, Jakarta - Pemanasan global jadi isu hangat yang sedang dialami oleh dunia saat ini. Keadaan kian parah, hingga muncul Paris Agreement pada 2015 yang menetapkan penurunan emisi karbon untuk menjaga pemanasan global tetap berada di bawah 2 derajat celsius.
"Kalau suhu pemanasan global melebih 2 derajat celsius, maka kita akan memasuki point of no return," sebut Innandya Kusumawardhani, Co-Founder dan Chief Operating Officer Carbonethics, pada acara Plaza Indonesia Next Gen Festival 2024, Senin (27/05/2024).
Wanita yang akrab disapa Nandya mengatakan bahwa hal ini diakibatkan oleh carbon footprint atau jejak karbon yang dihasilkan oleh kegiatan manusia sehari-hari. Jejak karbon tersebut menumpuk dan menghancurkan lapisan ozon di langit.
Advertisement
"Carbon footprint itu adalah hasil CO2 yang dihasilkan dari kegiatan manusia misalnya dari transportasi yang membuat lapisan ozon tipis sehingga pancaran matahari membuat bumi jadi semakin panas," tutur Nandya.
Pemanasan global akibat jejak karbon ini juga yang bertanggung jawab atas meningkatnya suhu dan heatwave yang menyerang dunia, hingga perubahan cuaca tak menentu yang mempengaruhi musim panen.
"Kita gak mau dong meninggalkan dosa untuk generasi-generasi ke depan," imbuh Fatima Amira, Co-Founder SUSTAINATION, e-commerce yang bergerak pada penjualan barang-barang berkelanjutan dengan sumber yang bertanggung jawab.
Amira menambahkan bahwa 'dosa' yang ditinggalkan oleh generasi kemudian ini akan ditanggung oleh yang akan datang dan mempengaruhi lingkungan hidup mereka ke depannya. Sebagai seorang ibu, motivasi soal generasi depan seharusnya juga jadi concern untuk beralih ke green lifestyle yang aman bagi lingkungan.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Cara untuk Mengurangi Carbon Footprint dan Mengenal Carbon Ofsetting
![Mengenal Carbon Footprint, Jadi 'Dosa' Kita untuk Generasi Masa Depan](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/FhVEBACHF_3rsRE9LI4MEYNMFvI=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4844391/original/074698900_1716819708-Gambar_WhatsApp_2024-05-27_pukul_21.11.02_34b9b3c8.jpg)
Namun, bukan berarti jejak karbon yang kita hasilkan tersebut tidak dapat kita kurangi atau kita 'ganti'. Nandya menyebutkan ada tiga langkah dalam mengobati banyaknya jejak karbon yang kita hasilkan sehari-hari.
Ia menganjurkan untuk menghitung terlebih dahulu seberapa banyak jejak karbon yang dihasilkan karena pemakaian bahan bakar, sampah, pilihan makanan atau diet, dan pembelian produk yang merusak alam. Cara menghitungnya bisa dilakukan lewat website Carbonethics.
Setelah mengetahui persentase besaran jejak karbon, maka kita bisa mengenali hal apa yang paling 'kotor'' dari kegiatan sehari-hari kita. Dengan tahu, maka setidaknya kita bisa mempertimbangkan pengurangan kapasitas pemakaiannya ke depan.
"Selain mengurangi, ada langkah lain yaitu carbon ofsetting. Langkah ini adalah dengan mengurang produksi jejak karbon dengan cara menambah jumlah pohon atau reforestation," sebut Nandya.
Artinya, kita menukar 'dosa' jejak karbon yang kita hasilkan dengan menanam sejumlah pohon yang bisa membantu melawan pemanasan global. Dengan menanam pohon dalam suatu area tertentu, diharapkan bisa menebus jejak karbon yang pernah dihasilkan sebelumnya atau malah membuat jejak karbon kita negatif.
Carbon offsetting sudah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dunia sebagai bentuk kewajiban dari jejak karbon yang dihasilkan akibat proses produksi mereka. Nandya mengatakan bahwa poin karbon bahkan dijadikan suatu nilai yang bisa dibeli oleh perusahaan dan menjadi penilaian untuk mengukur seberapa 'hijau' sebuah perusahaan.
Advertisement
Green Job yang sedang Berkembang
![Ilustrasi menanam pohon](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/nfWgT8Mz4s24it8mhYdBsQveaEA=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4232811/original/046945700_1668945623-close-up-picture-hand-holding-planting-sapling-plant_1_.jpg)
Apa yang dilakukan oleh Nandya dan Amira merupakan salah satu bentuk green job atau lini pekerjaan yang berhubungan dengan keberlanjutan lingkungan. Mereka membangun perusahaan ecopreneurship yang berdasar pada kesadaran lingkungan dan energi alternatif yang diharapkan bisa membantu mengurangi emisi karbon yang sudah diproduksi oleh perusahaan konvensional lain.
