uefau17.com

5 Kosakata Bahasa Jawa Ini Tidak Ada Padanannya dalam Bahasa Indonesia - Regional

, Yogyakarta - Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Indonesia. Namun, ternyata beberapa kosakata dalam bahasa Jawa tidak semuanya memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia.

Berikut beberapa kosakata dalam bahasa Jawa yang sulit dijelaskan dalam bahasa Indonesia.

1. Kecantang

Kosakata 'kecantang' digunakan di kondisi ketika bagian tubuh terkena benda panas. Biasanya, kosakata ini digunakan pada lidah yang terkena panas.

Misalnya, saat meminum kopi panas, tentunya akan membuat reflek lidah terasa kepanasan. Kondisi inilah yang disebut kecantang.

2. Kecelik

Kosakata 'kecelik' sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika seseorang ingin menemui seseorang atau menuju ke suatu tempat, tetapi sesampainya di tempat yang dituju ternyata tidak mendapatkan hal yang diharapkan. Misalnya, seseorang bertujuan menemui orang lain di tempat tinggalnya tanpa memberi kabar terlebih dahulu.

Ternyata, sesampainya di rumah orang tersebut, ia tidak berada di rumah, sehingga kita tidak dapat menemuinya. Kondisi inilah yang disebut kecelik.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kunduran

3. Kunduran

Kosakata 'kunduran' biasanya digunakan pada frasa 'kunduran truk'. Kondisi ini adalah saat sebuah truk tidak sengaja mundur, sehingga menabrak sesuatu.

Sebenarnya, kosakata ini berasal dari kata 'mundur'. Namun, jika kunduran diartikan sebagai kemunduran dalam bahasa Indonesia, maka kata tersebut bukanlah padanan yang tepat.

4. Ngempit

Kosakata 'ngempit' biasanya digunakan untuk kondisi ketika seseorang menaruh barang di antara lengan dan ketiak atau bagian tubuh lainnya. Misalnya, seseorang meletakkan dompet di ketiaknya, maka ia sedang mengempit dompet.

5. Suduken

Kosakata 'suduken' berarti rasa sakit di bagian perut yang terasa seperti tertusuk. Rasa suduken ini biasanya dialami seseorang yang berolahraga terlalu keras setelah makan, terutama olahraga lari.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat