, Jakarta - Ada apa dengan Yogyakarta? Sejak beberapa tahun terakhir ini, Daerah Istimewa Yogyakarta (biasa disingkat Yogya atau Jogja) banyak menjadi sorotan publik, karena di "kota gudeg" ini telah terjadi sejumlah perubahan mendasar, ekstrem dan radikal yang cukup kontras dengan kondisi beberapa tahun silam.
Dulu, Yogya dikenal sebagai kota yang cukup asri dan tertata rapi, sehingga cukup nyaman bagi para turis, baik turis domestik maupun mancanegara.
Dulu, Yogyakarta populer dengan sebutan "kota budaya" sekaligus "jangkar budaya Jawa" karena di kota ini, antara lain, produk-produk tradisi dan kebudayaan (baik kebudayaan material maupun imaterial) yang erat kaitannya dengan kesejarahan Jawa diuri-uri atau dilestarikan.
Advertisement
Keraton Yogya dijadikan sebagai simbol atau lambang hal-ikhwal yang berkaitan dengan aneka ragam kebudayaan Jawa. Dulu, Yogya juga dikenal sebagai kota pluralis yang toleran.
Sebagai pusat turisme dan pusat pendidikan, sejak dulu Yogya menjadi jujugan (rujukan) banyak orang, baik untuk tujuan wisata, belajar, atau "mengadu nasib" (mencari pekerjaan atau mendirikan usaha kecil-kecilan seperti kos-kosan, jualan, dan sektor ekonomi informal lain).
Karena itu, sangat wajar kalau Yogya kemudian menjadi salah satu kota yang paling majemuk–multiagama, multietnis, dan multikultur–di Indonesia.
Meskipun sangat majemuk, Yogya dikenal cukup ramah dan toleran dengan perbedaan dan keanekaragaman. Tapi itu dulu. Kini, banyak perubahan drastis di "kota pelajar" ini.
Kota Yogya kini penuh-sesak dengan baliho jumbo yang berserakan di berbagai sudut kota dan ruas jalan utama, sehingga tampak semrawut sekaligus mengganggu pemandangan keindahan kota.
Yang paling memprihatinkan adalah merebaknya aksi-aksi intoleransi, kontra kemajemukan, dan bahkan kekerasan antarumat beragama. Yang paling mutakhir adalah aksi penyerangan terhadap seorang pastor yang sedang memimpin ibadah di Gereja St. Lidwina, Sleman, Yogyakarta.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Kota Intoleran
![Polisi Olah TKP Penyerangan Gereja Santa Lidwina Bedog Yogyakarta](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/xhg62bBRn4vT5Dzk71eNPo9iAJM=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1887935/original/033831300_1518335494-Olah-TKP-Gereja-3.jpg)
Berbagai aksi intoleran antar dan intraumat beragama itu telah mengantarkan Yogyakarta menjadi salah satu kota intoleran di Indonesia. Menurut Setara Institute, Yogyakarta, dalam survei tahun 2017, masuk sepuluh besar kota di Indonesia yang memiliki indeks toleransi sangat rendah.
Setara Institute mensurvei 94 kota di seluruh Indonesia dan menempatkan Yogyakarta di urutan keenam terendah dengan skore 3,40.
Selain Yogyakarta, kota lain yang masuk sepuluh besar kota paling tidak toleran menurut Setara Institute adalah DKI Jakarta (yang menjadi juara intoleransi), Banda Aceh, Bogor, Cilegon, Depok, Banjarmasin, Makasar, Padang, dan Mataram.
Berbagai kritik tajam berhamburan atas maraknya aksi intoleransi dan kekerasan yang mengatasnamakan agama, serta lambannya pemerintah dan aparat penegak hukum setempat dalam menangani kasus-kasus tersebut.
Kritik-kritik tajam, antara lain, dialamatkan kepada Sultan Yogya yang dianggap tidak mampu menjaga toleransi, sehingga bermunculan berbagai aksi kekerasan di masyarakat yang mengusung isu politik identitas primordial, khususnya agama.
Kritik keras juga dilontarkan oleh KH Abdul Muhaimin, Ketua Forum Persaudaraan Umat Beriman, Yogyakarta, dan merupakan salah satu tokoh yang mengusung nilai-nilai toleransi antarumat beragama dan menginisiasi Jogja City of Tolerance.