"Saya melihat green job ini masih akan terus berkembang karena lini yang sangat luas dan masih baru muncul di sini," sebut Nandya soal proyeksi green job dan ecopreneur yang ada saat ini di Indonesia.
Nandya mengatakan bahwa untuk melakukan transisi dari pekerjaan konvensional biasa kepada pekerjaan di lini green job bisa dimulai dari mengikuti volunteer. Dari sana biasanya kita bisa bertemu dengan jenis-jenis pekerjaan berbasis lingkungan dan berkelanjutan.
Selain itu, Amira mengatakan bahwa memang dibutuhkan motivasi yang personal untuk benar-benar bisa mengadopsi gaya hidup hijau seperti ini. Ia menyarankan setiap orang untuk mencari 'Why' mereka masing-masing.
"Kalau sudah bertemu dengan 'why'-nya, itu bisa lebih mudah untuk memulai dan bisa dimulai dari hal-hal yang terdekat dulu. Kalau kamu senang di dapur, mulai gaya hidup hijau dari dapurmu," imbuh Amira.
Target Net Zero Emission 2060, Siapkah Indonesia?
![Hadapi Global Warming, Mesin Penghisap Emisi Karbon Kini Dibangun](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/FgzkjlOYDQ52s48zStSQTlErqIY=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1612559/original/077897700_1496405336-055163500_1492319145-16042017-polusi.jpg)
Mengutip dari Tim Bisnis , Senin, 2 Mei 2024, Indonesia tengah dalam masa transisi menuju target pengurangan emisi Green House Gas (GHG) sebesar 29 persen tanpa syarat, dan sebesar 41 persen dengan syarat. Indonesia juga telah berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission paling lambat pada 2060.
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengatakan, saat ini transisi Indonesia menuju net zero menjadi topik hangat karena negara berambisi untuk mencapai pengurangan emisi karbon sampai 32 persen pada 2030.
"Untuk menjawab tantangan yang ada, sektor yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah sektor finance atau keuangan, di mana kita harus mencari cara yang kreatif untuk bisa mewujudkan target yang akan kita capai melalui keuangan yang lebih baik. Kedua, adalah bagaimana Indonesia mengembangkan market karbon," ujar Pahala
Pahala ingin agar sektor publik dan swasta bekerja sama dalam mencapai Net Zero Emission untuk Indonesia. "Target kita paling utama adalah mensosialisasikan dan juga supaya semakin banyak distribusi emiten maupun fund-fund dalam hal disclosure terkait mengenai ESG," imbuhnya.
Wakil Menteri Kementerian Lingkungan Hidup, Alue Dahong mengatakan, sektor energi menjadi kontributor terbesar dalam emisi karbon. Untuk itu, jika tidak melakukan penurunan emisi dengan melakukan efisiensi energi dan transformasi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan, maka Indonesia tidak akan mecapai Net Zero Emission pada 2060.
![Infografis Menerapkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/V3uhJF5DfpOtEZXM_2cfMpazIWI=/640x853/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3624417/original/024345400_1636134422-Infografis_HL.jpg)
Terkini Lainnya
Cara untuk Mengurangi Carbon Footprint dan Mengenal Carbon Ofsetting
Green Job yang sedang Berkembang
Target Net Zero Emission 2060, Siapkah Indonesia?
Carbon Footprint
Dosa
Plaza Indonesia Next Gen Festival 2024
Emisi Karbon
Jejak Karbon
Climate Change
Climate Change 2024
Climate Change Liputan6
Perubahan Iklim
Copa America 2024
Profil Endrick Penyerang Muda Brasil, Klub, Riwayat Karier, Usia, dan Status Transfer di Real Madrid
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Hasil Copa America 2024: Gol Marquinhos Dibatalkan, Brasil Harus Puas Ditahan Imbang Kosta Rika Tanpa Gol
Copa America 2024: Kolombia Pecundangi Paraguay di Laga Perdana Grup D
Link Live Streaming Copa America 2024 Brasil vs Kosta Rika, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Timnas Indonesia U-16
Top 3 Berita Bola: Timnas Indonesia U-16 Sikat Filipina, Manchester United Gaet Pemain Denmark Lagi
Kalahkan Filipina, Coach Nova: Timnas Indonesia U-16 Kurang Kreatif, Untung Punya Keunggulan Fisik
Daftar Negara Tersukses Sepanjang Sejarah Piala AFF U-16, Indonesia Peringkat Berapa?
