berlangsung selama lebih satu bulan terakhir.
Belakangan ini hasutan kebencian terhadap pengungsi Rohingya memang mengayau berbagai platform media sosial. Fenomena ini muncul seiring intensnya pendaratan pengungsi Rohingya di Serambi Makkah dalam satu bulan terakhir.
Selain dibombardir melalui unggahan netizen, narasi "negatif" terhadap pengungsi Rohingya yang berseliweran di media sosial berkembang biak melalui media massa. Sejumlah media mengutip unggahan mentah-mentah netizen tanpa melakukan verifikasi.
Terkait sejumlah berita yang mengandung unsur hasutan kebencian terhadap pengungsi Rohingya dapat dilihat dalam artikel berjudul Arus Besar Hasutan Kebencian terhadap Pengungsi Rohingya di Aceh.
Jika sentimen kebencian terhadap Rohingya ternyata adalah hal yang sengaja direkayasa oleh pihak tertentu, maka amat disayangkan bahwa ternyata mahasiswa yang semestinya "merdeka" ternyata ikut terseret ke dalamnya.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ahistoris
Menyinggung soal gerakan mahasiswa yang telah kehilangan muruah, aksi pengusiran Rohingya dari Aceh tidak boleh dijustifikasi sebagai tindakan meneruskan aspirasi rakyat mengingat sentimen yang dibangun bukanlah sentimen yang lahir secara alamiah.
Pun pergerakan yang dilangsungkan mahasiswa juga tidak boleh ahistoris, gerakan mahasiswa juga haram hukumnya disisipi oleh gerakan yang secara moral diduga cacat.
Dunia dihiasi oleh sejumlah catatan gerakan mahasiswa yang tentu saja "sakral". Antara lain, gerakan mahasiswa di Perancis pada Mei 1968 oleh mahasiswa Universitas Sorbonne yang semula dilancarkan sebagai protes terhadap penutupan Universitas Paris di Nanterre dan rencana pengusiran sejumlah mahasiswa.
Demonstrasi berhari-hari hampir memicu revolusi di mana gerakan ini pada akhirnya menjadi akumulasi kekecewaan atas situasi ekonomi politik. Ratusan mahasiswa vis-à-vis dengan polisi di Latin Quarter Paris. Sejumlah orang dinyatakan tewas dalam kemelut ini. Gerakan ini menjadi dasar dari diciptakannya rancangan undang-undang reformasi pendidikan, kondisi kerja yang lebih baik, dan upah yang lebih tinggi bagi para pekerja.
Selanjutnya, terdapat pula gerakan mahasiswa "berdarah" di Cina pada musim semi 1989 yang kelak dikenal dengan nama tragedi pembantaian Tiananmen. Dalam Tiananmen, usai kematian seorang martir bernama Hu, para mahasiswa yang menginginkan adanya reformasi politik, sosial, dan ekonomi mulai berkumpul di lapangan Tiananmen di mana demonstrasi mulai menyebar di sejumlah kota lainnya.
Seiring dengan membludaknya massa di Tiananmen, Beijing mulai menerapkan hukum militer dan mulai mengerahkan tank menuju ke pusat berkumpulnya massa. Korban tewas dalam puncak demonstrasi pada 3-4 Juni 1989 ini mencapai 200 lebih dan ribuan luka-luka.
Di Indonesia, ada beberapa peristiwa yang turut mewarnai gerakan mahasiswa "Reformasi 1998" hingga Soeharto turun dari kursi kepresidenan. Salah satunya Trisakti, saat empat mahasiswa ditembak mati dan puluhan lainnya terluka oleh aparat keamanan di kampus tersebut pada 12 Mei 1998.