Selain mengkritik ketidakbecusan pemerintah dan lambannya aparat penegak hukum dalam menangani berbagai tindakan intoleran dan kekerasan, KH Abdul Muhaimin juga menilai kelompok intoleran atau pelaku tindak kekerasan itu sebagai orang-orang yang tidak memahami ruh, spirit, substansi dan tujuan agama, yakni untuk menebarkan cinta-kasih, persaudaraan global, rasa aman, kenyamanan, serta rahmat bagi alam semesta.
Advertisement
Mengelola Masyarakat Plural
![Malam Tahun Baru, Malioboro Ditutup Pukul 19.00 WIB](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/0vI-h-Hm5smZo1YmwRgY896fVoM=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1092433/original/063008000_1450846575-C360_2015-07-20_11-36-37.jpg)
Mengelola masyarakat super majemuk dan super kompleks seperti Yogya memang tidak mudah. Dibutuhkan ketelatenan, kesadaran, dan sekaligus ketegasan. Pula, diperlukan pendekatan komprehensif untuk mengelola sebuah masyarakat plural, di mana masing-masing individu dan kelompok sosial memiliki aneka ragam motif dan tujuan.
Pluralitas (istilah lain: kemajemukan, keragaman, atau heteroginitas) adalah sesuatu yang bersifat alami, maka tidak ada orang yang bisa menghindar dari pluralitas itu.
Karena pluralitas bersifat alami, maka upaya-upaya menciptakan homoginitas atau keseragaman, apalagi dilakukan dengan paksa dan kekerasan, selalu menimbulkan problem atau masalah di masyarakat. Sayangnya tidak semua individu dan kelompok memahami pluralitas sebagai sebuah berkah yang perlu disyukuri, melainkan bencana yang perlu diratapi dan dipangkas habis.
Tidak semua orang memandang kemajemukan sebagai sebuah potensi untuk merajut hidup bersama dalam satu makrokosmos, tetapi sebagai sebuah hambatan atau halangan untuk mewujudkan pandangan, agama, atau ideologi tertentu yang mereka impikan dan idealkan di masyarakat.
Karena sikap dan pandangan masyarakat yang berlainan itulah, maka sering kali terjadi benturan-benturan di sana-sini. Oleh karena itu, untuk merawat kebhinekaan atau pluralitas, dibututuhkan sejumlah prasyarat mendasar.
Selain diperlukan kesadaran publik, perlu upaya intensif dan terus-menerus untuk berdialog atau membangun "dialog budaya" dengan berbagai kalangan oleh berbagai kalangan.
Selain itu juga diperlukan intervensi pemerintah sebagai "manajer masyarakat" untuk membuat kebijakan-kebijakan publik di semua sektor (politik, pendidikan, bisnis, dan agama) yang bersifat toleran-pluralis, menghargai hak-hak agama dan politik masing-masing individu, serta menjamin kekebasan, keamanan, dan kenyamanan masyarakat.
Tidak kalah penting juga adalah ketegasan aparat dan penegak hukum dalam menindak para aktor dan pelaku tindakan intoleransi dan kekerasan di masyarakat. Jika ada kesan meremehkan atau membiarkan para pelaku tindakan intoleransi dan kekerasan, maka mereka berpotensi melakukan hal serupa di kemudian hari.
Pemerintah dan aparat penegak hukum harus tegas (bukan keras) menghukum siapapun yang melakukan tindakan kekerasan, intoleransi, dan antikemajemukan, atas nama apapun (agama, ideologi, partai, aliran, ormas, dsb).
Individu dan kelompok sosial jangan dibiarkan bertindak sendiri atau "main hakim" sendiri atas feomena sosial yang terjadi di masyarakat, karena hidup bermasyarakat memiliki norma-norma sosial, nilai-nilai kultural, dan aturan-aturan legal yang perlu ditaati bersama guna merawat kebhinekaan, melestarikan perdamaian serta menjaga keseimbangan kosmos tempat manusia hidup, tinggal dan berpijak ini.
Jelasnya, berbagai pendekatan–kultural, legal, dan struktural–perlu diterapkan untuk mengelola kemajemukan. Hanya dengan mengombinasikan berbagai pendekatan itulah, maka kebhinekaan akan tetap lestari di bumi pertiwi, bukan hanya di Yogyakarta saja tetapi juga di daerah lain di Indonesia.
Warga muslim Sleman, Yogyakarta ikut membersihkan Gereja St Lidwina yang rusak setelah diserang pria bersamurai.
Terkini Lainnya
Kota Intoleran
Mengelola Masyarakat Plural
Yogyakarta
Opini
Penyerangan Gereja
Sumanto Al Qurtuby
Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal Lengkap Pertandingan 8 Besar Euro 2024
Terkesan Penampilannya di Euro 2024, Real Madrid Ingin Datangkan Rekan Setim Jude Bellingham
Top 3: Pola Makan Nabati Bisa Perlambat Perkembangan Kanker Prostat
Top 3 Berita Bola: Timnas Belanda Lolos ke Perempat Final Euro 2024, Ronald Koeman Malah Menyesal
Copa America 2024
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador di Vidio
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Jadwal Siaran Langsung Argentina vs Ekuador di Perempat Final Copa America 2024 di Vidio
Prediksi Copa America 2024 Argentina vs Ekuador: Semuanya Memihak Tim Tango
Timnas Ekuador Siap Berjuang Mati-matian di Perempat Final Copa America 2024
Copa America 2024 Argentina Vs Ekuador: Tim Tanggo Didukung Rekor Apik
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Coklit Pilkada 2024 Sudah Sasar 16,6 Juta Pemilih di Jatim, Target Tuntas di Hari ke-20
Kata Sekjen PKS soal Kaesang Disodorkan Jokowi untuk Maju di Pilkada Jakarta 2024
Survei Warna Research Center: Tingkat Elektabilitas Hendy Siswanto dan Faida Tinggi Jelang Pilkada Jember 2024
Respons Jokowi soal Kabar Kaesang Maju Pilkada Jakarta 2024, Benarkah Sodorkan ke Parpol?
Ridwan Kamil Dianggap Masih Kuat di Pilkada Jawa Barat, Bawa Untung Buat Golkar
Bobby Nasution Terima Pinangan PKB Jadi Bakal Cagub di Pilkada Sumut 2024, Cari Cawagub Perempuan
TOPIK POPULER
Ketua KPU
Skandal Asusila eks-Ketua KPU, Apakah Dosa Zina Bisa Diampuni Allah? Buya Yahya Bilang Begini
HEADLINE: Skandal Asusila Ketua KPU Hasyim Asy'ari yang Dipecat DKPP, Berujung Proses Pidana?
7 Respons Berbagai Pihak Mulai Parpol, KPU, hingga Jokowi Usai DKPP RI Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari
Jokowi Sebut Keppres Pemberhentian Hasyim Asy'ari dari Ketua KPU Masih Diproses
DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari, Jokowi Pastikan Pilkada 2024 Jujur dan Adil
Berita Terkini
Mau Cepat Kaya? Coba Amalkan Ini Tiap Jumat dari Guru Sekumpul, Rezeki Datang Tak Terduga
Pengantin Habiskan Bujet Katering Pernikahan Rp216 Juta, Menunya Sushi Tei sampai Kopi Kenangan
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador di Vidio
Ambung Gila, Permainan Mistis yang Libatkan Roh
Mengenal Asteroid Ryugu, Lebih Tua dari Matahari
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Jumat 5 Juli 2024
Dahlan Iskan Dicecar KPK soal Perannya Sebagai Kuasa Pemegang Saham PT Pertamina di Kasus Korupsi LNG
Duga Penyidik Tak Profesional, Petani Lapor Propam Polda Kalteng
Jakarta BIN vs Pertamina Enduro Mengawali Empat Besar PLN Mobile Proliga 2024
Skandal Asusila eks-Ketua KPU, Apakah Dosa Zina Bisa Diampuni Allah? Buya Yahya Bilang Begini
Viral, Pengemudi Berpelat Dinas Cekcok dengan Sopir Taksi di Semanggi Jakpus
Vonis Salman Raziq, Perekrut 12 Kurir Narkoba Jaringan Fredy Pratama Ditunda
Lumut Berpotensi Dapat Tumbuh di Mars
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Kisah Keajaiban Surah Al-Isra yang Sebabkan Davina Karamoy Mualaf