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Hasil Piala AFF U-16 2024 Filipina vs Indonesia: Kerja Keras, Garuda Nusantara Amankan 3 Poin
Hasil Piala AFF U-16 2024 Filipina vs Indonesia: Garuda Nusantara Belum Cetak Gol
Judi Online
5 Provinsi dengan Penjudi Online Terbanyak, Nomor 1 Jabar dengan Nilai Transaksi Rp3,8 Triliun
Polri Tegaskan Sudah Ada Bandar Judi Online yang Ditangkap
Kritik Keras Mahasiswa IPB Asal Gorontalo soal Pemberian Bansos bagi Pelaku Judi
Promosikan Situs Judi Online, Segini Upah yang Didapat 2 Selebgram Lampung
Haji 2024
Puluhan Ribu Jemaah Haji Pulang ke Indonesia Lewat Bandara Soetta hingga 21 Juli 2024
Jemaah Haji Indonesia Tersasar sampai Tidak Makan 2 Hari, Dibantu Muthawif Malaysia Kembali ke Hotel
Mengapa Ada Larangan Keluar Rumah Sepulang Haji? Ini Penjelasannya
Benarkah Bid’ah jika Berkunjung ke Orang yang Pulang Haji? Buya Yahya Ungkap Fadhilahnya
Tangis Haru Warnai Kedatangan Kloter Pertama Jemaah Haji Asal Lampung di Rajabasa
13 Bandara Siap Sambut Kepulangan 216 Ribu Jemaah Haji hingga 22 Juli 2024
TOPIK POPULER
Populer
Digitalisasi Layanan Perizinan Event Resmi Diluncurkan, Luhut: Jangan Lagi Izin Baru Keluar H-1 Acara
Alumni FH UI Gelar Lomba Lari Half Marathon Sambil Belajar Hukum, Siapa Mau Ikut?
Jemaah Haji Indonesia Tersasar sampai Tidak Makan 2 Hari, Dibantu Muthawif Malaysia Kembali ke Hotel
Mengantuk Setelah Makan? Cari Tahu Penyebab dan Solusinya di Sini!
Haru Pemandangan 150 Layang-Layang Bendera Palestina Diterbangkan Antara Khan Younis dan Rafah: Langit Sudah Bebas
Masalah Juru Parkir Liar Kembali Berulah di Masjid Istiqlal Diharapkan Bisa Tuntas Jelang Kunjungan Paus Fransiskus
3 Resep Praktis dari Tahu dan Tepung Sagu, Bisa Dicamil atau Jadi Lauk Nasi
Pesan Tersembunyi Kate Middleton di Foto Pertamanya Usai Menyepi untuk Obati Kanker
Indeks Kualitas Udara Jakarta Kembali Terburuk di Dunia, KLHK Pantau 230 Lokasi Diduga Kontributor Polusi Udara Jakarta
Kiat Memilih Ikan Layak Konsumsi Berdasarkan Tempat Membelinya
Euro 2024
Daftar Top Skor Euro 2024: Dikuasai 4 Pemain
Luka Modric Bertekad Terus Bermain Meski Kroasia Telan Pil Pahit Lawan Italia
Lolos ke 16 Besar Euro 2024, Italia Bersiap untuk Pertandingan Lebih Berat
Denmark Vs Serbia: Tim Dinamit Bakal Berjuang Demi Tiket 16 Besar Euro 2024
Prediksi Euro 2024 Prancis vs Polandia: Bungkam Kritik
Inggris Vs Slovenia Euro 2024: The Three Lions Incar Hasil Maksimal
Berita Terkini
Posting Media Sosial Dianggap Hina Agama dan Keadilan Raja Salman, Guru di Arab Saudi Divonis Penjara 20 Tahun
Saksikan Sinetron My Heart di SCTV Episode Selasa 25 Juni 2024 Pukul 18.15 WIB, Simak Sinopsisnya
USD Hari Ini Loyo, Rupiah Diramal Perkasa Rabu besok
Mengenal dan Bermain Bersama Robot di Robopark Indonesia
Kode Redeem Hari Ini 25 Juni 2024, Ini Link dan Cara Klaimnya
Saksikan Mega Series Magic 5, di Indosiar Selasa 25 Juni 2024, via Live Streaming Pukul 18.00 WIB
Sahroni DPR Sebut Digitalisasi Perizinan Event Bakal Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Berkah Efisiensi, Darma Henwa Cetak Laba Rp 35,29 Miliar di 2023
Tangkap Dua Orang, Polres Blitar Amankan Sabu Senilai Rp 1,5 Miliar
Aspira Premio Luncurkan Ban Baru Sportivo RS-01, Cocok untuk Balap
Huawei MateBook X Pro dan MateBook 14 Dirilis, Cek Harga dan Spesifikasnya
Daftar Top Skor Euro 2024: Dikuasai 4 Pemain
OJK Pamer Ketahanan Perbankan Indonesia di Tengah Gejolak Keuangan Global
Menjajal Kereta Cepat Woosh, Sudah Ramah Disabilitas atau Belum?