, Bandung Pakar vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurrachman mengatakan, erupsi yang terjadi di Gunung Tangkuban Parahu merupakan erupsi freatik. Erupsi ini disebabkan oleh uap akibat air yang berinteraksi dan terpanaskan oleh magma.
Gunung Tangkuban Parahu mengalami erupsi pada Jumat (2/8/2019) pagi. Menurut laporan dari PVMBG, erupsi freatik juga terjadi pada 26 Juli 2019 sore. Bahkan saat ini, level status gunung tersebut dinaikkan dari level I (normal) menjadi level II (waspada) terhitung sejak 2 Agustus 2019 pukul 08.00 WIB.
Gunung Tangkuban Parahu termasuk gunung tipe A, artinya masih aktif. Di Jawa sendiri terdapat 35 gunung api dan 19 di antaranya tipe A.
Advertisement
Baca Juga
Mirzam mengungkapkan, Gunung Tangkuban Parahu memiliki siklus letusan 10 tahunan. Berdasarkan data dan penelitian yang pernah dilakukan, gunung tersebut pernah meletus pada, 1951, 1961, dan 1971.
"Namun terdapat perubahan setelah tahun 1971, harusnya 1981 tapi menjadi meletus pada 1983. Bergeser 12 tahun, namun setelah itu bergeser kembali menjadi hampir 10 tahunan lagi, yaitu 1994 dan 2004," kata Mirzam dinukil dari laman resmi ITB.
Dia menjelaskan, Gunung Tangkuban Parahu terakhir meletus tahun 2004. Jika mengacu pada pola volume dan interval waktunya, maka seharusnya meletus pada 2014. Namun ternyata pada 2013, terdapat erupsi kecil sehingga tahun 2014 tidak terjadi apa-apa.
Setelah itu kemudian terjadi erupsi kecil lagi pada 2015, 2016, dan 2017, 2018 dan terakhir 2019 yang lalu. Mirzam sendiri mengkhawatirkan karena belum ada letusan lagi sejak terakhir 2004. Kendati erupsi freatik, hal ini tetap perlu menjadi kewaspadaan.
"Tapi saya tidak bisa mengatakan bahwa freatik ini tidak apa-apa, terjadi sesaat dan akan berhenti," katanya.
Dosen dari Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB ini menjelaskan, gunung yang berada di antara Kabupaten Subang dan Bandung Barat tersebut memiliki potensi untuk mengalami letusan karena secara interval waktunya sudah telat lima tahun.
Namun dia berharap, letusan-letusan kecil yang terjadi sebelum dan sesudahnya, itu bisa mengurangi akumulasi energi yang terkumpul.
"PVMBG sendiri sudah mengamati aktivitas dengan benar. Sudah diamanati dengan peralatan seharusnya, misalnya dilihat perubahan seismisitasnya, perubahan temperatur, perubahan bentuk tubuh gunung api dan bacaan gas. Itulah yang dimaksud dengan prediksi jangka pendek yaitu dengan cara peningkatan status atau level," ujarnya.
Letusan freatik yang terjadi beberapa waktu lalu, tidak berbahaya karena jarak vertikalnya pun hanya 200 meter. Hal itu disebabkan karena musim kering sehingga volume air yang terpanaskan sedikit. Namun jika dalam jumlah besar, erupsi freatik tetap saja berbahaya.
"Yang saya lakukan adalah prediksi jangka panjang yang caranya ialah dengan mengetahui berapa interval waktu rata-ratanya. Jadi kalau misalnya kalau sekarang sering batuk-batuk tapi memang belum waktunya ya itu relatif aman. Tapi kalau harusnya dari 2014 belum meletus sampai 2019 maka harus hati-hati sekali," kata Mirzam.
Kendati demikian, Mirzam mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir berlebih dan hendaknya mengikuti anjuran dari PVMBG. Selain itu, mereka juga harus melakukan self mitigasi, yaitu mengetahui tanda-tanda awal atau perubahan yang terjadi pada gunung api.
Menurutnya, gunung api mengeluarkan tanda-tandanya secara alami jika mengalami peningkatan aktivitas. Misalnya, ada peningkatan kegempaan, itu artinya magma sedang bergerak ke permukaan, perubahan suhu di kawah jika semakin panas berarti ada magma yang bergerak, mata air kering, dan perilaku binatang yang berubah.
"Nah harapannya, masyarakat itu bisa mengetahui tanda-tanda alam tersebut selain mengikuti anjuran dari pemerintah," ujarnya.
Simak Video Pilihan Berikut Ini
Ratusan petugas dari pengelola, pedagang dan Dinas Kebakaran bahu membahu membersihkan abu vulkanik di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu, Minggu (28/7/2019). Abu vulkanik hasil erupsi pada Jumat (26/7/2019) lalu membuat kegiatan wisata ...
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Relasi dengan Sesar Lembang
![Pos Pengamatan Gunung Api](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/-tkCL0IxNyB9rbNYiyVfcGEoLtk=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2870842/original/096398400_1564724851-IMG-20190802-WA0011.jpg)
Selepas kejadian erupsi freatik, banyak yang mengaitkan dengan kondisi tersebut dengan sesar atau patahan Lembang. Namun Mirzam menegaskan, belum pernah ada di dalam sejarah, gunung api bisa membangkitkan gempa tektonik dari patahan atau sesar.
Dia menjelaskan, gempa adalah pelepasan energi yang tiba-tiba. Jenisnya ada empat, yaitu gempa tektonik karena pergerakan lempeng atau patahan, gempa terban dari runtuhan gua dan lain-lain yang skalanya lokal, ketiga gempa karena tumbukan meteorit yang memiliki skala global, dan ketiga gempa vulkanik karena bergeraknya magma ke permukaan.
"Gunung api itu menimbulkan gempa vulkanik, tapi tidak pernah ada sejarahnya gempa vulkanik mengaktifkan sesar atau lempeng tektonik," ujarnya.
Namun jika sebaliknya, gempa tekntonik memicu gunung meletus, sangat bisa terjadi. Mirzam memberikan dua contoh kasus. Pertama pada 1707 di Jepang, saat gempa besar menghantam dengan kekuatan 8,6 magnitudo, memudian Gunung Fuji ikut meletus.
"Kenapa terjadi demikian, karena Fuji sudah masuk siklusnya waktu itu," katanya.
Sementara contoh kedua, ialah Gempa Lombok. Pada saat itu, Lombok diguncang gempa berulang kali, akan tetapi Gunung Rinjani tidak bergeming karena memang belum interval waktunya untuk meletus.
"Interval waktu meletus Gunung Rinjani itu 26 tahunan, terakhir meletus 1994, artinya baru tahun 2020 Rinjani akan menyapa," kata Mirzam.
Terkini Lainnya
Gunung Tangkuban Parahu Waspada, Warga Diminta Jangan Dekati Kawah
Bau Belerang Tangkuban Parahu Tercium Hingga Radius 5 Km
Gempa Banten Terasa hingga Bandung dan Sekitarnya
Simak Video Pilihan Berikut Ini
Relasi dengan Sesar Lembang
Bandung
Gunung Tangkuban Parahu Erupsi
Gunung Tangkuban Parahu
ITB
Rekomendasi
600 Ribu Ton Sampah Hanyut ke Sungai Berujung di Laut, 4 Juta Ton Dibakar Cemari Udara
Guru Besar ITB: Warga Indonesia Telan 52 Juta Partikel Mikroplastik per Bulan
Asal-usul Pecel Lele, Makanan Favorit Naufal Hafidz Si Jenius dari ITB
Keajaiban Tak Terduga Pecel Lele di Balik IPK Sempurna 4.0 Naufal Clash of Champions
Viral! Naufal Hafidz Clash of Champions Raih IPK Sempurna 4.0 Berkat Pecel Lele GKPN
Bergelar Doktor di Usia 24 Tahun, Dr Maya Nabila Bagi Tips Sukses Menempuh Studi
Guru Besar ITB: Sampah di Indonesia Jika Ditumpuk Bisa Sampai ke Bulan
ITB Gelar Workshop Integrasi Akustik Bangunan dan Profesional Audio
Bantu Kelola Diabetes dengan Glutara, ITB Bawa Indonesia Kembali Berprestasi di Google Solution Challenge
Euro 2024
Tekel Keras Gelandang Jerman Akhiri Kiprahnya di Euro 2024, Pedri Kirim Pesan pada Toni Kroos
