, Jakarta - Orang-orang yang mendaki Gunung Everest sekarang harus membersihkan kotoran mereka sendiri dan membawanya kembali ke base camp untuk dibuang."Pegunungan kami mulai berbau busuk," ungkap Mingma Sherpa, ketua kota pedesaan Pasang Lhamu, lapor BBC dikutip pada Sabtu, 10 Februari 2024.
Pemerintah kota, yang mencakup sebagian besar wilayah Everest telah memperkenalkan aturan baru ini sebagai bagian dari penerapan kebijakan yang lebih luas. Karena suhu ekstrem, kotoran yang tertinggal di Everest tidak sepenuhnya terurai.
Baca Juga
"Kami mendapat keluhan bahwa kotoran manusia terlihat di bebatuan dan beberapa pendaki jatuh sakit. Ini tidak dapat diterima dan mengikis citra kami," tambah Mingma.
Advertisement
Pendaki yang mencoba mendaki Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia, dan Gunung Lhotse di dekatnya akan diperintahkan untuk membeli kantong kotoran di base camp, yang akan diperiksa saat mereka kembali. Lalu di mana Anda buang air besar di gunung?
Selama musim pendakian, para pendaki gunung menghabiskan sebagian besar waktunya di base camp untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian, di mana tenda-tenda terpisah didirikan sebagai toilet, dengan tong-tong di bawahnya untuk menampung kotoran.
Namun begitu mereka memulai perjalanan berbahaya, segalanya menjadi lebih sulit. Kebanyakan pendaki dan staf pendukung cenderung menggali lubang tetapi semakin tinggi Anda mendaki gunung, beberapa lokasi memiliki lebih sedikit salju, sehingga Anda harus pergi ke toilet di tempat terbuka.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Sampah di Gunung Jadi Masalah
Sangat sedikit orang yang membawa kotorannya kembali ke dalam kantong biodegradable saat mendaki puncak Gunung Everest, karena bisa memakan waktu berminggu-minggu. Sampah masih menjadi masalah besar di Everest dan pegunungan lain di wilayah tersebut, meskipun terdapat peningkatan jumlah kampanye pembersihan, termasuk kampanye tahunan yang dipimpin oleh Tentara Nepal.
"Sampah masih menjadi masalah besar, terutama di kamp-kamp yang lebih tinggi dimana Anda tidak dapat menjangkaunya," kata Chhiring Sherpa, Chief Executive Officer dari organisasi non-pemerintah Sagarmatha Pollution Control Committee (SPCC).
Meskipun tidak ada angka resmi, organisasinya memperkirakan ada sekitar tiga ton kotoran manusia antara kamp satu di dasar Everest dan kamp empat, menuju puncak. "Setengahnya diyakini berada di South Col, yang juga dikenal sebagai kamp empat," kata Chhiring.
Stephan Keck, seorang pemandu gunung internasional yang juga mengatur ekspedisi ke Everest, mengatakan South Col telah mendapatkan reputasi sebagai "toilet terbuka". Dengan ketinggian 7.906 meter (25.938 kaki), South Col berfungsi sebagai pangkalan sebelum pendaki berusaha mencapai puncak Everest dan Lhotse. Di sini, medannya sangat berangin.
"Hampir tidak ada es dan salju, jadi Anda akan melihat kotoran manusia di mana-mana," kata Keck.
Advertisement
Beli Kantong Kotoran dari Amerika
Disahkan oleh pemerintah kota pedesaan Pasang Lhamu, SPCC kini membeli sekitar 8.000 kantong kotoran dari Amerika, untuk sekitar 400 pendaki asing dan 800 staf pendukung untuk musim pendakian mendatang yang dimulai pada bulan Maret.
Kantong kotoran ini mengandung bahan kimia dan bubuk yang dapat mengeraskan kotoran manusia dan membuatnya tidak berbau. Rata-rata seorang pendaki diperkirakan menghasilkan 250 gram kotoran per hari.
Mereka biasanya menghabiskan sekitar dua minggu di kamp yang lebih tinggi untuk mencapai puncak. "Dengan dasar ini, kami berencana memberi mereka dua tas, yang masing-masing dapat mereka gunakan lima hingga enam kali," jelas Mr Chhiring.
"Ini tentu merupakan hal yang positif, dan kami akan dengan senang hati memainkan peran kami untuk menyukseskan hal ini," kata Dambar Parajuli, presiden Asosiasi Operator Ekspedisi Nepal.
Dia mengatakan organisasinya telah menyarankan bahwa hal ini pertama-tama harus dilakukan sebagai proyek percontohan di Everest dan kemudian direplikasi di gunung-gunung lain juga.