Dari semua contoh gerakan mahasiswa tersebut, tidak ada satu pun di antaranya yang memekik dengan mata membelalak ke atas 68 anak-anak, 42 perempuan, dan 27 pengungsi laki-laki yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Terkini Lainnya
Ahistoris
Gerakan Mahasiswa
Rohingya Aceh
Rohingya
Pengungsi Rohingya
pengungsi Rohingya di Aceh
Aceh
mahasiswa aceh
Copa America 2024
Link Live Streaming Copa America 2024 Brasil vs Kolombia, Rabu 3 Juli Pukul 08.00 WIB di Indosiar dan Vidio
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Prediksi Copa America 2024 Brasil vs Kolombia: Misi Hindari Uruguay
Hasil Copa America 2024: Uruguay Singkirkan Amerika Serikat, Panama Melenggang ke Perempat Final
Bermain Imbang Lawan Meksiko, Ekuador Lolos ke Perempat Final Copa America 2024
Hasil Copa America 2024: Drama VAR, Ekuador Lolos ke Perempat Final Singkirkan Meksiko, Venezuela Hajar Jamaika
Timnas Indonesia U-16
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Link Siaran Langsung Vietnam vs Indonesia di Vidio: Perebutan Peringkat 3 AFF U-16 2024
Ini Penyebab Kekalahan Lawan Australia Menurut Pelatih
Timnas Indonesia Gagal Pertahankan Gelar Piala AFF U-16, Nova Arianto Tetap Beri Apresiasi
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah dan Kebobolan 5 Gol, Garuda Nusantara Gagal ke Final
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah, Garuda Nusantara Paksa Skor Imbang di Babak Pertama
Judi Online
5 Ciri Jika Kamu Sudah Kecanduan Judi Online, Segera Tangani
Pimpinan MPR Sayangkan PPATK Belum Serahkan Nama Anggota DPR Terlibat Judi Online
Gawat! 82 Persen Pengguna Internet Terpapar Iklan Judi Online
Menko PMK Pastikan Pelaku Judi Online Dihukum Berat dan Tak Dapat Bansos
Puan Minta MKD Buka Daftar Anggota DPR yang Diduga Terlibat Judi Online
Dewan Pers Minta Kapolri-Kapolda Usut Kebakaran Rumah Wartawan di Karo
Pilkada 2024
PKB Serahkan 4 Rekomendasi ke Bakal Calon di Pilkada 2024, Simak Daftarnya
Menanti Langkah PDIP Menentukan Pilihan Sosok untuk Maju di Pilkada Jakarta
Survei: Elektabilitas Helldy Agustian Tertinggi di Pilwalkot Cilegon
KPU RI Resmi Terbitkan Peraturan Anyar soal Batasan Usia Kepala Daerah, Ini Isinya
Puan Sebut PDIP Pertimbangkan Kaesang Maju Pilkada Jateng
Hasto PDIP: Coklit Ini Penting Dalam Menjamin Hak Konstitusional Warga
TOPIK POPULER
Populer
Bupati Bandung Bertemu Ipar Raffi Ahmad, Ada Kerja Sama Politik?
Siap Debut Solo, Lee Seung Hoon WINNER Siapkan Mini Album MY TYPE
Bareskrim Periksa Mantan Gubernur Riau 3 Hari Berturut-turut, Korupsi Apa?
Kebakaran SPBU di Pati, Terdengar Suara Ledakan, 1 Mobil dan Seekor Kambing Hangus Terbakar
Marah Tak Disiapkan Makan Siang, Pria di NTT Tega Bunuh Istrinya
Mirip 'University War', Simak 5 Fakta Menarik Clash Of Champions
Simak, Cara Efektif Membangun Kemampuan Sosialisasi yang Baik
Perjuangan Pustakawan Hery Ciptakan Inovasi Bangun Minat Baca di Parepare
Pembunuh Siswi SMK di Mesuji Lampung Akhirnya Berhasil Ditangkap
Euro 2024
Bungkam Rumania 0-3, Belanda Raih Tiket Perempat Final Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Waspada Belanda, Turki Bikin Pelatih Austria Ralf Rangnick Menyesal Tak Bisa Lanjut di Euro 2024
Euro 2024: Sukses Hancurkan Rumania 3-0, Ronald Koeman Masih Punya Satu Penyesalan soal Permainan Belanda
Hasil Euro 2024: Segel Perempat Final, 2 Gol Mantan Bek Juventus Antarkan Turki Sikat Austria
Berita Terkini
Data Terkini Jemaah Haji Indonesia 2024 Meninggal di Tanah Suci
Istri Presiden Pertama RI Ratna Sari Dewi Sukarno ke Lokasi Gempa Hualien Taiwan, Beri Donasi Rp1 Miliar
Berjiwa Bebas, 2 Zodiak Ini Suka Menghindari Pernikahan Meski Didesak Keluarga
Generasi Muda China Doyan Menabung saat Gen Z di Dunia Menumpuk Utang, Ada Apa?
Cek Fakta: Tidak Benar Pendaftaran Gebyar Undian Hadiah BritAma Festival
6 Momen Kelulusan SD Anak Daus Mini dan Yunita, Wajah Tampannya Curi Perhatian
BPS Catat Ada 3,85 Juta Penduduk Miskin di Jabar
Imbas Overtourism Barcelona Kembali Naikkan Pajak Turis Oktober 2024, Berapa Besarnya?
Azriel Hermansyah Dibilang Netizen Pengangguran, Inilah Kekayaannya yang Berasal dari Berbagai Sumber
Kemenhub Evaluasi Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia Pagi Ini, Sangat Tidak Sehat
Bungkam Rumania 0-3, Belanda Raih Tiket Perempat Final Euro 2024
Cara Mencairkan Daging Sapi yang Masih Membeku, Jangan Cuma Cepat tapi Harus Aman
IHSG Berbalik Arah ke Zona Merah, Saham TINS Menghijau
Gelar Unpacked 2024 di Paris, Ini Deretan Gadget yang bakal Dirilis Samsung