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Hadiah Piala Eropa atau Euro 2024 Bikin Ngiler, Cek di Sini Besarannya
Akanji Gagal Penalti di Laga Inggris Vs Swiss, Punya Nilai Pasar Rp 782 Miliar
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Hasil Copa America 2024 Kolombia vs Panama: Gulung Los Canaleros 5-0, Luis Diaz Cs Kunci Tiket Semifinal
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Uruguay vs Brasil, Segera Dimulai
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Tugas Pantarlih Pilkada 2024, Pahami Tanggung Jawab dan Besaran Gajinya
Alasan DPD PSI Jakbar Usulkan Deddy Corbuzier Maju Pilkada Jakarta: Otot Politiknya Kuat
Tahapan Pilkada 2024, Ini Jadwal Persiapan Sampai Pengumuman Perhitungan Suara
Ramai Artis Masuk Bursa Pilkada 2024, Cara Pragmatis Raih Modal Sosial dan Kapital
Alur Pilkada Serentak 2024, Catat Kapan Penyelenggaraannya
TOPIK POPULER
Populer
Aniaya Warga Hingga Babak Belur di Kantor Polisi, Kanit Reskrim di Bone Dimutasi
Kemenparekraf Perkenalkan Program Senandung Dewi 2024 dalam Kolaborasi Penglipuran Village Festival XI
Polisi Tetapkan 2 Tersangka Kebakaran Rumah Wartawan di Karo, Kapolda Sumut Beberkan Fakta-Fakta
Antisipasi Bencana, Sekda Sebut Jabar Perlu Manajemen Penanggulangan Super Team
Dampak Positif Olahraga terhadap Kesehatan Mental
Isi Suara Kapten Divisi Pertama Gen Narumi, Seiyuu Kōki Uchiyama Bergabung di Episode Terakhir Anime Kaiju No. 8
Melihat Tambang Batu Bara Sebagai Penyedia Energi yang Harus Menjaga Lingkungan
Buka Layanan Paspor 'After Hour', Imigrasi Tanjungpandan Raih Penghargaan di Belitung Expo 2024
Gempa Batang Jateng Merusak Rumah Warga, Sejumlah Orang Luka-Luka
Momen Kaesang Pangarep dan Erina Gudono Ikut Tapa Bisu di Kirab Malam 1 Sura Pura Mangkunegaran
Pegi Setiawan
Pegi Setiawan Bebas, Polri: Jadi Evaluasi Bersama
Ini Respons KY soal Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
Kasus Pegi Setiawan Disebut Salah Tangkap Usai Menang Praperadilan, Ini Kata Mabes Polri
Mabes Polri Yakin Polda Jawa Barat Akan Patuhi Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
Bareskrim Polri Evaluasi Kasus Pembunuhan Vina Cirebon Usai Pegi Setiawan Menang Praperadilan
Berita Terkini
Data Kemenperin: 11 Ribu Buruh Kena PHK Sejak Permendag 8/2024 Terbit
Bukan Milik Harvey Moeis, Kejagung Tak Sita Pesawat Jet Pribadi
Harga Bitcoin Betah Memerah, Ini Penyebabnya
Saksikan Sinetron My Heart di SCTV Episode Senin 8 Juli 2024 Pukul 17.00 WIB, Simak Sinopsisnya
Ketua MPR Bamsoet Sambangi Markas PKS
8 Manfaat Buah Lontar untuk Kesehatan Tubuh, Baik Bagi Sistem Pencernaan
Pengusaha Properti Iwan Sunito Akuisisi Mal Mewah di Australia Seharga Rp 215 miliar
Produk Dekorasi Rumah UKM Yogyakarta Berhasil Ekspor ke Spanyol, Ini Bentuk Komitmen Kemendag
Jelang Peluncuran, Chery Indonesia Pamer Tiggo 8 Baru
10 Cara Merawat Rambut Rontok Paling Mudah, Bisa Kamu Lakukan di Rumah
Hujan Deras Picu Longsor dan Banjir di Nepal, 11 Orang Tewas
LPG 3 Kg Langka di Banyuwangi, Ipuk Ajukan Tambahan Jatah ke Pertamina
Soal Serangan Ransomware, Dirut BPJS Kesehatan: Keamanan Data Kami Berlapis-Lapis
Beda Gaya Nagita Slavina dan Selvi Ananda Saat Nongkrong Bareng, Hijab Istri Raffi Ahmad Jadi Sorotan
Beri Lampu Hijau, Manchester United Tak Lama Lagi Dapatkan Paket Lengkap Duo Belanda