Kantong Telah Diuji Coba di Gunung Lain
Mingma Sherpa, orang Nepal pertama yang mendaki 14 gunung dengan ketinggian lebih dari 8.000 meter, mengatakan penggunaan tas semacam itu untuk mengelola kotoran manusia telah dicoba dan diuji di gunung lain.
"Para pendaki gunung telah menggunakan tas semacam itu di Gunung Denali (puncak tertinggi di Amerika Utara) dan juga di Antartika, itulah sebabnya kami menganjurkan penggunaan tas semacam itu," kata Mingma, yang juga merupakan penasihat Asosiasi Pendaki Gunung Nepal.
Keck, pemandu gunung internasional, juga menyampaikan pesan yang sama, mengatakan bahwa ide ini akan membantu membersihkan gunung. Pemerintah pusat Nepal telah mengumumkan beberapa peraturan pendakian gunung di masa lalu, namun terdapat kritik bahwa banyak dari peraturan tersebut tidak diterapkan dengan benar.
Salah satu penyebab utamanya adalah tidak adanya petugas penghubung di lapangan. Pejabat pemerintah seharusnya berada bersama tim ekspedisi di base camp tetapi banyak dari mereka dikritik karena tidak hadir.
"Negara bagian selalu hilang di base camp yang menyebabkan segala macam penyimpangan termasuk orang-orang yang mendaki gunung tanpa izin," kata Mingma, ketua kota pedesaan Pasang Lhamu.
Ia menambahkan, "Sekarang semua akan berubah. Kami akan menjalankan kantor kontak dan memastikan langkah-langkah baru kami, termasuk meminta para pendaki membawa kembali kotoran mereka, diterapkan."
Terkini Lainnya
Antrean Panjang Pengunjung Indofest 2024, Naik Gunung dan Kemping Masih Jadi Aktivitas Luar Ruang Terfavorit
Polisi China Kini Bisa Geledah Isi Ponsel Pribadi, Wisatawan Korea Diminta Hati-hati
Kasus Virus West Nile di Israel Sudah Makan 5 Korban Jiwa, Wisatawan Diminta Cegah Gigitan Nyamuk
Sampah di Gunung Jadi Masalah
Beli Kantong Kotoran dari Amerika
Kantong Telah Diuji Coba di Gunung Lain
travel
Gunung Everest
Everest
sampah
gunung
Gunung Lhotse
Pendaki Gunung
Kotoran
Rekomendasi
Polisi China Kini Bisa Geledah Isi Ponsel Pribadi, Wisatawan Korea Diminta Hati-hati
Kasus Virus West Nile di Israel Sudah Makan 5 Korban Jiwa, Wisatawan Diminta Cegah Gigitan Nyamuk
Serunya Isi Libur Sekolah dengan Jelajah Kampung Wisata Batik Kauman Solo, Ada Aktivitas Apa Saja?
Hijaukan Labuan Bajo, 18 Duta Besar Tanam Pohon Tabebuya di Bukit Parapuar
6 Fakta Menarik Gunung Halau-Halau di Kalimantan Selatan yang Dianggap Keramat Bagi Suku Dayak Meratus
Jakarta Urutan Ketiga Destinasi Paling Bikin Stres di Dunia, Sandiaga Uno: Jangan Baper
Libur Sekolah ke Kampung Willys Kang Cuya Subang, Bisa Seseruan Naik Kursi Layang Sambil Memandang Sawah
Imbas Overtourism Barcelona Kembali Naikkan Pajak Turis Oktober 2024, Berapa Besarnya?
Indofest 2024 Kampanyekan Edukasi Sampah untuk Pegiat Aktivitas Luar Ruang
Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal Lengkap Pertandingan 8 Besar Euro 2024
Terkesan Penampilannya di Euro 2024, Real Madrid Ingin Datangkan Rekan Setim Jude Bellingham
Top 3: Pola Makan Nabati Bisa Perlambat Perkembangan Kanker Prostat
Top 3 Berita Bola: Timnas Belanda Lolos ke Perempat Final Euro 2024, Ronald Koeman Malah Menyesal
Copa America 2024
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador di Vidio
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Jadwal Siaran Langsung Argentina vs Ekuador di Perempat Final Copa America 2024 di Vidio
Prediksi Copa America 2024 Argentina vs Ekuador: Semuanya Memihak Tim Tango
Timnas Ekuador Siap Berjuang Mati-matian di Perempat Final Copa America 2024
Copa America 2024 Argentina Vs Ekuador: Tim Tanggo Didukung Rekor Apik
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Demokrat Rekomendasikan Dukungan ke 3 Paslon Ini untuk Pilkada Papua Barat, Babel, dan Jambi
Coklit Pilkada 2024 Sudah Sasar 16,6 Juta Pemilih di Jatim, Target Tuntas di Hari ke-20
Kata Sekjen PKS soal Kaesang Disodorkan Jokowi untuk Maju di Pilkada Jakarta 2024
Survei Warna Research Center: Tingkat Elektabilitas Hendy Siswanto dan Faida Tinggi Jelang Pilkada Jember 2024
Respons Jokowi soal Kabar Kaesang Maju Pilkada Jakarta 2024, Benarkah Sodorkan ke Parpol?
Ridwan Kamil Dianggap Masih Kuat di Pilkada Jawa Barat, Bawa Untung Buat Golkar
TOPIK POPULER
Populer
Kasus Virus West Nile di Israel Sudah Makan 5 Korban Jiwa, Wisatawan Diminta Cegah Gigitan Nyamuk
Polisi China Kini Bisa Geledah Isi Ponsel Pribadi, Wisatawan Korea Diminta Hati-hati
Gereja di Meksiko Jual Kavling Surga Rp1,6 Juta per Meter, Bisa Bayar Pakai Kartu Kredit
Kado Pernikahan ke-25 Tahun, Dian Nitami Jalani Operasi Plastik di Korea pada Usia 53 Tahun
Marak Joki Strava Tawarkan Jasa Gara-Gara FOMO Ikutan Tren Lari
Pengantin Habiskan Bujet Katering Pernikahan Rp216 Juta, Menunya Sushi Tei sampai Kopi Kenangan
Asal-usul Pecel Lele, Makanan Favorit Naufal Hafidz Si Jenius dari ITB
Video Viral Pemilik Restauran di Hanoi Vietnam Mengusir Influencer Yahudi untuk Tunjukan Dukungan pada Warga Palestina
Antrean Panjang Pengunjung Indofest 2024, Naik Gunung dan Kemping Masih Jadi Aktivitas Luar Ruang Terfavorit
Ketua KPU
Skandal Asusila eks-Ketua KPU, Apakah Dosa Zina Bisa Diampuni Allah? Buya Yahya Bilang Begini
HEADLINE: Skandal Asusila Ketua KPU Hasyim Asy'ari yang Dipecat DKPP, Berujung Proses Pidana?
7 Respons Berbagai Pihak Mulai Parpol, KPU, hingga Jokowi Usai DKPP RI Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari
Jokowi Sebut Keppres Pemberhentian Hasyim Asy'ari dari Ketua KPU Masih Diproses
DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari, Jokowi Pastikan Pilkada 2024 Jujur dan Adil
Berita Terkini
Studi: Jalan Kaki Terbukti Bisa Bantu Atasi Masalah Nyeri Punggung
Jangan Diambil Hati, 3 Zodiak Ini Mungkin Lupa Ulang Tahunmu Tanpa Disengaja
Pemkab Gresik Keluarkan Surat Edaran Larangan Judi Online, ASN Diharap Jadi Contoh
Beraksi Puluhan Kali, Sindikat Pencuri AC di Bandar Lampung Akhirnya Mati Kutu
Proses Pengobatan Panjang, Anak dengan Kanker Rentan Alami Masalah Psikososial
Influencer Bagikan Resep Sunscreen Buatan Rumah, Pakar Tegaskan Bahayanya
6 Potret Cassandra Lee Liburan Bareng Keluarga di Singapura, Ajak Ryuken Lie
Jadi Kloter Terakhir yang Lolos, Atlet Renang Joe Aditya Akui Kaget Bisa Amankan Tiket Olimpiade Paris 2024
Periksa 26 Titik Ganjil Genap Jakarta yang Berlaku Jelang Akhir Pekan, Jumat 5 Juli 2024
Populasi Menurun jadi Risiko Hambatan Kinerja Ekonomi China
Amanda Rawles Nyaman Adu Akting dengan Chicco Kurniawan di Film 1 Kakak 7 Ponakan, Apa Alasannya?
Hujan Masih Bertahan di Tengah Musim Kemarau, BMKG Jelaskan Alasannya
Pasar Tablet Ramai Bikin Poco Tergiur Boyong Poco Pad ke Indonesia
Top 3: Upah Minimum UMP dan UMK Berbeda Bikin Penasaran
Ini Alasan KY Pantau Sidang Pra Peradilan Pegi Setiawan